Maaf!" Hanya itu yang keluar dari mulut Dinda.
Dokter Anton sedikit mulai lega, dia kini sedikit bisa bernafas karena Dinda akhirnya melepaskan pelukannya.
"Tidak apa-apa kamu harus terus berusaha melawan halusinasi mu sendiri, kamu harus segera bangkit. Masa depanmu masih panjang, apa kamu tidak kasihan pada kedua orang tuamu?"
Disana hati Dinda mulai tersentuh atas ucapan Dokter Anton, bagaimana bisa dia sudah membuat hati orang tuanya terutama Ibunya sedih melihatnya seperti ini.
"Dok, bantu aku! Bantu aku menghilangkan halusinasi yang selalu masuk kedalam akal fikiranku!" Ucap Dinda yang sambil memohon pada Dokter Anton.
"Aku akan membantumu, tapi kamu sendiri juga harus berusaha menyembuhkan dirimu sendiri, minum obat teratur terus jangan banyak melamun, serta harus banyak istirahat. Jika halusinasi mu mulai menguasai fikiranmu alihkan dengan cara lakukan kesibukan agar kamu bisa terlepas dalam belenggu halusinasi mu! Kamu mengerti!"
Disana tak henti-hentinya Dinda memandang ke arah Dokter Anton yang sedang berbicara, suaranya sungguh begitu merdu hingga membuat hatinya begitu tenang.
"Kamu mengerti!" Dokter Anton mengulang pertanyaannya karena Dinda tak kunjung menjawabnya.
"Aku mengerti Dok! aku akan berusaha."
"Bagus, kalau begitu kamu minum obat pereda demamnya dan juga obat yang lainnya ya, kamu langsung istirahat!"
"Siap Dok!" Ucap Dinda dengan semangatnya yang menggebu-gebu, dia berharap setiap harinya akan mendengarkan perkataan dari Dokter Anton yang sudah membuat hati dan fikirannya tenang.
"Kamu bisa sembuh kalau kamu berusaha, Semangat!" Akhirnya Dokter Anton segera memanggil Mei yang masih menunggunya di luar.
"Mei!"
"Ya Dok!" Ucap Mei yang sedikit berlari menghampiri Dokter Anton disana.
"Tolong panggilkan perawatnya Dinda, suruh dia memberikan obat itu untuk Dinda minum!"
"Baik Dok!" Mei akhirnya keluar lagi untuk segera memanggil perawat Dinda di meja kerjanya.
"Ya sudah, setelah kamu minum obat langsung istirahat!" Ucap Dokter Anton yang langsung pergi meninggalkan Dinda diruang perawatannya.
Dinda hanya mampu melihat kepergian Dokter Anton dengan tatapan bahagia, entah mengapa hatinya kini bertambah semangat. Ucapan Dokter Anton yang peduli terhadapnya membuat dia menemukan lagi sosok Andreas di diri Dokter Anton.
***
Hari ini Tania sedang mendapat panggilan kerja dari sebuah pabrik tekstil yang berada di pinggiran kota, tempat itu lumayan sedikit jauh dari rumah Ibunya, pabrik itu ternyata berada di dekat sebuah Rumah Sakit Jiwa.
Memang pabrik itu tidaklah besar seperti perusahaannya kala itu, tapi baginya itu tidak masalah dia akan berusaha bekerja dengan sungguh-sungguh, dia tidak akan menyia-nyiakan waktu dan kesempatan baik ini.
"Kiri bang!" Ucap Tania saat sudah sampai di depan Pabrik Tekstil yang ia tuju, tidak seperti dulu Tania yang sekarang hanya mampu menaiki sebuah mini bus untuk bisa kemana-mana.
Akhirnya Tania turun dengan beberapa orang di belakangnya yang juga ikut turun ditempat Tania berhenti. Disana Tania memberikan sejumlah uang pada salah satu kernet bus yang ia tumpangi.
Tania turun dari bus itu dengan semangat tinggi, dia berharap akan di terima di pabrik yang akan ia datangi. "Ibu doakan aku" ucapnya dalam hati,dengan langkah pelan Tania akhirnya sampai di depan pabrik yang bertuliskan PT Tekstil Mandiri, dia bertemu dengan seorang satpam disana.
"Maaf Pak, dimana ruang HRD ya Pak? saya Kemarin dapat panggilan untuk wawancara!" Tanya Tania pada satpam itu.
"Oh...Masuk saja mba, di dalam juga ada beberapa yang sudah datang untuk wawancara!"
"Terimakasih Pak!" ucap Tania sambil berlalu menuju ke depan pabrik itu.
"Sama-sama Mba!"
Akhirnya Tania pun mulai memasuki kedalam pabrik, disana ada sebuah lobi kecil yang menurutnya jauh berbeda dengan perusahaan yang ia miliki dulu, pabrik itu pun lebih kecil dari perusahaan yang Papa angkatnya berikan untuknya.
Dengan menghembuskan nafas pelan, Tania akhirnya ikut berbaur dengan rekan-rekannya yang juga mendapat panggilan, satu demi satu calon pekerja yang di wawancarai mulai masuk dan keluar, kini giliran Tania yang di panggil.
"Tania Putri Damian!"
"Saya Pak!"
"Silahkan masuk kedalam!" Ucap orang itu yang mempersilahkan Tania untuk masuk.
Disana Tania masuk dengan penuh percaya diri, dia memberi hormat pada orang yang kini sedang duduk di kursi di depannya. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis.
"Silahkan duduk!"
"Terimakasih." Ucap Tania sopan."
Tania banyak mendapatkan pertanyaan disana dari pengalaman dia bekerja, dan lain-lain tapi Tania menyembunyikan dirinya yang pernah menjabat sebagai pemilik perusahaan dia tidak mau membuka masa lalunya.
Tapi tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dan masuklah seorang laki-laki putih berperawakan tinggi bersih itu langsung masuk tanpa permisi.
"Don apa kamu sudah mendapatkan asisten untuk saya!" Tania yang masih duduk disana mendengarkan laki-laki itu berbicara dia belum berani menoleh laki-laki yang berada tepat disampingnya.
"Sepertinya aku tidak asing dengan suara ini!!" Tania pun memberanikan diri menoleh ke arah sumber suara yang berada persis di sampingnya.
"Alex!" Disana orang itu langsung menoleh ke arah Tania yang memanggilnya.
"Tania...! kamu?" Disana Alex sedikit kaget ada apa dengan Tania, bukankah Tania punya perusahaan sendiri kenapa dia melamar pekerjaan di pabrikku? Ucap Alex dalam hati.
"Alex jadi kamu yang punya pabrik ini?, bukankah kamu memegang perusahan yang ada di kota itu!"
"Ceritanya panjang, jadi kenapa kamu melamar kerja disini bukankah kamu juga punya perusahaan?"
Dulu Alex adalah teman di dunia bisnis Tania, Alex dan yang lain juga pernah bekerja sama di perusahaan Evan tapi karena orang tua Alex merasa Alex gagal dalam mengembangkan bisnisnya lalu ia di pindahkan diperusahaan kecil milik Ayahnya.
"Aku sudah melepas semuanya, karena perusahaan dan apapun yang aku punya hanya milik Papa angkatku aku tidak punya hak disana." Ucap Tania dengan suaranya yang pelan.
Disana Doni sebagai HRD hanya terdiam melihat pembicaraan kedua orang di depannya, "Sepertinya mereka sama-sama kenal buktinya mereka sangat akrab" gumamnya.
"Maaf Pak apa saya harus melanjutkan tanya jawabnya." Alex pun segera menoleh ke arah Doni.
"Don, saya rasa kamu tidak perlu bertanya padanya lagi, saya akan ambil Tania sebagai asisten saya!'' Disana Tania sempat tidak percaya kalau Alex mau menerimanya bekerja di pabriknya itu.
"Lex kamu tidak bercanda kan?"
"Tidak, kamu langsung saya terima, saya percaya kamu menguasai dalam hal bisnis, saya malah akan senang kalau kamu mau membantu saya memajukan pabrik ini!" Ucap Alex yang wajahnya terlihat nampak bahagia.
Sudah lama Alex sebenarnya menyukai Tania, tapi sepertinya Tania punya selera tinggi. Bahkan dia tahu kalau dulu dia sangat menyukai Evan yang dulu kekasihnya pernah ia culik.
Bersambung.....
Hai READERS bantu like komennya ya...Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments