Aroma ayam panggang yang sangat harum menusuk-nusuk penciuman Arsyelin yang masih menggeliat di atas ranjang dengan mendekap boneka panda besar. Menarik paksa jiwanya yang masih berkelana di alam bawah sadar. Bukan jenis pengelanaan yang bagus. Karena pada kenyataannya, ia bangun dengan
napas yang nyaris tak bersisa. Semua itu karena dalam mimpinya, ia merasa tengah melakukan pengintaian yang sialnya diketahui pihak lawan. Memaksanya untuk lari agar tidak menimbulkan kegaduhan di area umum. Terus berlari hingga tenaganya nyaris tak bersisa.
Namun, sungguh beruntung baginya, karena pelarian tak berujung yang melelahkan itu akhirnya terhentikan oleh aroma ayam panggang yang menggoda. Jika tidak, ia pasti masih terus berlari hingga usaha tidurnya untuk beristirahat menjadi sia-sia. Pernyataan itu bukan tanpa alasan, karena setiap kali ia bermimpi seperti itu, ia pasti langsung kelelahan ketika bangun, seolah lari sungguhan di alam nyata.
Sampai detik ini pun, gadis itu sungguh tak memahami bagaimana sistem kerja sebuah mimpi. Bagaimana mungkin orang yang kehilangan kesadaran bisa mengalami hal sedemikan rupa yang nyaris sama seperti ketika mereka sadar?
Menurut orang-orang yang menyandang gelar pakar, itu semua karena pengaruh alam bawah sadar. Namun, siapa yang tahu apa yang sesungguhnya terjadi, karena mimpi selalu mengalami lompatan-lompatan dan sulit sekali diingat ketika telah sadar.
“Kalau sudah bangun, keluarlah. Aku sudah membuatkan makan malam untukmu,” seru sebuah suara milik seorang lelaki di luar sana. Membuat Arsyelin langsung membuka lebar kedua matanya yang semula masih tampak menyipit enggan. Mungkinkah ia masih terbuai dalam mimpi? Kenapa bisa ada suara lelaki di rumahnya?
“Jika kau tidak segera keluar, aku akan masuk dan
menyirammu dengan air. Aku sudah menemukan petunjuk. Malam ini kita datangi sarang mereka atau kita akan kehilangan kesempatan,” lanjut suara itu ketika tak mendengar tanda-tanda ada gerakan dari dalam kamar.
Arsyelin mengerjap dan mengucek kedua matanya beberapa kali setelah berhasil menarik tubuhnya untuk duduk.
“Ar-sye-lin Wang-sa-gu-na! Kuhitung sampai tiga, jika
kau tak juga bersuara, aku akan masuk ke kamarmu!” seru suara itu lagi dengan nada yang jauh lebih tinggi. Yang seketika mengembalikan kesadaran gadis itu
dengan sempurna. Membuatnya langsung melompat ke tepi ranjang. Masih ada banyak hal yang harus ia kerjakan. Bagaimana mungkin ia bisa sesantai ini? Gadis itu langsung menyambar air mineral di meja yang berada di samping tempat tidur, meneguknya dengan cepat untuk memulihkan kesadaran.
“Iya, iya. Aku akan mandi sebentar. Kau jangan sampai
melangkahkan kakimu masuk atau aku akan menghancurkan inti sarimu!” balas Arsyelin dengan seruan serupa seraya meletakkan gelas air mineral yang telah kosong.
“Iyanya satu kali saja. Tidak perlu dua kali. Kau
sungguh tak menghargaiku!” Seruan terakhir itu sungguh membuat rahang Arsyelin terjatuh. Kenapa tiba-tiba ia merasa lelaki dari dimensi lain ini jauh lebih
sulit dimengerti daripada ibunya?
Tidak ingin terlalu memikirkan hal yang membuat
frustrasi itu, Arsyelin langsung beranjak. Dan seketika tertegun ketika menyadari keadaan sekitar. Lampu kamarnya belum dinyalakan, begitu pun dengan
jendela besar kamarnya yang menghadap taman, belum ditutup. Membuat pancaran lampu jalanan menelusup masuk dan menghasilkan aura remang-remang dalam kamarnya.
Gadis itu mendesah lemah ketika merasakan hawa dingin yang menyeruak masuk seiring angin malam yang berembus, menyesali betapa bodohnya ia yang tertidur hingga senja nyaris menghilang. Dan lebih sembrononya lagi, membiarkan jendela kamarnya tetap terbuka lebar di saat sekitarannya sudah menggelap.
Tanpa pikir panjang, gadis itu langsung berjalan ke arah jendela, bermaksud menutupnya sebelum hawa dingin menusuk tulang menguasai kamarnya.
Namun, siapa sangka, baru saja gadis itu hendak menarik sebelah daun jendelanya, sudut matanya menangkap kelebatan hitam yang langsung melompat ke arahnya dan membungkam mulutnya rapat.
Karena efek terkejut, Arsyelin tak sempat mengumpulkan energi untuk melawan dorongan sosok yang tiba-tiba muncul entah dari mana itu. Beruntung, sebelah tangan sosok itu menahan punggungnya, jika tidak, dirinya pasti sudah jatuh ke lantai dan harus menahan beban tubuh dari sosok yang entah datang dari mana itu.
Mendapati dirinya dalam sekapan, kedua mata Arsyelin langsung terbeliak menunjukkan perlawanan, bahkan kedua tangannya yang bebas berusaha keras melepaskan tangan kokoh yang membungkam mulutnya itu.
Namun rupanya, usahanya itu hanya sia-sia belaka. Tenaga sosok itu jauh lebih kuat daripada miliknya yang baru bangun tidur dan kelaparan. Dirinya bahkan tak berkutik ketika sosok itu menyeret tubuhnya ke sisi yang tak terlihat dari luar.
Wajah sosok itu tertutup masker, sulit bagi Arsyelin
mengenali bentuk wajah asing yang hanya terlihat matanya saja itu. Terlebih lagi dalam keadaan yang begitu remang-ramang. Namun, gadis itu langsung
menyimpulkan bahwa sosok yang kini berpakaian hitam-hitam itu pastilah tengah bersembunyi dari kejaran sesuatu. Kedua matanya yang berwarna biru gelap tampak bergerak-gerak penuh kewaspadaan dan terus memperhatikan keluar jendela, ke arah jalanan. Tidak salah lagi, pasti ada sesuatu yang mengejarnya di luar sana.
Di saat seperti ini, sungguh, gadis itu berharap Isaac
mendobrak kamarnya. Tetapi sepertinya itu hanyalah harapan kosong. Karena sialnya, ia baru saja memperingatkan sosok jin itu untuk tidak
melangkahkan kakinya ke dalam kamarnya dengan ancaman yang sudah pasti membuat jin itu gentar.
Meskipun dari luar gadis itu tampak begitu tenang, sesungguhnya pikirannya telah berputar mencari jalan menyelamatkan diri. Dan yang ada di pikirannya saat ini hanyalah giginya yang tajam. Tidak ada pilihan lain, gadis itu akhirnya membuka mulutnya untuk menggigit telapak tangan yang kokoh itu, karena kedua tangannya telah berhasil ditahan tanpa bisa bergerak. Dan yang sungguh mengejutkan baginya adalah, tak ada reaksi apa pun dari sosok itu bahkan ketika ia telah mengerahkan sisa tenaga yang ia miliki.
Arsyelin bukanlah gadis lemah. Kekuatan tubuhnya
melampaui gadis-gadis seusianya. Terang saja, karena ia menguasai berbagai teknik ilmu bela diri. Namun, seluruh teknik pertahanan dirinya itu seolah sama
sekali tak berarti di hadapan sosok tinggi tegap yang menahannya ini.
“Tolong diamlah. Aku tidak akan menyakitimu,” suara
yang tenang nan dalam milik seseorang yang pastilah memiliki usia yang tidak jauh berbeda dengannya, seketika membuat Arsyelin diam membeku. Terlebih lagi ketika dilihatnya bayangan beberapa orang yang tengah berlarian di jalanan. Yang tampaknya tengah melakukan pencarian. Tidak salah lagi, mereka pasti
sedang mencari sosok di belakang tubuhnya ini.
Gadis itu sungguh merutuki kesialannya. Baru saja ia
bermimpi dikejar-kejar, sekarang harus menghadapi situasi yang memiliki ketegangan nyaris serupa.
Hanya dalam sekali lihat, gadis itu yakin sekali para pengejar itu bukanlah polisi, karena pakaiannya adalah pakaian serba hitam dengan simbol tertentu di bagian dada. Yang mana artinya akan jauh lebih berbahaya bagi dirinya jika sampai mereka menemukan apa yang mereka cari tengah berada di rumahnya. Bisa-bisa ia dianggap berkomplot dan langsung dieksekusi detik itu juga.
Demi keamanannya, gadis itu akhirnya memilih
berkompromi. Otot-otot tubuhnya yang semula menegang karena menunjukkan perlawanan, kini telah mengendur dan sama sekali tidak lagi menunjukkan
perlawanan jenis apa pun. Membuat sosok di belakang tubuhnya sedikit mengernyit sebelum akhirnya tersenyum samar dari balik masker yang menutupi wajahnya.
Rupanya gadis ini cepat sekali mempelajari situasi.
Beberapa saat kemudian, para pengejar yang sempat
melompati pagar dan mencari di pekarangannya itu pun pergi tanpa sedikit pun menyimpan kecurigaan. Membuat Arsyelin tanpa sadar menghela napas lega. Dan sepertinya begitu pula yang dirasakan penyandranya. Karena akhirnya, gadis itu bisa merasakan cengkraman tangan si penyandranya mengendur.
Arsyelin mengerjap begitu menyadari ada kesempatan. Seketika itu juga, tanpa menunggu kesempatan kedua, gadis itu langsung menarik
tangannya sekuat tenaga, berputar cepat bahkan sebelum sosok di belakang tubuhnya menyadari apa yang terjadi.
Tidak cukup sampai di situ, dengan tangkas, gadis itu menarik lengan sosok itu dan membantingnya dengan keras di atas lantai kayu. Lantas menindih saluran diafragma lelaki itu tanpa ampun menggunakan lututnya. Si lelaki yang tengah lengah dan tidak siap menerima pukulan itu sontak saja terbeliak menatap gadis yang kini berada di atasnya dengan seringai yang sangat mengerikan.
Lelaki itu sungguh tak menyangka akan mendapatkan
kejutan yang begitu mengerikan. Gadis ini terlihat begitu lembut dan anggun secara bersamaan. Rambut panjangnya yang tergerai menambah kesan polos dan
lemah yang mengundang pria mana pun ingin melindunginya. Parasnya begitu cantik dengan kesan imut yang melenakan. Siapa sangka, semua itu adalah tipuan terbaik yang mengerikan. Lelaki itu sungguh melupakan sorot mata si gadis yang tampak
begitu kuat dan cerdas. Yang bahkan saat ini, gadis itu mampu membuat kedua tangannya yang bebas pun sulit bergerak. Setiap kali ia ingin menggerakkan
tangannya untuk melawan, tekanan di dadanya terasa semakin menyesakkan dan membakar, membuatnya sulit bernapas.
“Apa kau berpikir karena aku seorang wanita bisa
begitu saja kau tindas dengan mudahnya? Lakukan itu di mimpimu, makhluk sialan! Sekarang katakan, siapa kau? Kenapa mereka semua mengejarmu?” desis Arsyelin tajam. Dengan cepat menyambar masker hitam yang tengah dikenakan si penyusup. Dan
begitu kain penutup itu tersingkap, ada kilat keterkejutan yang terlintas sesaat di mata bening Arsyelin.
Keterkejutan Arsyelin bukan tanpa alasan. Pria yang
kini tak berkutik di bawah tekanannya memiliki wajah sebening kristal meskipun tampak begitu maskulin. Di bawah sudut mata sebelah kirinya tampak tahi lalat
kecil yang membuatnya semakin terlihat menawan meskipun dalam keremangan. Memaksa gadis itu berpikir ulang tentang penilaannya.
Mungkinkah pria dengan wajah bangsawan seperti ini
adalah seorang penjahat? Meskipun fisiknya sangatlah kuat, tetap saja tidak terlalu cocok jika ia menjadi penjahat.
Di saat Arsyelin tengah sibuk menerka-nerka, is merasakan energi pria itu seakan bertambah berkali-kali lipat ketika masker yang menyembunyikan wajahnya terbuka. Ada kilat keterkejutan di mata pria itu, walau sesaat.
“Sebaiknya kau tidak tahu apa pun tentangku, Nona. Karena tahu banyak hal bisa membuat hidupmu tak nyaman,” lirih pria itu dengan nada tenang yang membuat Arsyelin mengerutkan dahi samar. Belum selesai Arsyelin mempelajari gestur wajah si penyusup, seulas senyum tersungging di bibir pria itu dengan begitu menawan. Dan begitu saja, pria itu langsung membalikkan badan. Gerakan yang tiba-tiba itu benar-benar membuat Arsyelin terkejut dan kehilangan keseimbangan.
Beruntung baginya, karena si penyusup langsung menahan tubuhnya sebelum tubuh ramping gadis itu menghantam lantai dengan keras. Kini, posisi mereka terbalik. Membuat gadis itu kehilangan kata. Merutuki kecerobohannya yang terus berulang.
Mata sebiru lautan dalam itu menatap lekat ke manik
sewarna madu milik gadis di hadapannya yang menatap tajam. Anehnya, pria itu sama sekali tidak terprovokasi dengan sikap kasar Arsyelin, sebaliknya, ia malah tersenyum dengan sorot mata meredup penuh rasa penyesalan.
“Maafkan aku. Tidak seharusnya aku melibatkanmu. Terima kasih atas kerja samanya. Anggap saja tidak pernah ada kejadian ini dalam hidupmu. Aku harus pergi. Sampai jumpa.” Dan begitu saja, si penyusup langsung melompat keluar jendela.
Menyaksikan itu, Arsyelin langsung berdiri dan berlari
menghampiri jendela, berseru kesal. “Hei, kau …” Gadis itu tak melanjutkan seruannya begitu pria yang kini berlari menyeberangi pekarangan rumahnya tampak menoleh, tersenyum seraya melambaikan tangan sebelum tubuh tinggi tegapnya lenyap di balik pagar kayu.
Karena menyadari tak ada yang dapat ia lakukan, gadis itu menarik daun jendela dan menguncinya rapat. Tidak ingin ada tamu tak diundang yang mengusik ketenangannya.
Ketika gadia itu hendak berjalan ke kamar mandi, kakinya menyandung sebuah benda di tempat ia menjatuhkan si pria penyusup.
Gadis itu menunduk untuk mengambil benda yang terlihat berkilat ketika tertimpa cahaya lampu jalanan yang masih bisa menerobos masuk melalui sela gorden yang telah diturunkan.
“Pisau lipat?” lirih gadis itu. Matanya tampak menyipit, membolak-balik benda yang memiliki dua mata pisau di kedua sisinya itu penuh penilaian. Jemari lentiknya meraba gagang pisau berukir itu dengan pandangan dahi mengerut dalam begitu ukiran di sana tereja oleh otaknya. “K1? Apa maksudnya?” kembali gadis itu bergumam penuh tanya.
Sosok pria itu memang telah pergi dari hadapannya,
tetapi, kehadirannya yang hanya sesaat itu telah berhasil meninggalkan jutaan tanya di benak Arsyelin. Membuatnya semakin geram karena harus dilanda rasa penasaran yang tak akan mampu ia atasi dalam waktu dekat.
“Ar-Sye-Liiiiiiin! Apa kau kembali tidur, huh? Kenapa kau lama sekali?” seru sebuah suara yang telah gadis itu hapal di luar kepala.
Arsyelin yang masih menunduk mencermati pisau lipat itu langsung mendongak, mengarahkan pandangannya ke pintu. Ada rasa geram yang
tiba-tiba muncul di benaknya. Makhluk sialan itu, kenapa baru muncul sekarang, huh? Kenapa tidak muncul tadi ketika dirinya nyaris saja menjadi
korban penyusup?
“Oh diamlah! Aku tidak tuli. Sebentar lagi aku keluar,”
serunya menahan geram. Bergegas menyalakan saklar lampu dan mengambil pakaian ganti yang terlipat rapi di dalam lemari. Ia juga menyelipkan pisau lipat itu di bawah tumpukan pakaiannya.
Saat ini, ia memang tidak tahu apa pun tentang benda itu. Tetapi, bukankah tak ada satu pun benda di dunia ini yang tak berguna? Dan tak ada satu pun kejadian di dunia ini yang terjadi secara kebetulan? Entah kenapa, gadis itu yakin sekali, suatu saat pasti akan kembali bertemu dengan pria sialan itu lagi.
“Bagus sekali. Kau sudah membuatku menunggu berjam-jam dan kini menyuruhku diam? Benar-benar manusia berhati mulia.” Terdengar langkah menjauh dari pintu dengan gerutuan menyerupai nenek-nenek pikun yang tengah mencari kacamatanya yang hilang, yang ternyata dipegangnya.
Arsyelin tidak menyahut. Hanya menyeringai dan
bergegas ke kamar mandi sebelum kejadian buruk yang tak diinginkannya kembali muncul di hadapannya tanpa peringatan. Gadis itu tidak tahu, bahwa hal yang
sungguh tak ingin dilihatnya tengah menunggu kehadirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 212 Episodes
Comments
Evelyne
kalo Drakor K2 udah nonton Thor... terus K1 apaan ya...😜
2022-08-03
0
DHANIR K
k1 kok aku bacanya kewAn. apa cuma aku saja🤔🤔🤔🤔
good job Thor
2021-11-18
1
☂⃝⃞⃟ᶜᶠAYU ⍣⃝కꫝ🎸
apa ni ada hubungan'y sama K2 drama Korea…? 🤣🤭 ✌
2021-07-28
2