ALI

Ana dan Novi telah selesai makan siang. Kemudian mereka melaksanakan sholat. Ali tetap bersama mereka berdua. Saat Ana masih di dalam kamar mandi, Ali mencari kesempatan untuk mengetahui yang terjadi terhadap Ana.

“ Nov, Ana kenapa sih?” Tanya Ali berbisik, Ia takut akan ada orang yang mendengar.

“ Ana habis ketemu Petra tau, dan Petra ga mau balikan sama Ana.” Jawab Novi.

Mendengar jawaban Ali, bukannya ikut merasa iba, justru Ali merasa senang. Ia berfikir bahwa kesempatan untuknya ada di depan mata.

“ Saat yang tepat buat meluluhkan hati Ana nih.” Gumam Ali.

“ Waduh ngambil kesempatan dalam kesempitan ya kamu Li.” Ledek Novi.

“ Tapi aku setuju kok kalo kamu nglakuin itu. Biar Ana ga kepikiran Petra terus.” Tambah Novi.

“ Bantuin aku ya.” Pinta Ali.

“ Siap. Mie ayam bakso tapi ya kalau kalian jadian.” Palak Novi.

“ Gampang itulah.” Kata Ali.

“ Oke.” Jawab Novi kegirangan.

Tidak lama kemudian Ana balik ke kelas dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan hasduk ( dasi pramuka) dan topi pramuka.

“ Kok belum pada siap-siap?” Tanya Ana ke Novi dan Ali.

“ Eh iya udah jam satu kurang ya.” Jawab Novi gugup.

“ Yuk cepetan siap-siap, temen-temen yang lain udah banyak yang di lapangan tuh. Takut telat yuk.” Ajak Ana.

“ Iya sebentar.” Jawab Novi.

Setelah mereka bertiga siap, mereka pergi menuju lapangan. Pas sekali upacara akan segera dimulai. Ana dan Novi berbaris di barisan depan. Sedangkan Ali berbaris di barisan belakang.

Baru sepuluh menit upacara berlangsung, Ana tiba-tiba merasa pusing. Pikirannya yang berat membuat badannya menjadi lemah. Ia takut jika tetap ikut upacara, bisa-bisa Ia pingsan. Ana pun meminta izin ke kakak Pembina untuk istirahat dikarenakan Ia sedang sakit kepala. Untungnya kakak Pembina mengizinkan.

Ana menuju kelasnya ditemani salah satu kakak PMR (Palang Merah Remaja). Setelah Ana duduk, Ia diberikan minyak kayu putih di dahinya, kemudiain ditinggalkan sendirian. Ali melihat hal tersebut. Agar bisa menemani Ana, Ia pun berpura-pura sakit. Beruntungnya Ali, Kakak Pembina percaya dengan kebohongannya.

Ali menuju kelas ditemani kakak PMR, Ia berpura-pura sakit perut. Sehingga Ia diberikan minyak kayu putih untuk di oleskan di perutnya. Setelah itu kakak PMR pun pergi meninggalkan kelas mereka.

Ali memandang Ana yang sedang ketiduran di atas meja. Kepalanya menempel meja, wajahnya menghadap jendela kelas. Cahaya matahari menyinari wajahnya. Terlihat Ana tidak nyaman dengan cahaya tersebut, kemudian Ali duduk disamping Ana. Ia duduk tegap agar cahaya matahari terhalang oleh badannya. Ana pun terlihat nyaman dengan keadaan itu.

Ali memandangi wajah Ana yang rupawan. Sebenarnya Ali sudah memendam rasa sejak lama kepada Ana. Oleh karena itu Ia selalu duduk di belakang Ana sejak hari pertama sekolah. Tanpa bicara sepatah katapun, hanya memandang wajah Ana, Ali merasa bahagia.

“ Kamu cantik, ceria, baik pula.” Gumam Ali.

Tiba-tiba Ana bergerak, Ia meletakkan tangannya diatas meja yang semula dibawah meja. Ali gugup, takut jika ternyata Ana mendengar apa yang digumamkannya. Untungnya Ana tidak terbangun, Ia hanya menggerakkan badannya saja.

Ali teringat dulu saat pertama kali bertemu dengan Ana. Saat itu adalah hari pertama MOS ( Masa Orientasi Siswa). Ali belum berteman dengan siapapun saat itu, karena Ali termasuk anak yang cukup pendiam, Ia kesusahan untuk berteman dengan orang baru. Namun tidak dengan Ana.

Saat itu Ana datang ke aula SMP mereka, tempat diadakannya MOS. Karena Ana datang cukup siang, Ia mendapatkan tempat duduk kosong di ujung belakang, tepatnya disamping Ali.

Dikerenakan sifat Ana yang ceria, Ia pun memulai percakapan terlebih dahulu dengan Ali.

“ Nama kamu siapa?” Tanya Ana dengan senyum manis di bibirnya.

Ali yang kaget diajak bicara duluan oleh Ana, Ia menjawab dengan terbata-bata.

“ Ee naa-maa-ku A-li.” Jawab Ali tertunduk malu.

“ Oh Ali ya. Namaku Ana, salam kenal ya.” Kata Ana.

“ Ii-ii-yaa.” Jawab Ali masih terbata-bata.

“ Kamu rumahnya dimana?” Tanya Ana lagi.

“ Rumah-ku di Alian.” Jawab Ali terdengar mulai tenang tanpa terbata-bata.

“ Wah di gunung berarti ya. Udaranya masih bagus dong ya. Rumahku di pinggir jalan, banyak polusinya.” Terang Ana.

“ Oh gitu.” Jawab Ali.

“ Rumahku di Argopeni. Kamu tau Argopeni kan?” Tanya Ana lagi.

“ Iya tau.” Jawab Ali pelan.

“ Apa? Ga kedengeran nih, suaramu kecil banget. Disini kan lagi rame, suaranya kencengin dikit dong.” Pinta Ana.

“ Iya aku tau Argopeni.” Teriak Ali.

Mendengar Ali yang menjawab dengan suara yang sangat keras, banyak orang disekitarnya yang menatap Ali.

“ Pfft! Hahaha. Ups sorry, soalnya kamu lucu banget sih. Aku minta kamu buat ngencengin suara kamu, bukannya teriak.” Kata Ana menahan tawanya.

“ Iya maaf.” Jawab Ali tersipu malu.

Mulai dari pertemuan itu, kemudian mereka mulai akrab. Kebetulan juga, mereka ditempatkan dikelas yang sama. Awalnya Ali dan Ana memutuskan untuk duduk bersama karena mereka sudah kenal dari saat MOS. Namun, saaat bertemu dengan Novi, Ana memutuskan untuk duduk bersama dengan Novi. Apalagi saat itu, Novi belum punya teman sebangku.

Makin mengenal Ana, rasa suka Ali semakin bertambah. Tidak hanya parasnya yang rupawan, Ia juga sering menolong temannya. Bahkan, Ali beberapa kali melihat Ana yang suka menyebrangkan nenek-nenek. Hatinya semakin luluh melihat perbuatan baiknya.

Namun, hampir sebulan ini Ali merasa khawatir dengan keadaan Ana. Ia mulai berubah. Ana sering terlihat murung. Awalnya Ali berpikiran bahwa Petra lah yang membuat Ana menjadi berubah. Namun, setelah putus dengan Petra pun, Ana malah semakin terlihat murung.

Beberapa kali bahkan Ana sampai tidak mengerjakan PR-nya. Selama ini Ana dikenal selalu rajin mengerjakan PR-nya. Ali ingin bertanya alasan Ana sikapnya berubah, namun Ali takut pertanyannya akan membebaninya.

Tanpa sadar, tangan Ali mengelus kepala Ana. Namun, Ia terkejut saat Kakak Pembina datang untuk menanyakan kabar mereka berdua.

“ Udah mendingan belum?” tanya Kakak Pembina.

“ Udah kak.” Jawab Ali gugup sambil menurunkan tangannya.

“ Tapi kalau Ana kayaknya belum kak.” Tambah Ali.

“ Ya udah kalau kamu udah baikan, sekarang kamu balik ke barisan lagi. Toh upacaranya juga udah selesai.” Perintah Kakak Pembina.

“ Biar Ana ditemenin sama Kakak PMR aja.” Tambah Kakak Pembina.

“ Baik kak.” Jawab Ali bergegas berdiri dan pergi meninggalkan kelas.

Ana masih tertidur lelap, bahkan Ia sampai tidak sadar bahwa beberapa waktu yang lalu ada Ali disampingnya. Kakak Pembina meminta beberapa kakak PMR untuk menemani Ana sampai acara pramuka selesai. Mereka tidak membangunkan Ana, karena terlihat wajah Ana sedikit pucat. Baru setelah pramuka selesai, Ana dibangunkan agar bisa pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!