HARI KEDUA

Seminggu setelah Ana kehilangan surat , uang, dan foto-foto dirinya dan kakaknya, semua berjalan normal. Ana melakukan rutinitas biasa dan mulai menerima kejadian sebelumnya. Ana menerima jika pencurian tersebut terjadi karena kelalaiannya belum membetulkan kunci jendela yang rusak, sehingga membuka kesempatan bagi pencuri.

Ana tidak menceritakan pencurian tersebut kepada Petra dan Novi. Namun, Ia sudah menceritakan bahwa Ia dan Petra sudah jadian ke sahabatnya Novi. Awalnya Novi marah kenapa Ana tidak mau menunjukkan surat yang diberikan Petra kepada Novi. Akan tetapi karena sejatinya mereka sudah saling mengenal cukup lama, Novi mengerti pasti ada alasan di balik itu.

Hari ini akan diadakan ulangan matematika. Ana pun sudah bertekad akan belajar jam 3 pagi. Akan tetapi Ana kesiangan, sehingga Ana mulai belajar jam 4 pagi. Awalnya Ana fokus belajar, tapi entah kenapa Ana tiba-tiba ingin membuka jendelanya. Ana berfikir mungkin jika Ia membuka jendelanya, udara pagi yang segar akan semakin membuatnya fokus dalam belajar.

Perlahan-lahan Ana membuka jendela satu, saat akan membuka jendela yang kedua, Ia ingat pencurian seminggu yang lalu. Akhirnya Ana pun mengurungkan niatnya untuk membuka jendela yang kedua. Setelah membuka jendela, Ana pun kembali ke kasurnya. Inilah keanehan lainnya, biasanya Ana belajar di meja belajar, namun pagi itu Ana belajar di atas kasur sambil rebahan.

Saat Ana mulai melihat bukunya kembali, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki orang berjalan. Memang samping kamar Ana merupakan jalan tikus, sehingga beberapa orang menggunanakan jalan tersebut agar lebih cepat sampai kerumah mereka daripada harus memutar lewat jalan besar. Tetapi, baru pertama kali ini Ana mendengar suara orang berjalan di jam 4 pagi.

Setahu Ana, tidak ada orang disekitar rumah Ana yang berangkat kerja atau sekolah di jam tersebut.

Dikarenakan rasa penasaran, Ana mencoba melihat ke jendela. Namun, ketika Ana melihat ke arah depan, tidak ada siapa-siapa. Saat Ana memutar kepalanya untuk melihat ke arah belakang, Ana juga tidak menemukan siapa-siapa.

Saat itu, Ana masih berfikir positif, siapa tahu orang tersebut jalannya sangat cepat jadi Ana tidak sempat melihat siapa orang tersebut.

Ana memutuskan untuk kembali belajar. Baru saja Ana mulai rebahan dan membuka bukunya,tiba-tiba terdengar suara langkah kaki orang berjalan kembali. Kali ini suara langkah kakinya terdengar lebih banyak, kemungkinan ada lebih dari satu orang. Ana mulai penasaran lagi, namun kali ini Ia mulai ragu untuk mengecek ke jendela atau tidak. Namun, sekali lagi karena rasa pensarannya lebih tinggi daripada rasa takutnya, Ana pun mengecek ke jendela lagi. Ana melihat ke arah depan, lalu ke belakang, ternyata tidak ada siapa-siapa.

Ana mulai tidak fokus untuk belajar. Ia mulai berfikir, siapa sebenarnya yang berjalan di jam 4 pagi. Padahal sebelumnya tidak ada seorang pun yang lewat jalan samping jendela Ana di pagi hari. Kalaupun ada, paling pagi adalah jam 6. Mereka adalah tetangga belakang rumah Ana yang akan pergi ke sawah.

“ Siapa sih yang lewat jam segini.” Gumam Ana.

Ana kemudian duduk di atas kasur, Ia sadar harus fokus kembali untuk belajar.

“ Fokus Ana fokus!, katanya sambil menggelengkan kepalanya.

Akhirnya Ana memutuskan untuk kembali belajar. Ia kembali ke kasur, namun kali ini Ia duduk. Ana juga mengeluarkan pensilnya untuk mulai mengerjakan kisi-kisi ulangan matematikanya.

