BAB 17

Teresa tersenyum manis begitu berhadapan langsung dengan Edward.

Pagi ini, Teresa datang kerumah Edward dengan alasan ingin menemui saudarinya dan memastikan benar bahwa keadaan saudarinya itu baik-baik saja.

"Saudarimu akan keluar beberapa saat lagi, tidak apa-apa kan kau menunggunya sebentar?" Tanya Edward kepada Teresa.

Yah, sebenarnya enggan sekali dia menemui Teresa. Akan tetapi, dia juga tidak ingin kalau sampai Teresa menemui Amaya di kamarnya lalu bisa melihat Bagaimana situasi sebenarnya terjadi dengan Amaya. Tentu saja dia tahu, bukanlah orang yang akan dikhawatirkan oleh Teresa tentang keadaannya. Namun, yang sedang dilakukan oleh Edward sekarang adalah, menjaga nama baiknya, dan berakting sebaik mungkin agar dia dapat menemukan atau mendapatkan apa yang dia inginkan sesuai dengan rencana awalnya.

Teresa menganggukkan kepalanya, dia tersenyum dan menatap Edward seolah-olah dia sama sekali tidak mempermasalahkan dirinya yang harus menunggu untuk beberapa saat.

Edward membuang nafasnya. Pekerjaan menunggu memang benar adalah hal yang paling menyebalkan dan membosankan. Tetapi, saat itu dia benar-benar tidak memiliki pilihan lain karena untuk mempertemukan Teresa dengan Amaya haruslah dengan kondisi yang memungkinkan.

Padahal, saat dia dikabari bahwa Teresa datang ke rumah tanpa memberikan kabar terlebih dahulu, saat itu Edward sedang berolahraga pagi, dan tidak ada waktu untuk mengganti penampilannya sehingga dia menemui Teresa dengan pakaian olahraganya.

Teresa benar-benar terus mencoba untuk menahan dirinya dan tidak melihat ke arah tubuh Edward yang benar-benar sangat berotot, bidang terlihat sangat kekar sekali. Jika boleh digambarkan, maka tubuh Edward benar-benar sangat mirip seperti tubuh para model pria dengan tubuh sempurna.

Belum lagi, wajah Edward yang begitu mendukung tak kalah indah dari tubuhnya benar-benar karunia Tuhan yang sangat indah sekali, siapapun orang yang melihatnya pasti akan langsung jatuh hati dan memiliki minat untuk memilikinya.

Teresa menghela nafasnya pelan. Sungguh, semakin memperhatikan fisik Edward yang menurutnya sangat sempurna, Teresa menjadi semakin menyesali Semua yang dia lakukan dan sikap terburu-burunya untuk memilih pria yang menjadi pewaris utama dari keluarga Ludrent. Padahal, kekayaan yang dimiliki Edward dan juga koneksi yang dimiliki oleh Edward jelas tidak kalah jika dibandingkan dengan keluarga Ludrent.

Beberapa saat kemudian.

Suara langkah kaki terdengar, dan itu adalah suara langkah kaki Amaya.

Edward menaikkan tatapan matanya, terarah kepada Amaya yang kini berjalan semakin dekat di tempat dia dan Teresa duduk. Edward terdiam, dia benar-benar bisa mengalihkan pandangannya dari Amaya yang terlihat sangat cantik dengan penampilannya hari itu.

Teresa juga melihat ke arah yang sama di mana amayakini tengah berjalan mendekati tempat dia duduk dengan tatapan terkejut dan tidak percaya bahwa orang yang sedang berjalan menuju ke arahnya adalah Amaya. Teresa mencengkram kain baju yang ia gunakan, Dia sedikit menggigit bibir bawahnya menahan kekesalan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Bagaimana bisa Amaya terlihat sangat cantik? Dengan penampilan seperti itu, Amaya jelas bisa mengalahkan kecantikannya yang sangat terkenal selama ini bukan?

Teresa mencoba untuk mengalihkan pandangannya dari Amaya. Sebenarnya, dia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa, dibalik wajah lucu dan tidak terawat, penampilan yang sangat buruk selama dia mengenal Amaya, nyatanya Amaya memiliki wajah yang lebih cantik dibanding dirinya.

Amaya menghentikan langkah kakinya begitu sampai di dekat sofa yang diduduki oleh Edward dan juga Teresa.

