The Death Blossom

The Death Blossom

Episode 1. The Misty Night

Arsyelin menatap tajam penuh ketelitian pada selembar kertas usang yang sudah tampak menguning pada bagian sudut-sudutnya dengan dahi

mengerut dalam.

Seolah masih belum cukup, gadis itu bahkan merasa perlu mengangkat kertas itu dan mendekatkan pada kedua matanya yang melebar.

Sudah berhari-hari ia melaksanakan tugas yang

diberikan kliennya. Mencari jejak kematian anak semata wayang mereka yang tiba-tiba lenyap seolah ditelan bumi. Seluruh sumber daya telah dikerahkan oleh kliennya tersebut sehari setelah menghilangnya putri mereka. Namun rupanya, usaha mereka sama sekali tidak menemui hasil. Pihak berwajib bahkan telah menyerah dan menutup kasus tersebut.

Meskipun demikian, pihak keluarga masih tidak ingin

melepaskan kasus itu begitu saja. Setahun telah berlalu sejak kehilangan yang begitu menyesakkan, namun mereka tak juga menyerah untuk menemukan putri mereka. Tidak peduli hidup atau mati. Membuat mereka akhirnya memutuskan menyewa jasa detektif independen. Harapan terakhir yang mereka miliki.

Jika dengan usaha ini pun tak jua menemukan misteri hilangnya putri mereka, mungkin saat itulah mereka harus merelakan diri memeluk keikhlasan.

Dan di sinilah kasus mereka berakhir. Di tangan

seorang gadis remaja yang seusia putri mereka. Di tangan Arsyelin Wangsaguna. Seorang detektif muda yang tampak menjanjikan harapan.

Meskipun usianya terbilang masih sangat muda, namun gadis itu telah memegang sertifikat dari sekolah detektif paling bergengsi di dunia. Tak seorang pun dalam dunia intelijen yang meragukan murid lulusan akademi tersebut. Membuat mereka dengan begitu mudah mendapatkan kepercayaan ketika mendirikan jasa pelayanan selepas lulus dari akademi. Tidak peduli di negara mana pun mereka tinggal. Kemampuan dan keberadaan mereka akan selalu diakui dan disegani. Tanpa terkecuali Arsyelin.

Gadis itu asli warga Indonesia. Ayahnya memiliki garis

keturunan Raja Brawijaya. Sementara ibunya berdarah Minang. Namun ia memilih tinggal di Redmond, Washington DC. Yang menurutnya menjadi tempat paling potensial sebagai tempat pertama yang harus ia tinggali untuk mengasah kemampuannya.

Apakah ia akan tinggal di sana selamanya? Tentu saja tidak. Gadis itu sudah menuliskan road map hidupnya. Ia ingin menjalajah ke seluruh dunia. Mempelajari kehidupan manusia yang berbeda di setiap sudut bumi berbekal keahlian yang ia miliki.

Namun, sebelum mimpi itu terwujud, ia harus menyelesaikan kasus kesebelas yang harus ia tangani dalam kiprahnya menjadi detektif independen selama tiga bulan tinggal di Washington.

Sebuah kasus yang sungguh menguras energi fisik dan pikirannya. Ia bahkan sudah mengerahkan semua jaringan yang mungkin bisa membantunya,

namun, sudah seminggu berlalu dan ia hanya menemukan selembar kertas usang dengan bercak darah dengan garis-garis samar yang menyerupai sidik jari.

Dan yang lebih membuatnya frustrasi lagi adalah, tulisan yang ada pada selembar kertas tersebut. Tulisan kuno zaman pra sejarah yang tak terdeteksi mesin tercanggih sekalipun.

Di mana kertas itu adalah satu-satunya petunjuk yang dengan begitu susah payah ia temukan setelah menggali saluran pembuangan di rumah sang gadis remaja yang menghilang. Ia sudah menyerahkan kertas usang itu pada bagian otoritas sidik jari. Hasilnya seratus persen tepat, milik sang gadis.

Lalu apa? Tulisan aneh yang menggurat dengan begitu kuat pada kertas tersebut tak memberikan petunjuk apa pun selain membuatnya semakin frustrasi.

Tiba-tiba, gadis itu merasakan kepalanya berdenyut. Ia

menghela napas panjang sebelum akhirnya melirik jam weker yang ada di meja kerjanya. Pandangannya hanya menatap datar jarum jam yang menunjukkan angka 01.00 dini hari itu. Seketika ia teringat, ia belum makan sejak siang. Pantas saja otak dan perutnya sudah berteriak keras menuntut hak mereka.

Sebagai manusia beradab yang menghargai kehidupan, Arsyelin tahu ia harus melakukan sesuatu untuk menenangkan gejolak kebutuhan fisiknya tersebut.

Akhirnya, dengan kengganan yang terlihat begitu jelas

dari gestur tubuhnya yang tampak lunglai, gadis itu menyambar mantel coklat panjang yang tergantung pada tiang gantungan pakaian di sudut ruangan.

Jika bukan karena hari-harinya yang terlampau begitu

sibuk, ia pasti pergi berbelanja dan memenuhi lemari pendinginnya dengan banyak makanan.

Sayangnya, ia sungguh tak memiliki waktu seluang itu. Dan lebih sialnya lagi, selembar kertas usang yang baru saja dikembalikan otoritas sidik jari itu telah menyedot perhatiannya hingga membuatnya lupa membeli makanan ketika perjalanan pulang ke rumahnya. Membuatnya terpaksa kelayapan tengah malam mencari makanan.

Beruntungnya, tidak jauh dari tempatnya tinggal ada gerai makanan yang buka 24 jam.

Ini memang sudah memasuki musim semi. Namun tetap saja, udara malam terasa seperti musim dingin baginya yang ditakdirkan lahir di iklim tropis. Membuatnya semakin enggan keluar rumah.

Tapi sungguh, dirinya benar-benar tak memiliki pilihan lain, bukan? Kecuali jika ia ingin mati kelaparan. Dan sayangnya, Arsyelin tidak akan memilih cara mati seperti itu.

Gadis itu merapatkan mantelnya begitu ia menuruni anak tangga luar rumahnya yang diapit oleh pohon-pohon cemara yang tinggi menjulang. Berjajar rapi sepanjang jalan di halaman. Terus tersambung dengan jarak yang sama hingga sampai pada pintu gerbang yang memiliki tinggi sepinggang.

Pintu gerbang yang terlihat seperti gerbang tua itu terbuat dari kayu ek yang tampak kokoh. Memagari seluruh halaman rumah tua itu. Rumah yang Arsyelin sewa dari sepasang manula yang kini memilih tinggal bersama anak-anaknya.

Beruntung bagi Arsyelin, meskipun bangunan rumah itu terlihat begitu klasik dengan model yang jauh tertinggal ditelan bangunan sekitar yang tampak begitu modern, tetapi rumah itu terawat dengan sangat baik. Seluruh lantai terbuat dari kayu. Sekitar rumah penuh dengan tumbuhan yang tampak terawat dengan pola tanaman yang begitu menyejukkan pandangan.

Rumah tua itu baru ditempati Arsyelin selama tiga bulan. Dan ia sungguh tak memiliki waktu untuk merawat taman yang luasnya bisa dipakai untuk kembali mendirikan satu bangunan lagi itu.

Gadis itu menolehkan kepalanya ke samping sebelum

sebelah tangannya membuka gerendel yang hanya digantungnya sembarang. Pandangannya menatap penuh prihatin bercampur penyesalan pada tanaman sulur yang mulai menjalar ke mana-mana. Lantas bergumam pelan.

“Jangan khawatir, besok pagi-pagi sekali akan kupanggilkan tukang kebun untuk merapikan sulur liarmu itu,” lirihnya seraya menyeringai lelah. Sebelum akhirnya dengan gerakan cepat, menutup pintu gerbang dan berjalan dengan langkah lebar di sepanjang trotoar.

Kedua bola mata besarnya tampak menyipit begitu

melihat kabut yang turun semakin tebal. Hal yang tidak terlalu mengherankan sebetulnya. Karena tempat tinggalnya berada di kawasan yang tidak jauh dari

hutan.

Pohon-pohon cemara tinggi menjulang di sepanjang jalan. Diselingi oleh pohon-pohon sakura yang tampak meranggas karena telah menggugurkan daun-daunnya. Bersiap menumbuhkan tunas-tunas baru.

Selain itu, tidak jarang binatang liar berseliweran turut melintasi jalan raya di sana. Membuat pemerintah daerah menetapkan peraturan ketat terhadap kecepatan kendaraan yang melintas. Khawatir jika menabrak rusa atau kelinci liar yang kebetulan tengah menyeberang jalan.

Arsyelin bukanlah gadis penakut. Sama sekali bukan. Ia cukup percaya diri melintasi jalanan sepi tengah malam. Selain karena ia selalu memohon perlindungan Tuhan, ia juga menguasai berbagai teknik ilmu bela diri. Menghadapi lima pemuda liar dalam kondisi mabuk yang mengganggunya bukanlah masalah baginya. Ia bisa dengan mudah menjatuhkan mereka semua hanya dalam hitungan detik. Seperti yang ia lakukan beberapa waktu lalu ketika penyelidikannya menuntutnya melakukan pengintaian hingga tengah malam.

Tetapi sekarang, entah kenapa tiba-tiba ia merasakan

firasat buruk menghantam benaknya. Jantungnya berdegup kencang penuh kewaspadaan.

Seketika, pandangannya yang telah terlatih tampak begitu awas menatap sekitar. Memindai setiap gerak sekecil apa pun yang tampak mencurigakan. Langkah kakinya bahkan turut melambat. Melangkah tanpa suara penuh kehati-hatian.

Hening. Tak ada gerakan apa pun yang bisa menjadi

alasannya untuk khawatir.

Ini sungguh aneh, tak ada apa pun yang mencurigakan. Tetapi kenapa bulu kuduknya tiba-tiba meremang? Mungkinkah di Washington juga ada

hantu kuntilanak seperti di desanya yang begitu populer?

Ketika pikiran gadis itu dipenuhi dengan berbagai

dugaan yang mungkin bisa menjawab kegelisahannya, sesosok pemuda tiba-tiba muncul di hadapannya entah dari mana. Membuatnya jatuh terjengkang dengan kedua mata melotot saking terkejutnya.

“Siapa kau?”desis gadis itu penuh kewaspadaan. Dahinya berkerut semakin dalam ketika dilihatnya pemuda dengan pakaian aneh ala pendekar zaman

pra sejarah itu menatapnya kebingungan. Sorot matanya yang sebening kristal menatap Arsyelin penuh penilaian. Seolah tidak mempercayai penglihatannya.

“Apa kau bisa melihatku?” tanya pemuda itu seraya

menyipitkan mata, tampak tak percaya ketika melihat reaksi Arsyelin yang sepertinya mampu melihat eksistensinya. Membuat Arsyelin seketika tertawa mencemooh. Entah kenapa tiba-tiba ia merasa begitu kesal dengan makhluk di hadapannya itu. Mungkin karena efek dari rasa lapar yang menderanya.

Uap hangat mengepul dari mulutnya ketika ia membuka bibir untuk berbicara. “Tentu saja aku bisa melihatmu. Jika tidak, tidak mungkin kau bisa membuatku terjengkang, bukan?” dengus Arsyelin sedikit geram. Segera berdiri dan mengibas-ngibaskan pakaiannya dengan gaya yang berlebihan sebagai pelampiasan rasa jengkel.

Sepertinya hari ini adalah hari paling sial yang ia

jalani, sudah didera kelaparan, ditambah lagi dengan masalah baru di mana pemuda di hadapannya kini tampak menyeringai dengan sangat menjengkelkan.

Merasa ada yang tidak beres, gadis itu bergegas memasang kuda-kuda dengan tatapan awas. Bersiap jika keadaan memaksanya untuk berkelahi.

“Bagus sekali. Aku sudah lelah meneriaki orang-orang

yang lewat sejak sore. Tapi mereka semua tuli dan buta. Tak satu pun yang bisa melihat apalagi mendengarku. Sekarang ke marilah. Kau harus membantuku,” ucap pemuda itu ringan. Tangannya bahkan dengan begitu santai menarik pergelangan

Arsyelin, menyeret paksa gadis itu supaya mengikutinya.

Mendapati dirinya ditarik begitu saja seperti hewan

ternak, jelas membuatnya melotot tak percaya. Baru saja mulut Arsyelin membuka lebar hendak menyerukan protes setelah susah payah mengendalikan keterkejutannya, pemuda itu menghentikan langkah mereka tepat di bawah pohon sakura besar yang di bawahnya ditumbuhi semak belukar yang begitu lebat.

Pemandangan yang tersaji di hadapannya benar-benar

membuatnya kehabisan kata. Sesosok tubuh manusia tengah terbujur kaku dengan darah kering yang melumuri keningnya.

Arsyelin yang sudah terlatih menghadapi hal-hal

seperti ini langsung menganalisa segala sesuatu yang mungkin saja terjadi.

Ia terdiam, mengubah ekspresi keterkejutannya menjadi ketenangan secepat kilat. Bahkan sebelum pemuda aneh yang menyeretnya menyadari keterkejutan yang sesaat lalu ia

tunjukkan secara alami sebagai manusia.

Gadis itu berpikir cepat. Melirik ekspresi si pemuda

yang tampak muram melalui sudut matanya.

Pemuda ini menampakkan kesedihan yang jujur. Tidak mungkin dia pelakunya, bukan? Tetapi, pintu kemungkinan itu akan selalu terbuka. Bukankah seorang psikopat juga sangat mahir memanipulasi lawan dengan ekspresi mereka?

Arsyelin menelan ludah. Kabut turun semakin tebal. Jalanan tampak begitu lenggang. Bahkan sedari tadi ia tak melihat seorang pun yang melintas. Pepohonan yang begitu rimbun menambah sensasi mengerikan yang kini mulai menjalari sekujur tubuhnya. Terlebih lagi, pemuda yang tiba-tiba muncul entah dari mana itu memiliki tenaga yang begitu besar. Ia bisa merasakan

kekuatan si pemuda ketika pergelangan tangannya ditarik paksa. Kekuatan seseorang yang terlatih.

Dengan berbagai pertimbangan yang melintas cepat di

kepalanya, gadis itu akhirnya memutuskan untuk segara bertanya.

Jika memang pemuda ini berbahaya dan ia harus melawannya, maka lakukan itu dengan cepat selagi energinya masih cukup kuat. Setidaknya, ia bisa melawan dan segera lari ketika terdesak.

Dengan nada tenang penuh kehati-hatian, ia akhirnya

bersuara. “Apa yang sebenarnya terjadi? Karena kau sudah menyeretku paksa ke tempat ini, sebaiknya kau memiliki penjelasan yang bagus agar aku tidak salah

sangka dan bersikap tak adil terhadapmu,” tutur Arsyelin tenang.

Sorot matanya menatap lurus ke arah manik sewarna emas yang tampak begitu indah yang kini juga menatapnya dalam. Seolah pemuda itu ingin memastikan pendengarannya tidak keliru. Sudut bibirnya terangkat, membentuk seringai takjub. Ia sungguh tak menyangka gadis yang terlihat begitu berantakan di hadapannya ini bisa dengan begitu tenang ketika melihat mayat dengan luka senjata api yang mengerikan. Melubangi dahi temannya dan menghancurkan isi kepalanya.

“Apakah kau tidak takut?” tanya si pemuda penuh

penilaian, bibirnya menyunggingkan senyum yang sangat menawan.

Sayangnya, Arsyelin sama sekali tidak tertarik dengan pesona yang terang-terangan ditunjukkan si pemuda di hadapannya. Perasaan waspada mengusai akal sehatnya jauh lebih kuat daripada imajinasi liar yang di dapat pandangannya yang bisa saja mengelabuhi akalnya.

Dengan dagu terangkat, Arsyelin balas menyeringai. Jelas sekali bukan, dalam kondisi seperti sekarang ini, ia tidak mungkin menunjukkan kelemahannya.

“Jika aku takut, aku tidak mungkin keluar rumah malam-malam hanya untuk mencari makanan. Sudah cukup basa-basinya. Kau tidak mungkin menyeretku

ke mari hanya untuk mengobrol, bukan?” tanya Arsyelin santai. Sempurna menyembunyikan

kegelisahan hatinya.

Sungguh di luar dugaan, pemuda itu langsung terkekeh mendengar jawaban arogan Arsyelin. “Kau benar. Aku hanya ingin kau melapor pada polisi. Seseorang telah membunuh temanku. Apa kau bersedia melakukannya untukku?” tanya si pemuda seraya menatap penuh prihatin pada sesosok mayat yang baru Arsyelin sadari adalah seorang pemuda yang terlihat seumuran dengannya.

Wajahnya berlumuran darah kering. Dalam keremangan dan bayang-bayang gelap dedaunan, jelas sedikit sulit mengenali wajah itu jika hanya menatap selintas lalu.

Demi mendengar permintaan yang terdengar cukup janggal di telinga Arsyelin, gadis itu pun bertanya spontan. “Kenapa kau tidak pergi ke kantor polisi sendiri? Kenapa harus menyuruhku? Apa kau takut kau akan dituduh sebagai pelakunya?” tanya Arsyelin tanpa keraguan.

Pemuda itu terkekeh ironi mendengar pertanyaan Arsyelin. “Jika aku bisa melakukannya sendiri, aku pasti sudah melakukannya sejak empat jam yang lalu. Buat apa aku harus repot-repot meneriaki orang-orang dan berharap keberuntungan mereka bisa mendengarku?”

Jawaban santai pemuda itu seketika membuat Arsyelin yang tengah mempelajari sekitar langsung menoleh dan memfokuskan perhatian padanya.

“Apa maksudmu?” tanya Arsyelin dengan kening berkerut dalam dan mata menyipit menuntut penjelasan.

Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang ketika teringat ucapan si pemuda ketika mengejutkannya di trotoar. Mungkinkah?

Si pemuda tampak terdiam sejenak. Seolah tengah

menimbang sesuatu sebelum membuka mulutnya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan gadis di hadapannya. Hingga pada akhirnya, ia memutuskan untuk berkata jujur.

“Aku adalah bangsa jin. Tak satu pun manusia biasa yang mampu melihatku. Saat ini, aku berada pada titik terlemah, aku tak mampu menampakkan diri di hadapan bangsa manusia. Jika tidak, intisariku akan hancur dan aku akan mati. Karena itulah, aku hanya bisa berharap ada seseorang yang bisa melihatku secara alami. Dan ternyata, kau orangnya,” jelas si pemuda dengan seringai lebar.

Arsyelin membeku. Berusaha keras mencerna informasi yang baru saja diterima akalnya. Perlahan, pandangannya beralih pada sosok manusia yang kini terbujur kaku di hadapannya. Dilihat dari sisi mana pun, sosok yang terbujur kaku itu adalah manusia. Tapi ....

“Dia temanmu? Kau bisa berteman dengan manusia?” tanya Arsyelin dengan getar keraguan yang tampak begitu nyata.

“Ya, dia temanku. Dia bisa melihatku sama seperti kau

bisa melihatku. Aku sudah bersamanya sejak ia kecil. Kami─”

“Lalu, kenapa kau membiarkan temanmu terbunuh?” tanya Arsyelin memotong kalimat si pemuda. Merasa tidak sabar ingin mendengarkan penjelasan atas rasa ingin tahu yang tiba-tiba membuncah memenuhi pikirannya. Perlahan menggeser rasa kewaspadaannya. Berubah menjadi rasa jengkel dengan alasan yang ia sendiri tak memahaminya.

“Aku tidak sedang bersamanya ketika kejadian tragis itu berlangsung. Aku sedang─”

“Bagaimana kau akan meyakinkanku bahwa bukan kau pelakunya?” tanya Arsyelin penuh selidik. Sorot matanya memancarkan kecurigaan yang begitu pekat.

Ia tumbuh di lingkungan keluarga yang mempercayai keberadaan bangsa jin. Ia sangat ingat betapa sering ayahnya menasihatinya agar tidak terjerat dengan tipu daya jin yang bisa menyesatkan pikirannya. Meskipun ayahnya juga mengatakan bahwa bangsa jin sama seperti bangsa manusia. Ada yang baik dan ada yang jahat. Tetapi, tetap saja. Sesama makhluk yang terlihat saja ia harus menjaga kewaspadaan, apalagi jika makhluk itu tak terlihat.

Lokasi di mana Arsyelin bertemu dengan Isaac. Credit photo @thamychan, my halu bestie yang sekarang tinggal di Washington.

Terpopuler

Comments

Evelyne

Evelyne

gw lagi bosen baca novel halu bos dapet sekertaris nya... atau anak buah dapet bos nya... gw mau coba baca yang ini... semoga beda...cuuuusss ayo lanjut baca guys...

2022-08-03

0

marigold

marigold

Semangat terus penulis kesayangaaan🥰🥰

2022-04-14

0

taetae🐯

taetae🐯

nyoba" buka kayanya seru tp blm menemukan titik "seru" jd masih penasaran ,penataan katanya bagus dan jelas jd ga membingung kan ,tp blm tau maksud cerita ini ,yaa lanjut dlu deh mudah"Han seru cape bngt buka" cerita gada yg seru

2022-01-22

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1. The Misty Night
2 Episode 2. Organ Theft
3 Episode 3. Invisible
4 Episode 4. Fake Evidence
5 Episode 5. Let's Be Partners
6 Episode 6. Intruder
7 Episode 7. Corpse Under The Bridge
8 Episode 8. Sammamish River
9 Episode 9. Someone Mysterious
10 Episode 10. Missing Target
11 Episode 11. Suspicious Brand
12 Episode 12. Cecilia Bed
13 Episode 13. Lake Washington
14 Episode 14. Black Marlin
15 Episode 15. K1 mean Kampret?
16 Episode 16. Never Show Your Weakness
17 Episode 17. Secret Chip
18 Episode 18. For The Sake of Friendship
19 Episode 19. Underwater
20 Episode 20. Finally Found You
21 Episode 21. The Chosen Girl
22 Episode 22. Promise
23 Episode 23. Released
24 Episode 24. Peluru Beracun
25 Episode 25. Pesan Darurat
26 Episode 26. Penawar Racun
27 Episode 27. King Allen I
28 Episode 28. King Allen II
29 Episode 29. King Allen III
30 Episode 30. King Allen IV
31 Episode 31. King Allen V
32 Episode 32. Prince Secret I
33 Episode 33. Prince Secret II
34 Episode 34. Prince Secret III
35 Episode 35. Prince Secret IV
36 Episode 36. Prince Secret V
37 Episode 37. Sel Keluarga Kingston I
38 Episode 38. Sel Keluarga Kingston II
39 Episode 39. Shield Organisation
40 Episode 40. Kebenaran I
41 Episode 41. Kebenaran II
42 Episode 42. Rekan
43 Episode 43. Rekan II
44 Episode 44. Rekan III
45 Episode 45. Rekan IV
46 Episode 46. Microchip
47 Episode 47. Mengatur Rencana
48 Episode 48. Memahamimu I
49 Episode 49. Memahamimu II
50 Episode 50. Sekutu I
51 Episode 51. Sekutu II
52 Episode 52. Sekutu III
53 Pengumuman Give Away!
54 Episode 53. Sekutu IV
55 Episode 54. Greenwood I
56 Episode 55. Greenwood II
57 Episode 56. Kesalahpahaman I
58 Episode 57. Kesalahpahaman II
59 Episode 58. Kesalahpahaman III
60 Episode 59. That's Right! I'm Interested In You!
61 Episode 60. Just Stand By Me
62 Episode 61. Believe in You I
63 Episode 62. Believe in You II
64 Episode 63. Lencana K-One
65 Episode 64. Tuan Besar Kingstone
66 Episode 65. Tuan Besar Kingstone II
67 Episode 66. Greengarden
68 Episode 67. James Harries
69 Episode 68. The Secret House
70 Episode 69. Whats Going On?
71 Episode 70. Just Like That
72 Episode 71. Follow Your Heart
73 Episode 72. This Way
74 Episode 73. ChitChat
75 Episode 74. Kembalinya Pembuat Onar
76 Episode 75. Ketegangan
77 Episode 76. Cecilia Bed Has Arrived
78 Episode 77. Cecilia Bed Has Arrived II
79 Episode 78. Cecilia Bed Has Arrived III
80 Episode 79. Keputusan Allen
81 Episode 80. Racun Perangsang
82 Episode 81. Petugas Shield Organisation
83 Episode 82. Tidak Ada Tempat yang Aman di Muka Bumi
84 83. Karena Kau Adalah Temanku!
85 84. How Lucky I'am to Have A Friend Like You!
86 85. Cz I Believe In You!
87 86. Coz I Believe In You II
88 87. Karena Segalanya Telah Ada yang Mengatur!
89 88. Move I
90 89. Move II
91 90. Sihir Pelindung
92 91. Perjalanan I
93 92. Perjalanan II
94 93. Perjalanan III
95 94. Jalan Rahasia
96 95. Hutan Kematian
97 96. Hutan Kematian II
98 97. Hutan Kematian III
99 98. Fairy House I
100 99. Fairy House II
101 100. Fairy House III
102 101. Fairy House IV
103 102. Celah I
104 103. Celah II
105 104. Celah III
106 105. Celah IV
107 106. Celah V
108 107. Menemukan Target I
109 108. Menemukan Target II
110 109. Menemukan Target III
111 110. The Dead of Night I
112 111. The Dead of Night II
113 112. Ruang Bawah Tanah I
114 113. Ruang Bawah Tanah II
115 114. Ruang Bawah Tanah III
116 115. Si Mulut Busuk
117 116. Sangkar
118 117. Bermain Opera
119 118. The Big Shoot I
120 119. The Big Shoot II
121 120. Manipulasi Adam
122 121. Serangan Dimulai
123 122. Gempar I
124 123. Gempar II
125 124. Gempar III
126 125. Secret Hands I
127 126. Secret Hands II
128 127. Gerakan Massive
129 128. Jangan Remehkan Wanita
130 129. Belum Terlambat Untuk Berubah
131 130. Janji Yang Harus Ditepati
132 131. Pedofil
133 132. Lebih Rendah Daripada Binatang I
134 133. Lebih Rendah Daripada Binatang II
135 134. Lebih Rendah Daripada Binatang III
136 135. Kebrutalan Isaac I
137 136. Kebrutalan Isaac II
138 137. Penyelamatan I
139 138. Penyelamatan II
140 139. Penyelamatan III
141 140. Terjebak
142 141. Tim Bantuan I
143 142. Tim Bantuan II
144 143. Bawahan
145 144. Jalan Keluar I
146 145. Jalan Keluar II
147 146. Bebas
148 148. Ketegangan
149 149. Ruang Tersembunyi I
150 150. Ruang Tersembunyi II
151 151. Bedah Darurat
152 152. Bedah Darurat II
153 153. Tanda Khusus I
154 154. Tanda Khusus II
155 155. Jebakan I
156 156. Jebakan II
157 157. Jebakan III
158 158. Mark Helian
159 159. Mark Helian II
160 160. Dorongan Kuat Allen I
161 161. Kau Tak Sendiri
162 162. Janitra Wangsaguna
163 163. Janitra Wangsaguna II
164 164. Penyihir
165 165. Bantuan Dari Dimensi Lain
166 166. Makhluk Kepercayaan Liu
167 167. Dia Memang Layak
168 168. Dia Memang Layak II
169 169. Kunci Kekalahan I
170 170. Kunci Kegagalan II
171 171. Kunci Kekalahan III
172 172. Kunci Kekalahan IV
173 173. Kunci Kekalahan V
174 174. Kunci Kekalahan (Last)
175 175. Gelombang Kejut
176 176. Langkah Selanjutnya
177 177. Botol Kaca
178 178. Petunjuk Botol Kaca I
179 179. Petunjuk Botol Kaca II
180 180. Jalan Satu-Satunya
181 181. Melompat Atau Tertangkap
182 182. Hanya Ikan Mati Yang Mengikuti Arus
183 183. Gray Wolves
184 184. Gray Wolves II
185 185. Kepanikan
186 186. Segel Pembuka
187 187. Segel Terbuka
188 188. Hal Tak Terduga
189 189. Markas Penyihir
190 190. Pasukan Penjaga
191 191. Mengatur Strategi
192 192. Kekuatan Tak Terduga I
193 193. The Power of Faith I
194 194. The Power of Faith II
195 195. The Power of Faith III
196 196. Hancurnya Markas Penyihir I
197 197. Hancurnya Markas Penyihir II
198 198. Hancurnya Markas Penyihir III
199 199. Akhir Atau Awal?
200 200. Awal Atau Akhir? II
201 201. Kembali ke Markas
202 202. Kegaduhan Publik I
203 203. Kegaduhan Publik II
204 204. Kegaduhan Publik III
205 205. Masalah Untuk Solusi
206 206. Penyusup Kecil
207 207. Ancaman
208 208. Takut Apa?
209 209. Informasi Baru
210 210. Keputusan
211 211. Penyelidikan
212 212. Ikatan
Episodes

Updated 212 Episodes

1
Episode 1. The Misty Night
2
Episode 2. Organ Theft
3
Episode 3. Invisible
4
Episode 4. Fake Evidence
5
Episode 5. Let's Be Partners
6
Episode 6. Intruder
7
Episode 7. Corpse Under The Bridge
8
Episode 8. Sammamish River
9
Episode 9. Someone Mysterious
10
Episode 10. Missing Target
11
Episode 11. Suspicious Brand
12
Episode 12. Cecilia Bed
13
Episode 13. Lake Washington
14
Episode 14. Black Marlin
15
Episode 15. K1 mean Kampret?
16
Episode 16. Never Show Your Weakness
17
Episode 17. Secret Chip
18
Episode 18. For The Sake of Friendship
19
Episode 19. Underwater
20
Episode 20. Finally Found You
21
Episode 21. The Chosen Girl
22
Episode 22. Promise
23
Episode 23. Released
24
Episode 24. Peluru Beracun
25
Episode 25. Pesan Darurat
26
Episode 26. Penawar Racun
27
Episode 27. King Allen I
28
Episode 28. King Allen II
29
Episode 29. King Allen III
30
Episode 30. King Allen IV
31
Episode 31. King Allen V
32
Episode 32. Prince Secret I
33
Episode 33. Prince Secret II
34
Episode 34. Prince Secret III
35
Episode 35. Prince Secret IV
36
Episode 36. Prince Secret V
37
Episode 37. Sel Keluarga Kingston I
38
Episode 38. Sel Keluarga Kingston II
39
Episode 39. Shield Organisation
40
Episode 40. Kebenaran I
41
Episode 41. Kebenaran II
42
Episode 42. Rekan
43
Episode 43. Rekan II
44
Episode 44. Rekan III
45
Episode 45. Rekan IV
46
Episode 46. Microchip
47
Episode 47. Mengatur Rencana
48
Episode 48. Memahamimu I
49
Episode 49. Memahamimu II
50
Episode 50. Sekutu I
51
Episode 51. Sekutu II
52
Episode 52. Sekutu III
53
Pengumuman Give Away!
54
Episode 53. Sekutu IV
55
Episode 54. Greenwood I
56
Episode 55. Greenwood II
57
Episode 56. Kesalahpahaman I
58
Episode 57. Kesalahpahaman II
59
Episode 58. Kesalahpahaman III
60
Episode 59. That's Right! I'm Interested In You!
61
Episode 60. Just Stand By Me
62
Episode 61. Believe in You I
63
Episode 62. Believe in You II
64
Episode 63. Lencana K-One
65
Episode 64. Tuan Besar Kingstone
66
Episode 65. Tuan Besar Kingstone II
67
Episode 66. Greengarden
68
Episode 67. James Harries
69
Episode 68. The Secret House
70
Episode 69. Whats Going On?
71
Episode 70. Just Like That
72
Episode 71. Follow Your Heart
73
Episode 72. This Way
74
Episode 73. ChitChat
75
Episode 74. Kembalinya Pembuat Onar
76
Episode 75. Ketegangan
77
Episode 76. Cecilia Bed Has Arrived
78
Episode 77. Cecilia Bed Has Arrived II
79
Episode 78. Cecilia Bed Has Arrived III
80
Episode 79. Keputusan Allen
81
Episode 80. Racun Perangsang
82
Episode 81. Petugas Shield Organisation
83
Episode 82. Tidak Ada Tempat yang Aman di Muka Bumi
84
83. Karena Kau Adalah Temanku!
85
84. How Lucky I'am to Have A Friend Like You!
86
85. Cz I Believe In You!
87
86. Coz I Believe In You II
88
87. Karena Segalanya Telah Ada yang Mengatur!
89
88. Move I
90
89. Move II
91
90. Sihir Pelindung
92
91. Perjalanan I
93
92. Perjalanan II
94
93. Perjalanan III
95
94. Jalan Rahasia
96
95. Hutan Kematian
97
96. Hutan Kematian II
98
97. Hutan Kematian III
99
98. Fairy House I
100
99. Fairy House II
101
100. Fairy House III
102
101. Fairy House IV
103
102. Celah I
104
103. Celah II
105
104. Celah III
106
105. Celah IV
107
106. Celah V
108
107. Menemukan Target I
109
108. Menemukan Target II
110
109. Menemukan Target III
111
110. The Dead of Night I
112
111. The Dead of Night II
113
112. Ruang Bawah Tanah I
114
113. Ruang Bawah Tanah II
115
114. Ruang Bawah Tanah III
116
115. Si Mulut Busuk
117
116. Sangkar
118
117. Bermain Opera
119
118. The Big Shoot I
120
119. The Big Shoot II
121
120. Manipulasi Adam
122
121. Serangan Dimulai
123
122. Gempar I
124
123. Gempar II
125
124. Gempar III
126
125. Secret Hands I
127
126. Secret Hands II
128
127. Gerakan Massive
129
128. Jangan Remehkan Wanita
130
129. Belum Terlambat Untuk Berubah
131
130. Janji Yang Harus Ditepati
132
131. Pedofil
133
132. Lebih Rendah Daripada Binatang I
134
133. Lebih Rendah Daripada Binatang II
135
134. Lebih Rendah Daripada Binatang III
136
135. Kebrutalan Isaac I
137
136. Kebrutalan Isaac II
138
137. Penyelamatan I
139
138. Penyelamatan II
140
139. Penyelamatan III
141
140. Terjebak
142
141. Tim Bantuan I
143
142. Tim Bantuan II
144
143. Bawahan
145
144. Jalan Keluar I
146
145. Jalan Keluar II
147
146. Bebas
148
148. Ketegangan
149
149. Ruang Tersembunyi I
150
150. Ruang Tersembunyi II
151
151. Bedah Darurat
152
152. Bedah Darurat II
153
153. Tanda Khusus I
154
154. Tanda Khusus II
155
155. Jebakan I
156
156. Jebakan II
157
157. Jebakan III
158
158. Mark Helian
159
159. Mark Helian II
160
160. Dorongan Kuat Allen I
161
161. Kau Tak Sendiri
162
162. Janitra Wangsaguna
163
163. Janitra Wangsaguna II
164
164. Penyihir
165
165. Bantuan Dari Dimensi Lain
166
166. Makhluk Kepercayaan Liu
167
167. Dia Memang Layak
168
168. Dia Memang Layak II
169
169. Kunci Kekalahan I
170
170. Kunci Kegagalan II
171
171. Kunci Kekalahan III
172
172. Kunci Kekalahan IV
173
173. Kunci Kekalahan V
174
174. Kunci Kekalahan (Last)
175
175. Gelombang Kejut
176
176. Langkah Selanjutnya
177
177. Botol Kaca
178
178. Petunjuk Botol Kaca I
179
179. Petunjuk Botol Kaca II
180
180. Jalan Satu-Satunya
181
181. Melompat Atau Tertangkap
182
182. Hanya Ikan Mati Yang Mengikuti Arus
183
183. Gray Wolves
184
184. Gray Wolves II
185
185. Kepanikan
186
186. Segel Pembuka
187
187. Segel Terbuka
188
188. Hal Tak Terduga
189
189. Markas Penyihir
190
190. Pasukan Penjaga
191
191. Mengatur Strategi
192
192. Kekuatan Tak Terduga I
193
193. The Power of Faith I
194
194. The Power of Faith II
195
195. The Power of Faith III
196
196. Hancurnya Markas Penyihir I
197
197. Hancurnya Markas Penyihir II
198
198. Hancurnya Markas Penyihir III
199
199. Akhir Atau Awal?
200
200. Awal Atau Akhir? II
201
201. Kembali ke Markas
202
202. Kegaduhan Publik I
203
203. Kegaduhan Publik II
204
204. Kegaduhan Publik III
205
205. Masalah Untuk Solusi
206
206. Penyusup Kecil
207
207. Ancaman
208
208. Takut Apa?
209
209. Informasi Baru
210
210. Keputusan
211
211. Penyelidikan
212
212. Ikatan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!