BAB 4

Edward menyesap batang rokok yang terselip di antara jari telunjuk dan juga jari tengahnya, menghembuskan asap itu ke udara sembari memikirkan apa yang begitu mengganggu di kepalanya. Sejak pagi yang iya pikirkan dan juga ingin ketahui adalah, apa yang sedang dilakukan oleh Teresa, dan bagaimana pendapat Teresa tentang apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Edward bisa mengingat dengan jelas, hari di mana dia bertemu secara langsung dengan Teresa.

Dia terlalu manis, dan dia sangat cantik!

Seperti kebanyakan para kaum Adam saat melihat wajah Teresa, memang seperti itulah pendapat para kaum Adam dalam menilai wajah serta penampilan menyeluruh dari seorang Teresa. Cara berbicara yang lembut dan juga sopan, cara tersenyum yang anggun tapi juga terkesan sangat manis dan juga imut. Kedua matanya yang sedikit sipit, agak terpejam saat dia tersenyum baik lebar maupun tipis.

Edward membuang nafasnya sembari mematikan puntung rokok yang sejak tadi di sesapnya. Dia sudah mengirimkan pesan kepada Teresa untuk menemuinya karena ada banyak hal yang ingin dia bicarakan secara langsung. Akan tetapi, pesan yang dia kirimkan sejak pagi tak mendapatkan balasan hingga malam dini hari. Entah dia sengaja tidak membalas pesan dari Edward, ataukah Teresa sengaja tidak membalas pesan karena larangan kedua orang tuanya. Maklum saja, Edward benar-benar sangat meyakini bahwa Teresa pasti sangat tertekan memiliki kedua orang tua yang sangat mengedepankan keuntungan sekolah memiliki putri cantik seperti Teresa adalah gudang uang untuk mereka.

"Tuan, istirahatlah sesegera mungkin karena besok pagi ada banyak hal dan juga pekerjaan yang harus anda selesaikan." Ucap Lukas yang sejak tadi terdiam menunggu kapan Tuannya akan selesai untuk melamun dan tentu saja Lukas sudah tahu apa yang dipikirkan oleh Tuannya itu.

Edward kembali membuang nafasnya dengan mimik wajahnya yang terlihat begitu jengah. Dia sebenarnya juga tahu bahwa ini sudah dini hari dan akan lebih baik kalau dia istirahat dengan nyaman agar besok pagi bisa kembali beraktivitas dengan keadaan tubuhnya yang segar seperti sebelumnya. Tapi, saat dia mengingat kalau di rumahnya ada si buluk Amaya, dia jadi sangat malas untuk pulang karena dia tidak ingin melihat wajah wanita itu. Ah, untuk bernafas di tempat yang sama bersama dengan wanita itu, Edward bahkan yakin benar dia tidak bisa bernafas dengan baik.

Edward membalikkan tubuhnya menatap Lukas yang sejak tadi berada di balik punggungnya lalu bertanya,"Apakah aku harus mengirimnya sampai ke benua Antartika? Bagaimana jika aku melenyapkannya dan membuang mayatnya ke jurang hutan yang biasa kita gunakan untuk berburu supaya tubuhnya bisa dimakan habis oleh, harimau singa, ataupun beruang hutan?"

Lukas mengusap tengkuknya sembari memaksakan senyum. Bagaimana dia bisa menanggapi ucapan Tuhan yang tidak berperasaan seperti itu? Lukas mengalah nafasnya setelah sebentar berpikir sembari menatap Edward lalu berkata, "jika memang rencana itu dapat memuaskan kekesalan anda, dan anda bisa merasa lega setelahnya, tentu saja saya akan melakukan apa yang Tuan katakan barusan."

Edward mengundurkan dasinya sembari mengusap dahinya yang berkeringat karena sejak tadi dia terus banyak berpikir hingga tubuhnya cukup kelelahan. dia kembali menatap luka sebentar lalu berkata, "Baiklah. Tapi, untuk sekarang ini aku masih ingin fokus untuk bisa bertemu secara langsung dengan Teresa dan berbicara banyak hal dengannya."

Lukas mengangguk paham lalu berkata,"Saya akan berusaha untuk mempertemukan Tuan dan juga Nona Teresa."

Edward tersenyum tipis sembari mengganggu lalu berjalan melangkah dari sana karena dia harus segera kembali ke rumah dan beristirahat dengan benar. Anggap saja hari ini dia gagal karena larangan dari kedua orang tua Teresa. Tapi, besok harinya dia yakin dia bisa bertemu dengan Teresa dan mengatakan apa yang ingin dia katakan dan ingin dia tanyakan kepada Teresa secara langsung.

Di sisi lain.

Amaya menyisir rambutnya sembari menatap wajahnya dari pantulan cermin yang ada di hadapannya. Walaupun dia juga tahu bahwa dia tidak akan pernah mendapatkan cinta dari Edward, tapi rencananya sekarang ini adalah tetap mengambil langkah untuk menikah dengan Edward agar bisa melakukan balas dendam kepada keluarga Dorent. Jika dendamnya sudah menemukan puncaknya, maka dengan segera mungkin Amaya akan meninggalkan Edward tanpa menoleh sekalipun.

Namun, jika pernikahannya dengan Edward tak terjadi karena perbedaan selera di antara mereka, yang bisa Amaya lakukan adalah mengambil kesempatan yang sangat sempit itu untuk bisa memberikan pukulan kepada keluarga Dorent.

Amaya tersenyum miring dengan sorot matanya yang begitu memancarkan kebencian yang sangat dalam. Bola matanya menatap ke arah pergelangan tangannya yang terdapat luka bekas sayatan, dan luka itu berasal dari salah satu anggota keluarga Dorent.

Mulai dari nenek dan kakeknya Teresa, lalu kedua orang tua Teresa yang sebenarnya juga adalah Ayah kandung dan juga ibu tiri dari Amaya, serta Teresa sendiri.

"Kalian semua, Aku tidak akan pernah memberikan ampunan dan kata maaf kepada kalian! Aku sudah berhasil keluar dari keluarga sialan kalian itu, maka aku juga akan dengan mudahnya bisa keluar dari tempat ini setelah aku memberikan pukulan kepada kalian," Gumam Amaya dengan kesal.

Malam itu, Amaya tidak keluar sama sekali dari kamar karena dia tahu benar adanya dia di rumah itu pasti membuat Edward tidak nyaman sama sekali.

Besok paginya.

Amaya sudah bangun sejak subuh tadi, namun dia juga masih tak ingin keluar dari kamar sama sekali. Hingga pada akhirnya, seorang pelayan datang dan mengetuk pintu lalu berkata, "Nona, silahkan keluar dari kamar dan sarapan."

Amaya terdiam sebentar lalu menjawab, "Iya!"

Amaya menarik nafasnya dalam-dalam, menghembuskan perlahan sebelum dia bangkit dari posisinya. Tentu saja, dia tidak bisa terus mengurung diri karena perutnya juga merasa sangat lapar dan kalaupun nanti harus menghadapi tatapan marah dari Edward, dia hanya akan menunduk dan tidak akan membuat kedua bola matanya bertemu langsung dengan mata Edward.

Beberapa saat kemudian.

Amaya menarik sebuah kursi untuk dia duduk. Posisi duduknya benar-benar sangat jauh dari Edward karena dia tidak lupa bahwa, Edward pasti tidak akan suka berada di dekatnya.

Edward tadinya malas menatap Amaya, tetapi matanya terlaku gatal dan kesal dengan keberadaan wanita itu hingga tanpa sadar dia menjadi melihat ke arah Amaya yang langsung menunduk saat Edward minat ke arahnya.

Edward mengeryitkan dahinya, dia sungguh tidak bisa percaya kalau wanita kumuh itu bisa berubah menjadi sangat cantik. Edward menggelengkan kepalanya, walaupun memang benar wanita kumuh itu cantik, mana mungkin bisa di bandingkan dengan Teresa si Tuan Putri sejagad kota?

Terpopuler

Comments

Elisabeth Ratna Susanti

Elisabeth Ratna Susanti

mantap jiwaaaaa

2023-11-25

0

Eka elisa

Eka elisa

tere tk sebaik yg kmu kira tau dia itu monstr dn yg ada di hdpn mu saat ini asli cntik luar dlm edward...

2023-11-20

1

Siti Ariani

Siti Ariani

kirain sejagad raya 🤣 kalo sejagad kota mah belum terlalu luas

2023-10-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!