Tidak apa-apa, kalau begitu aku pergi dulu!" Ucap Dinda yang langsung berlalu dari hadapan Dokter Anton.
"Disana Anton masih berdiri menatap kepergian Dinda, entah mengapa kejadian yang baru saja terjadi membuat hatinya kini mulai mengagumi sosok Dinda yang ternyata wajahnya begitu cantik.
Sedang Dinda yang sedang berjalan menuju ke lapangan nampak senyum-senyum sendiri, entah mengapa kejadian baru saja membuat hatinya benar-benar bahagia.
Sesampainya di lapangan Dinda segera berbaur dengan para pasien lainnya, kegiatan hari ini ternyata sudah di mulai Dinda sedikit terlambat dengan kejadian yang baru saja dia alami.
Disana Dinda langsung mengikuti kegiatan senam bersama pasien yang lain, disana dia tidak banyak bicara. Tanpa Dinda ketahui Dokter Anton dari kejauhan ternyata sedang memperhatikan dirinya entah mengapa Anton mulai penasaran dengan Dinda.
"Dok, maaf anda harus bersiap-siap. Hari ini pasien anda lumayan banyak." Suara Mei disana membuat Dokter Anton terkejut.
"Baik Mei, aku akan bersiap-siap!" Ucap Anton sambil mengalihkan pandangannya lagi ke arah Dinda, Anton kini malah di buat kaget disana ternyata sudah tidak ada Dinda, matanya kini mencari-cari keberadaan Dinda tapi sosok cantik itu tidak terlihat juga. "Ah ada apa denganku?" Ucapnya dalam hati.
Tanpa Anton sadari baru saja dia ingin melangkahkan kakinya tiba-tiba Dinda sudah berada di depannya.
"Dinda??'' Ucap Anton yang benar-benar kaget.
"Dokter mencari saya ya?" Ucap Dinda sambil tertawa.
"Tidak, saya malah akan ke ruangan praktek!'' Ucap Anton berkilah.
"Sudah jangan bohong, saya tadi lihat Dokter Anton mencari saya? Iya kan?"
Disana Anton tidak bisa menjawab lagi memang benar adanya dia tadi mencari-cari keberadaan Dinda tapi orang yang dia cari malah tiba-tiba sudah berada di depannya.
"Din, saya mau ke ruang praktek dulu ya?" Ucap Anton mencari aman, dia tidak mau mati kutu dengan pertanyaan Dinda.
"Baiklah Dokter, saya juga akan pergi, permisi!" Ucap Dinda yang langsung meninggalkan Dokter Anton, disana malah Dokter Anton yang sekarang bingung dengan sikap Dinda yang langsun pergi begitu saja.
Anton tidak mau ambil pusing, dia tidak mau terlalu larut memikirkan seorang wanita, cukup sudah hatinya pernah merasakan kecewa mencintai tanpa pernah merasakan di cintai, itu semua membuat hatinya kecewa teramat dalam.
Anton pun segera pergi meninggalkan tempat itu, dia ingin segera menuju ke ruang prakteknya disanalah tempatnya bekerja dia ingin sungguh-sungguh memberikan pelayanan terbaik untuk pasien-pasiennya.
"Mei kita mulai ya!" Ucap Anton memerintahkan pada asistennya Mei.
"Baik Dok!" Mei segera memulai praktek Dokter Anton denga pasien pertama, diluar pasien Dokter Anton sudah banyak yang menunggu.
**
Sementara itu Dinda sudah bersiap-siap ingin menemui Ayah dan Ibunya yang sebentar lagi akan datang, orang tuanya masih dalam perjalanan dan sedikit lagi akan sampai.
Seorang perawat datang menemui Dinda di kamar perawatannya, seperti biasanya dia membawakan obat-obatan untuk Dinda.
"Pagi Dinda, apa hari ini kamu bahagia?" Tanya perawat itu dengan senyum ramahnya.
"Hari ini aku sangat bahagia, kamu lihat sendiri kan aku baik-baik saja!" Ucap Dinda dengan menunjukan dirinya kalau sedang baik-baik saja.
"Wah... saya sangat senang kamu baik-baik saja. Mungkin sebentar lagi Ayah dan Ibumu juga pasti senang melihat Dindanya sudah membaik dan baik-baik saja.
Ucapan perawat itu membuat Dinda sedikit tidak suka, padahal dia ingin sekali berlama-lama tinggal di tempat itu, entah mengapa tempat itu sekarang membuatnya betah berbeda dari sebelumnya dia merasa tempat itu sangat tidak ia sukai.
"Din? Apa yang sedang kamu fikirkan?"
"Ti-tidak aku tidak memikirkan apa-apa, Oya jam berapa Ayah dan Ibuku akan sampai disini?" Tanya Dinda yang berusaha ingin mengalihkan pertanyaan perawat itu.
Disana perawat itu malah tersenyum, dia merasa kini Dinda sudah sembuh dari depresinya buktinya dia sekarang sudah bisa mengontrol setiap kata yang dia ucap bahkan kini dia berusaha mengalihkan pertanyaannya.
"Saya cek dulu ya! Oya jangan lupa segera minum obatmu ya? Saya akan segera kembali!" Dengan segera perawat itu keluar dari ruangan Dinda, kini Dinda langsung mendekati obatnya yang berada di atas meja disana dia hanya terdiam memandangi obat-obatan yang harus ia minum "mau sampai kapan aku akan meminum obat ini?" ucapnya lirih.
Baru saja Dinda selesai meminum obatnya tiba-tiba ruangannya terbuka kembali, kini siapa yang datang membuat mata Dinda mulai berkaca-kaca.
"Ibu....Ayah.....!!'
"Sayang!" Ibu Sinta segera berlari menghampiri putrinya, disana Dinda tidak bisa berkata apa-apa dia sangat begitu terharu melihat kedua orang tuanya datang menjenguknya.
"Bagaimana kabar kamu sayang? Kamu sudah lebih baik bukan?" Ucap Bu Sinta penuh semangat, selama ini dia selalu mantau perkembangan Dinda lewat perawatnya, bahkan informasi bahwa Dinda sudah semakin membaik membuat Ibu Sinta ingin segera menjenguk Dinda dan bahkan ingin segera membawa Dinda kembali kerumah.
"Kabarku baik Bu, dan putrimu ini baik-baik saja!'' Ucap Dinda sambil tersenyum.
"Syukurlah Ibu dan Ayah sangat senang mendengarnya."
"Ayah apa Ayah baik-baik saja?" Tanya Dinda yang sedikit sedih melihat Ayahnya sepertinya menahan tangis pada matanya yang berembun.
"Ayah baik sayang!" Ayah Dinda pun segera memeluk putrinya disana. Seorang Ayah tidak akan tega melihat putrinya sakit bahkan dia tidak rela melihat putri semata wayangnya sampai menangis.
"Sayang, kamu sudah sehat kita pulang ya!" Ucap Pak Bagas yang sudah tidak tahan menahan rindu setelah berpisah selama ini dengan putrinya.
"Iya sayang, Ibu lihat perkembanganmu sudah sangat baik, Ibu akan menanyakan pada Dokter apa kamu sudah di bolehkan untuk pulang apa belum ya!" Entah mengapa hati Dinda sangat berat mendengar kata pulang, kalau di ijinkan dia ingin sekali tinggal ditempat itu.
Dinda disana hanya terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa orang tuanya juga pasti merindukan dirinya dan berharap dirinya untuk segera pulang.
**
Sementara itu Tania yang masih sibuk bekerja di kagetkan dengan kedatangan Alex yang sudah tiba-tiba ada disampingnya.
"Alex, kamu bikin aku kaget saja!" Ucap Tania sambil masih fokus pada setumpuk kertas di depannya.
"Apa aku bisa minta waktumu sebentar?" Ucap Alex yang langsung duduk di depan Tania.
"Kamu mau bicara apa? Aku sedang sibuk!''
"Hei...Apa kamu lupa aku adalah bosmu!" Ucap Alex yang sedikit melotot ke arah Tania.
"Oiya ...Aku sampai lupa kalau kamu adalah bosku! Sorry!" Ucup Tania sambil menyatukan kedua telapak tangannya tanda minta maaf.
"Sore nanti kamu langsung bisa menempati rumahku, aku sudah menyuruh orang untuk membersihkan rumah itu!" Tania kini malah di buat kaget dengan ucapan Alex padahal jelas-jelas dia belum memberi jawaban atas tawaran Alex kemarin.
"Lex aku kan?" Belum sempat Tania menjawab Alex sudah lebih dulu menggenggam tangan Tania, disana Tania sungguh heran dengan sikap Alex kali ini.
"Lex lepaskan tanganku!" Ucap Tania lirih, Alex malah dengan sengaja menggenggam tangan Tania lebih erat.
"Kamu tidak boleh menolak, kamu mengerti!" Mata keduanya saling beradu apa yang sebenarnya Alex inginkan Tania sungguh sangat bingung.
BERSAMBUNG ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments