Dipanggil Bu Kris

"Lin, kamu berbuat ulah di sekolah?" tiba-tiba Vee yang baru turun dari kamarnya menegur Alin yang tengah menyantap makanannya.

"Ehem" mulut Alin yang masih penuh dengan nasi dan mie instan membuat Alin hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Ngomong yang jelas! Lagian kamu kenapa makan mie pakai nasi, sih? Itu kan bik Ndari sudah masakin kita semur ayam. Masa pertumbuhan seperti kamu itu perlu banyak makanan yang bergizi. Bukan cuma mie sama nasi saja" ucap Vee mulai memanjang seperti kereta api.

"Soalnya aku lagi kangen sama bunda, kak" jawab Alin yang sudah menelan nasinya.

"Apa hubungannya?" tanya Vee.

"Bunda juga pasti akan marah kalau melihat aku cuma makan nasi sama mie instan doang. Makanya aku sengaja makan begini biar kakak marah dan rasa rinduku sama bunda sedikit terobati" Vee malah terdiam mendengar jawaban dari mulut adiknya.

Selama ini Vee jarang sekali merasa rindu terhadap orng tuanya karena sudah sejak lama dia hidup mandiri. Tinggal di rumahnya sendiri sejak Vee masih kelas tiga SMP meski jarak dari rumahnya ke rumah sang bunda tak begitu jauh.

Sampai dia pindah ke Jakarta, seingatnya dia hanya pulang sebanyak tiga kali saja. Vee jadi ikut rindu pada bundanya.

"Lagipula aku makan ayamnya juga kok, ditambah jamur, wortel parut dan lalapan timun dan tomat" mendengar Alin menyebutkan lauknya, membuat Vee membelalakkan matanya.

"Buset, bukan cuma empat sehat itu mah" kata Vee disertai kekehan ringan.

"Masa pertumbuhan, kak" jawab Alin santai. Dia memang doyan makan dan tak pernah pilih-pilih makanan.

Hidup di pesantren meski hanya satu tahun membuat Alin sangat menghargai makanan.

"Oh iya. Tadi guru kamu telpon kakak, beliau bilang kalau besok wali murid atas nama Alina Jovanca Putri diharapkan hadir ke sekolah karena ada yang perlu dibahas" kata Vee yang mengingat tujuannya datang untuk menemui Alin.

"Memangnya apa yang sudah kamu lakukan di sekolah? Jangan bilang kalau kamu jadi anak bandel" ucap Vee.

"Sebenarnya nggak ada masalah apapun, kak. Cuma salah paham saja. Tapi bu Kris sebagai guru BP menanggapi terlalu serius. Kakak tenang saja. Kalau memang kakak sedang sibuk, tidak apa-apa kok kalau tidak bisa hadir ke sekolah Alin" kata Alin berharap agar Vee tak pergi.

"Enak saja! Nanti kalau kakak nggak datang, kamu mau nyuruh tukang gali kubur untuk berpura-pura jadi bapak kamu?" kata Vee mengejek.

"Nggak lah. Itu kan kerjaannya kakak dulu" celetuk Alin yang membuat saya Seno terkekeh mendengarkannya.

"Apa benar itu, sayang?" tanya Seno sambil memeluk Vee dari belakang.

"Ugh! Aku jadi susah untuk menelan makananku kalau melihat adegan begini" sindir Alin.

Seketika Seno melepaskan pelukannya dan duduk di dekat sang istri untuk mendengarkan perdebatan apa lagi diantara Vee dan adiknya.

"Pokoknya besok kakak datang bersama kak Seno. Kalau sampai kamu terlibat sebuah kasus, bersiaplah untuk kakak kirim kamu ke Papua. Susul saja gus Rifat mu itu" ancam Vee.

"Padahal sudah aku katakan kalau gus Rifat itu satu sekolah di Mahardika juga" kata Alin yang sudah berhasil menyelesaikan seporsi makan sorenya.

Sebagai remaja yang ada di fase doyan makan, Alin tak pernah mengikuti jam untuk mengisi perutnya. Saat dia merasa lapar, ya makan saja.

Tak ada istilah sarapan, makan siang ataupun makan malam. Bisa-bisa Alin makan lima kali sehari jika sedang libur sekolah.

"Oke, kita lihat saja besok. Saya akan siapkan tiket penerbangan menuju Papua jika memang kamu terbukti bersalah, Alina" giliran Seno yang bicara. Hanya ingin melucu saja, tak ada niat untuk menyakiti hati siapapun.

"Walaupun dia bersalah, nggak mungkinlah aku kirim dia ke Papua, kak" kesal Vee pada suaminya.

"Bercanda sayang, bercanda" ucap Seno yang tak menyangka jika istrinya akan tersinggung. Sementara Alin hanya senyum-senyum kecil sambil mencuci piringnya.

Mungkin perasaan ibu hamil memang terlalu sensitif, sulit diajak bercanda.

Vee dan Seno datang pukul sembilan pagi, sudah terlewat setengah jam dari undangan yang Vee dapatkan.

Vee dan Seno menyempatkan diri untuk mengunjungi kelas Alin dan meminta izin pada guru pengajar untuk mengajak Alin keluar jam pelajaran.

Kini mereka bertiga sudah berada diambang pintu, berdiri terpaku saat melihat ke dalam ruangan BP yang nampak ramai oleh tiga orang siswi beserta wali muridnya.

Vee kira hanya dia yang diundang untuk datang ke sekolah.

Memindai isi ruangan, Vee terkejut bukan main saat melihat seorang pria paruh baya yang duduk tegap dengan seorang pria bersetelan formal di belakangnya.

Keduanya saling membelalakkan mata saat pandangannya bertemu. Ya, Vee sedang bertatapan dengan Yudha dan Akbar, asisten pribadi Yudha.

"Papa Yudha?" kata Vee yang masih tak percaya dengan pandangannya.

"Vee? Kamu disini juga, nak?" tanya Yudha yang langsung menghampirinya.

Menuntun lengan Vee dan mempersilahkan wanita hamil itu untuk duduk dengan tenang karena sedikit syok.

"Kamu bersama siapa? Dan ada keperluan apa sampai kamu kemari?" tanya Yudha yabg hanya melihat Vee datang bersama Senopati.

"Kak Seno" kata Lisa lirih dengan gemas karena dia sangat mengidolakan Seno, dia sudah berharap jika papanya yang berinisiatif untuk turut mengundang Seno pagi ini, namun senyumnya lantas hilang saat mendapati adanya Alin di belakang Seno sambil berjalan pelan dan memegangi jas bagian belakang Seno seperti anak kecil.

"Dia? Apa mungkin dia itu?" Yudha tak bisa melanjutkan pertanyaannya saat melihat Alin yang berdiri di belakang Seno.

Wajah Alin yang sungguh mirip dengan Lisa membuat Yudha tentu sangat yakin akan siapa yang Vee bawa pagi ini.

"Vee, apa benar dia adikmu?" tanya Yudha mencari kepastian.

Vee hanya bisa terdiam. Tak tahu harus berkata apa. Karena Alin yang sejak kecil tak pernah diberitahu jika punya saudara kembar.

"Saya datang ke sini sebagai wali dari Alina untuk menghadiri undangan yang Bu Kris sampaikan kemarin" kata Seno mengambil alih perhatian.

"Dan untuk menghemat waktu kami yang sangat berharga, bisakah bu Kris untuk mengatakan perihal undangan itu, bu" perkataan Seno membuat semua terdiam dan Vee menjadi lebih tenang, sementara Alin malah diberi tempat duduk di samping Lisa.

"Baiklah, silahkan semua wali murid untuk kembali duduk" ucap Bu Kris yang tak menyangka jika anak muridnya dulu sudah menjadi orang yang sukses seperti Senopati.

"Jadi tujuan kami mengundang wali murid semua disini karena sebuah kasus yang telah dilakukan oleh Lisa dan kedua temannya terhadap Alin selaku murid baru di sekolah ini" ucap Bu Kris.

"Sebelumnya saya mohon maaf kepada pak Yudha selaku investor tetap di sekolah ini karena sudah berani menegur putri bapak dikarenakan tindakannya yang sudah melebihi batas terhadap Alina" ucap Bu Kris lagi.

"Seperti yang kita tahu jika keluarga Widjojo pun adalah investor yang kuat juga di sekolah ini. Jadi, disini kami ingin mencari jalan keluar dari masalah antara Lisa dan Alin" masih Bu Kris yang berbicara.

"Sebenarnya apa yang sudah adik saya lakukan, bu?" tanya Vee yang sudah tidak sabar.

"Ehm, Alin menjadi korban perundungan dari Lisa dan kedua temannya" jawab Bu Kris.

"Benar begitu, Lisa?" tanya Seno mengintimidasi.

Lisa sedikit takut kali ini. Dia tak menyangka jika Alin adalah adik dari Vee dan Seno.

"Jadi begini, bapak dan ibu sekalian. Saya sebagai saksi pertama yang menemukan Alin terkunci di dalam kamar mandi sepulang sekolah kemarin sore. Bahkan menurut sebuah informasi yang saya dapatkan dari satu sumber terpercaya pagi tadi, bahwa tidak hanya sekali itu saja Lisa dan temannya berbuat iseng yang merugikan terhadap Alin" kini Dewi yang mengambil alih pembicaraan. Dia memang sangat tegas dan disiplin.

"Beberapa waktu yang lalu, Lisa telah menyuruh seseorang untuk membuat bensin di tangki motor Alin habis tak bersisa" kata Dewi yang tadi pagi mendapatkan laporan dari Rifat setelah menceritakan jika akan ada perkumpulan wali murid untuk kasus Lisa dan Alin.

"Oh, jadi itu juga ulah kamu, Lis?" tanya Alin tak percaya.

"Itu fitnah" sergah Lisa merasa tak terima.

"Semua yang saya bicarakan ini berdasarkan bukti. Saya bukan orang bodoh yang kebal hukum jika hanya berkata sampah" ujar Dewi dengan tatapan menusuk terhadap Lisa si manja.

Tentu Lisa merasa terpojok dan takut. Dia tak mau kalau sampai Senopati tak lagi respect terhadapnya.

Tak ada yang ingin dibenci idolanya, bukan.

Terpopuler

Comments

Dewi Ayu Sartika

Dewi Ayu Sartika

lanjut kak

2023-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 Beragamnya Negriku
2 Kecelakaan
3 benang merah
4 Katanya Papua, tapi ini Jakarta
5 Dasar Monyet
6 Deklarasi Kebencian
7 Semakin Membenci
8 Benci tak berdasar
9 Masalah selanjutnya
10 Dipanggil Bu Kris
11 Terlihat Abu-abu
12 Tidak seperti yang Yudha bayangkan
13 Mengalihkan kekecewaan
14 Good Idea, Akbar!
15 Pengalaman Geng Lisa
16 Wejangan dari orang yang tepat
17 Rumit
18 Bimbang
19 Surprise
20 Hubungan Darah
21 Malam Perpisahan?
22 Di rumah Papa
23 Perumahan Tirta Agung
24 Syukuran Bersama
25 Cewek super udik
26 R.I.P Bejo
27 Mirip Mummy
28 Jalan-jalan Pagi
29 Dihukum Lagi
30 Amarah seorang Alina
31 Seperti Nano-nano
32 Bukan Perkara 'maaf'
33 Lisa dirawat
34 Pilih aku atau dia, pa?
35 Biarkan Takdir yang Berkata
36 Pandangan Masa Depan
37 Tanah Haram
38 Seperti Bangau
39 Tante Berlian
40 Tunggu Saja Dulu
41 Kesal
42 Jangan panggil aku anak kecil, om!
43 Kabur Lagi
44 Simbiosis Mutualisme
45 Seatap?
46 Om Songong
47 Segomi
48 Saudara?
49 Maaf
50 Hansen
51 Tugas Siaga
52 Bimbang
53 Papa
54 Makanan spesial?
55 Yasudah
56 Ternyata Hansen itu...
57 Fans Hansen
58 Niat baik Sam
59 Kepercayaan Sam
60 Menyebalkan
61 Usaha Berlian
62 Tergigit
63 Dasar anak kecil
64 Ikan Lele
65 Hasil olahan Lele
66 Majemuk
67 Partner Ghibah
68 Berkenalan
69 Akhirnya bertemu Hansen
70 Es Krim Red Velvet
71 Membuat emosi saja
72 Pilihan Alin
73 Sabar ya Akbar
74 Dinner
75 Kecemasan Lisa
76 Apakah aku salah
77 Tak jadi berdamai
78 Ikut om, boleh?
79 Tidak sengaja bertemu papa
80 Benarkah?
81 Dasar Alina!
82 pagi yang canggung
83 kotak merah maron
84 Sedikit khawatir
85 Terlalu bermasalah
86 sepulang sekolah
87 keputusan Yudha
88 Akankah berpisah
89 sebuah kejutan
90 Kehilangan jejak
91 Senapan Slime?
92 harus berbakti kepada siapa?
93 Sisi lain Lisa
94 Tidak jelas
95 Kenapa?
96 sudut pandang Lisa
97 gadis yang kesepian
98 dasar Sam!
99 Enam bulan
100 malam ini
101 Siapa sebenarnya?
102 papa mama baru
103 ancaman lagi
104 kado
105 kenapa ikat pinggang?
106 Clara yang aneh
107 pisau lipat dan botol parfum
108 bau ketek
109 saling mengejutkan
110 kalang kabut
111 rupanya diterima
112 kesempatan dalam kesempitan
113 bertahanlah Clara!
114 debat kusir
115 bertanya
116 bahaya
117 kejutan lagi
118 baik saja
119 rumah sakit lagi
120 hati
121 dijemput
122 tak sengaja bertemu
123 kucing garong
124 terjebak
125 tragedi Hansen
126 diantar pulang
127 kesedihan Berlian
128 ponsel baru
129 hanya iseng, Tante
130 kemesraan
131 Dadah Rifat
132 skak mat
133 gundah
134 anak manja
135 undangan
136 bersiap
137 menikah
138 keajaiban untuk Berlian
139 Merasa egois
140 Bangun lagi
141 terminal lucydity
142 hati yang canggung
143 merasa sendiri
144 om duda tapi perjaka
145 extra part
146 new novel, ARUNA
Episodes

Updated 146 Episodes

1
Beragamnya Negriku
2
Kecelakaan
3
benang merah
4
Katanya Papua, tapi ini Jakarta
5
Dasar Monyet
6
Deklarasi Kebencian
7
Semakin Membenci
8
Benci tak berdasar
9
Masalah selanjutnya
10
Dipanggil Bu Kris
11
Terlihat Abu-abu
12
Tidak seperti yang Yudha bayangkan
13
Mengalihkan kekecewaan
14
Good Idea, Akbar!
15
Pengalaman Geng Lisa
16
Wejangan dari orang yang tepat
17
Rumit
18
Bimbang
19
Surprise
20
Hubungan Darah
21
Malam Perpisahan?
22
Di rumah Papa
23
Perumahan Tirta Agung
24
Syukuran Bersama
25
Cewek super udik
26
R.I.P Bejo
27
Mirip Mummy
28
Jalan-jalan Pagi
29
Dihukum Lagi
30
Amarah seorang Alina
31
Seperti Nano-nano
32
Bukan Perkara 'maaf'
33
Lisa dirawat
34
Pilih aku atau dia, pa?
35
Biarkan Takdir yang Berkata
36
Pandangan Masa Depan
37
Tanah Haram
38
Seperti Bangau
39
Tante Berlian
40
Tunggu Saja Dulu
41
Kesal
42
Jangan panggil aku anak kecil, om!
43
Kabur Lagi
44
Simbiosis Mutualisme
45
Seatap?
46
Om Songong
47
Segomi
48
Saudara?
49
Maaf
50
Hansen
51
Tugas Siaga
52
Bimbang
53
Papa
54
Makanan spesial?
55
Yasudah
56
Ternyata Hansen itu...
57
Fans Hansen
58
Niat baik Sam
59
Kepercayaan Sam
60
Menyebalkan
61
Usaha Berlian
62
Tergigit
63
Dasar anak kecil
64
Ikan Lele
65
Hasil olahan Lele
66
Majemuk
67
Partner Ghibah
68
Berkenalan
69
Akhirnya bertemu Hansen
70
Es Krim Red Velvet
71
Membuat emosi saja
72
Pilihan Alin
73
Sabar ya Akbar
74
Dinner
75
Kecemasan Lisa
76
Apakah aku salah
77
Tak jadi berdamai
78
Ikut om, boleh?
79
Tidak sengaja bertemu papa
80
Benarkah?
81
Dasar Alina!
82
pagi yang canggung
83
kotak merah maron
84
Sedikit khawatir
85
Terlalu bermasalah
86
sepulang sekolah
87
keputusan Yudha
88
Akankah berpisah
89
sebuah kejutan
90
Kehilangan jejak
91
Senapan Slime?
92
harus berbakti kepada siapa?
93
Sisi lain Lisa
94
Tidak jelas
95
Kenapa?
96
sudut pandang Lisa
97
gadis yang kesepian
98
dasar Sam!
99
Enam bulan
100
malam ini
101
Siapa sebenarnya?
102
papa mama baru
103
ancaman lagi
104
kado
105
kenapa ikat pinggang?
106
Clara yang aneh
107
pisau lipat dan botol parfum
108
bau ketek
109
saling mengejutkan
110
kalang kabut
111
rupanya diterima
112
kesempatan dalam kesempitan
113
bertahanlah Clara!
114
debat kusir
115
bertanya
116
bahaya
117
kejutan lagi
118
baik saja
119
rumah sakit lagi
120
hati
121
dijemput
122
tak sengaja bertemu
123
kucing garong
124
terjebak
125
tragedi Hansen
126
diantar pulang
127
kesedihan Berlian
128
ponsel baru
129
hanya iseng, Tante
130
kemesraan
131
Dadah Rifat
132
skak mat
133
gundah
134
anak manja
135
undangan
136
bersiap
137
menikah
138
keajaiban untuk Berlian
139
Merasa egois
140
Bangun lagi
141
terminal lucydity
142
hati yang canggung
143
merasa sendiri
144
om duda tapi perjaka
145
extra part
146
new novel, ARUNA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!