BAB 6

Amaya menatap cermin yang ada di hadapannya dengan tatapan dingin. Hati serta otaknya benar-benar sangat sedang dalam suasana hati dimana dia benar-benar ingin menyelesaikan masalah di hatinya dan mengakhiri senyum indah yang palsu dari keluarga Dorent. Walaupun memang benar semuanya akan menjadi sulit, tapi ini adalah jalan yang akan dia pilih untuk memuaskan kemarahannya.

Edward, pria itu pasti benar-benar ingin menyingkirkan dirinya dan menggantikan dengan Teresa bukan? Yah, dia memang sudah di bawa pulang oleh Edward untuk harga yang sudah di berikan oleh Edward. Tetapi, selama dia tidak terikat dengan hubungan pernikahan dan tidak bergantung dengan Edward, tentu saja dia akan dengan mudah mengambil langkah.

Amaya tersenyum miring, lalu dari duduknya untuk berjalan menuju keluar kamar dan menemui seorang pelayan rumah. Amaya yakin benar, langkah yang akan diambil bukan hanya akan membuat keluarga Dorent merasa sangat kesal padanya, tapi dia juga akan membuat Edward merasa kesal sehingga tidak tahan untuk membuangnya jauh dari rumah itu.

"Tolong, hubungi keluarga Dorent. Aku ingin berbicara dengan salah satu diantara mereka, apa yang ingin aku bicarakan benar-benar sangat penting." Ucap Amaya dengan mimik wajahnya yang terlihat begitu serius.

Pelayan di rumah itu terdiam sebentar karena dia bingung. Telepon rumahnya tentu saja memiliki daftar nomor telepon rumah milik keluarga Dorent, tapi dia juga cukup takut melakukannya karena, dia tidak ingin mendapatkan kemarahan dari tuan rumahnya yang sejauh ini tidak pernah main-main dalam memberikan hukuman.

Melihat adanya keraguan di mata pelayan rumah itu, mau tak mau Amaya hanya bisa mencoba untuk membujuk pelayan itu dengan berkata, " Apa kau merasa segan membantuku karena aku adalah anak haram dari keluarga Dorent? Kalaupun memang begitu, tolong bantu aku sekali saja karena ada hal yang sangat penting untuk aku bicarakan dengan mereka. Apakah menggunakan telepon rumah adalah sebuah kesalahan? Aku tidak memiliki ponsel, jadi tolong bantu aku ya?"

Pelayan itu terdiam sebentar dengan ekspresi wajahnya yang terlihat begitu bimbang. Namun, pada akhirnya pelayan rumah itu memberikan izin kepada Amaya dan membantu Amaya untuk menghubungi nomor telepon rumah milik keluarga Dorent.

"Halo, Edward Ludrent disini. Seorang anggota keluarga Dorent, beliau meminta untuk di sambungkan kepada anggota keluarganya, bisa segera di respon? Ah, baik!" Ucap pelayan rumah itu.

Pelayan rumah memberikan teleponnya kepada Amaya sembari berkata dengan pelan, "Silahkan, Nona."

Amaya tersenyum, lalu dengan segera menerima telepon itu untuk dia letakkan di ponselnya.

"Untuk apa kau menghubungi kemari? Kau, seharusnya mencium kedua kakiku dan mengucapkan jutaan terimakasih karena telah di kirim kepada seseorang yang cukup uang bukan?"

Seperti itulah yang di ucapkan oleh Nyonya Dorent dengan nada bicara yang terdengar begitu sinis dan juga angkuh. Yah, memang seperti itulah dia. Sejak awal Amaya bertemu dengan Nyonya Dorent, sikap dan cara bicaranya benar-benar tidak berubah sama sekali.

Amaya menggigit bibir bawahnya menahan kesal. Walupun emang benar dia sudah terbiasa, Tapi tetap saja dia merasa sakit hati dengan ucapan dan keluar dari mulut wanita itu. Amaya mencoba untuk tenang sebentar, karena begitu dia sudah keluar dari rumah keluarga Dorent, maka artinya tidak ada satupun anggota keluarga Dorent yang bisa memperbudaknya lagi.