"Kau tidak menyapa saudarimu?" tanya Edward sembari menatap Amaya dengan senyum di wajahnya.

Amaya sebentar menatap ke arah Edward, dia bisa mengartikan benar bahwa senyum yang ditunjukkan oleh Edward adalah senyum penghinaan untuknya. Tetapi, meskipun memang benar Edward tengah menghinanya di hadapan Teresa, tentu saja Amaya tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi terlalu lama.

Amaya menghela nafasnya sebentar, dia menatap Teresa yang anehnya sama sekali tak ingin melihat ke arahnya namun Amaya tetap tersenyum dengan ramah dan sopan Seperti Yang dulu sering dia lakukan kepada Teresa. "Selamat pagi, Nona Teresa?"

Cara Amaya menyapa Teresa barusan, tentu saja membuat Teresa menatap ke arah wajah Amaya dengan tatapan kesal yang benar-benar sedang disembunyikan oleh Teresa agar tidak terlihat Edward.

"Senang sekali karena bisa melihat anda dalam keadaan baik-baik saja, Apakah benar Anda ingin menemui saya? Saya benar-benar tidak percaya, dan sampai-sampai saya menanyakan hal ini berkali-kali kepada pelayan rumah karena saya sangat terkejut dan juga bahagia mendengarkahdangan anda yang dikhususkan untuk menemui saya." Ucap Amaya semakin merendahkan dirinya.

Amaya kembali tersenyum. Sungguh, ada rasa puas yang dirasakan oleh hatinya melihat ekspresi wajah Teresa yang begitu kesulitan menyembunyikan perasaan kesalnya. Dia juga cukup menikmati tatapan mata Edward yang kini merasa terhina karena apa yang dilakukan oleh Amaya.

Cara Amaya menyapa layaknya seorang pelayan rumah alias budak. Kalimat yang keluar dari mulut Amaya yang terus merendahkan dirinya sekaligus adalah tamparan untuk Teresa dan juga Edward secara bersamaan.

Pertama, Teresa pasti akan sangat malu jika sampai Edward mengetahui bahwa selama ini dia memperlakukan Amaya dan meminta Amaya berlaku layaknya seorang pelayan rumah. Teresa tidak ingin nama baiknya menjadi buruk terutama dihadapan seorang pria seperti Edward.

Kedua, Edward pasti juga merasa sangat terhina karena di hadapan Teresa, wanita yang akan dijadikan pengantin untuknya terus bersikap layaknya seorang pelayan, seolah jiwa pelayan begitu melekat kepada dirinya. Amaya ingin membuat Edward tersadar, wanita yang ingin dia nikahi adalah seorang pelayan, dan penghinaan seperti itu tentu saja sangat menyakitkan untuk Edward bukan?

Amaya terus tersenyum seolah-olah dia ingin menjaga kesopanan dan juga keramahan agar bisa melayani dua majikannya dengan sangat baik dan telaten.

Edward mengeraskan rahangnya menahan kesal, tapi sayangnya dia tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Teresa meskipun memang benar dia sudah tidak memiliki perasaan tertarik dalam bentuk apapun kepada Teresa.

Sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Teresa, apa yang dilakukan Amaya benar-benar membuat hatinya seperti tertusuk sebuah pisau belati yang sangat tajam dan menyakitkan. Entah, Bagaimana pendapat orang lain Jika sampai ada yang mendengar dan melihat adegan ini. Jelas sudah, Teresa yang dengan susah payah membangun image-nya agar terkenal dengan sopan santun, ramah, hangat dan juga baik hati pastilah akan hancur hanya dengan sikap Amaya barusan.

"Nona Teresa terdiam seperti itu, apakah aku kurang sopan menyapa Nona?" Tanya Amaya dengan sengaja dia menunjukkan ekspresi tidak enak hati dan merasa takut akan menyinggung perasaan Teresa Jika dia tidak melayani Teresa dengan sangat baik.

Amaya kembali tersenyum tipis.

"Apakah, Nona Teresa ingin aku menyiapkan air hangat dan mencuci kaki Nona seperti biasanya?"Tanya lagi Amaya.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Yuhuyy, aku mampir ya kak. mampir juga kekarya baruku. Ditunggu feedbacknya.

2023-12-18

0

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

like 👍

2023-12-10

0

Nadya Octaviani

Nadya Octaviani

makin seruuu ❤️❤️

2023-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!