"Ah, Nyonya Dorent. Sepertinya sifat sombong dan juga angkuh Anda belum kurang sama sekali ya? Baiklah, aku juga tidak ingin membuang-buang waktu percuma dengan berbicara tidak penting. Ah, aku juga tidak akan pernah mengucapkan terima kasih kepada orang yang sudah dengan sengaja menghancurkanku. Nyonya, aku harap, anda bisa tegar saat bangun pagi besok. Juga, aku akan terus menyerang dengan cara ku dan memastikan semut kecil yang sudah lelah terinjak ini mengamuk."

Setelah mengatakan itu, Amaya mengakhiri sambungan telepon dan tak perduli dengan apa yang ingin diucapkan oleh Nyonya Dorent. Senyum tipis di bibir Amaya terbit, matanya benar-benar memancar keberanian yang selama ini sering dia tutupi agar tak ada yang melihatnya.

"Kenapa ada orang yang sangat jurang ajar menggunakan telepon rumah tanpa izinku?"

Suara itu membuat Amaya kehilangan senyum. Dia membeku untuk beberapa saat, dan pada akhirnya dia terpaksa membalikkan tubuhnya tepat di hadapan pemilik suara yang tidak lain adalah, Edward.

Edward menatap Amaya dengan tatapan dingin karena entah mengapa dia tidak bisa melupakan apa yang diucapkan oleh Teresa itu kedua bola matanya menatap Amaya yang tertunduk seolah tidak begitu berani menatap ke arah wajahnya. Edward merasa benar-benar sangat kecewa dengan sikap Teresa yang begitu angkuh dan juga menjijikan. Amaya tentu saja adalah orang yang dijadikan tumbal untuk mendapatkan keuntungan ganda oleh keluarga Dorent. Tetapi, Edward benar-benar tidak tahu lagi bagaimana dia akan melampiaskan kekesalannya terhadap keluarga Dorent. Bukankah, Amaya memiliki separuh darah dari keluarga Dorent? Entah mengapa, memikirkan hal itu Edward jadi terpancing emosi hingga tangannya mengepal kuat sampai dengan gemetar. Saat itu, Dia benar-benar sangat tidak bisa menahan diri hingga pada akhirnya menggerakkan tangannya dengan cepat untuk mencengkram leher Amaya.

"Emh!" Pekik Amaya kesakitan.

Amaya melawan sama sekali saat Edward mencekiknya dengan satu tangan. Dia hanya menunjukkan wajahnya kesakitan dan kini mulai memerah, tangannya mencengkram kain baju yang ia gunakan hingga gemetar kuat.

Melihat Amaya yang menahan sakit dan tidak melawan sama sekali, Edward menjadi kesal dan melepaskan tangannya dengan cara menghempas hingga Amaya terjatuh di lantai sembari memegang lehernya dan terbatuk dengan nafasnya yang tersengal tak beraturan.

"Setiap orang dari keluarga Dorent, Aku bersumpah tidak akan pernah melepaskan kalian semua dan aku akan menghancurkan kalian semua sehancur-hancurnya!" Ucap Edward marah terus menatap Amaya dengan tatapan marah lalu kembali berkata,"Bahkan, kau yang hanya anak haram dan juga tidak memiliki sikap yang sama seperti mereka, aku juga tidak akan pernah melepaskan. Aku, paling tidak suka direndahkan. Tetapi, semua anggota keluarga Dorent benar-benar membuatku muak dan menghinaku secara habis-habisan. Kau, meski kau tidak melakukan apapun, tapi dengan melihat wajahmu aku terus saja merasa terhina!"

Amaya tentu saja tidak akan pernah mengatakan apapun, dia hanya akan diam menelan semuanya sendiri dan fokus dengan semua rencana yang sudah dia susun sebaik mungkin selama dia tinggal di rumah Dorent dengan begitu menderita.

"Aku sedang benar-benar berpikir, bagaimana aku akan menghancurkanmu agar aku bisa merasa puas melihat air matamu lalu melihat air mata anggota keluarga Dorent yang lainnya?" Tanya Edward kesal.

Amaya tertunduk, dan lagi-lagi dia menyembunyikan senyum miring yang muncul di bibirnya.

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

top markotop 😍

2023-11-29

0

Istrinya minkyung

Istrinya minkyung

❤️❤️❤️

2023-10-15

0

Istrinya minkyung

Istrinya minkyung

next

2023-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!