Lima menit berjalan, Ana dapat menyelesaikan satu soal matematika. Ana pun merasa gembira. Lalu tiba-tiba terdengar suara langkah kaki orang berjalan di iringi dengan gelak tawa terbahak-bahak. Suaranya keras sekali.

“ Ha ha ha… Ha ha ha”, tawa orang tersebut.

Langkah kaki nya pun semakin mendekat dengan suara tawa yang semakin kencang. Ana mulai merasa ketakutan. Ia tidak berani untuk melihat. Ana merasa langkah kakinya semakin banyak dari sebelumnya. Ana terdiam dengan posisi duduk dan buku ada ditangannya. Semua badannya terasa kaku. Kemudian terdengar suara orang mengaji di mushola dekat rumah Ana. Ia mulai merasa tenang mendengar suara orang mengaji tersebut. Ana mulai berfikir untuk menutup jendelanya, tetapi Ia mengurungkan niatnya.

“ Ahh uda orang ngaji ini, insyaAllah aman lah”, gumam Ana.

Saat Ana merasa tenang, Ia kembali rebahan dengan buku ditangannya. Bahkan Ana sambil menggumamkan nyanyian. Seketika itu, tiba-tiba Ana merasa ada sesuatu yang lewat depan wajahnya.

“ Aaahhhhhhh”, teriak Ana ketakutan.

“ Mamaaa Mamaa mamaa! Toloong!!!” teriak Ana.

Mendengar anaknya menjerit minta tolong, Mama Ana langsung berlari dari dapur menuju kamar Ana.

“ Kenapa Ana? Tolong apa?”, Tanya Mama Ana.

“ Itu ma itu!”, jawab Ana sambil menunjuk ke arah benda yang melayang di depan wajahnya tadi sambil berlari ke mamanya.

Pelan-pelan Mama Ana mendekati benda tersebut. Benda tersebut terletak di ujung kasur ana di bawah jendela. Mama Ana ragu-ragu untuk mengambilnya. Saat-saat seperti ini Mama Ana berharap untuk kehadiran suaminya. Namun hal tersebut sangatlah tidak mungkin karena Ayah Ana harus bekerja di luar kota sesuai penempatannya. Dengan memberanikan diri, Mama Ana lalu mengangkat sisi benda tersebut dengan pelan. Lalu …

“ Ahhhh. Br*ngsek. K**ang a*jar! Siapa yang ngelempar ini!” kata Mama Ana sambil marah-marah.

Melihat Mama Ana marah-marah membuat Ana semakin ketakutan. Baru pertama kalli ini Ana melihat mama nya mengucapkan kata-kata yang kasar. Perlahan-lahan Ana mendekati mamanya, dan bertanya,

“ Kenapa ma? Itu apa?” Tanya Ana penasaran.

Mama Ana tidak menjawab. Ia terdiam, lalu menghembuskan nafasnya berkali-kali. Tangan Ana menarik baju mamanya berharap mamanya mau menjawab pertanyaannya. Setelah tenang, barulah Mama Ana menjawab.

“ Itu ******.” Jawab Mama Ana tegas.

“ Maksud mama apa?” Tanya Ana.

Ana kebingungan, karena yang dilihat Ana adalah plastik es lilin yang diisi cairan warna kuning kemudian di dalamnya ada sesuatu berwarna putih.

“ Itu kan es lilin Ma, tapi di dalamnya itu apa warna kuning dan yang plastik di dalamnya?” Tanya Ana kembali.

“ Iya itu plastik es lilin, tapi di dalamnya kemungkinan ini air kencing dan ******.” Jawab Mama Ana.

Mendengar jawaban Mamanya, Ana pun terdiam. Bulu kuduknya berdiri. Baru pertama kali Ana melihat ******, dan kejadian ini merupakan kejadian yang tidak menyenangkan.

“ Ada apa sih daritadi berisik?” Tanya Mba Arin.

“ Daritadi kamu kemana saja?” Tanya Mama Ana tegas.

“ Aku sholat lah, udah adzan tuh. Mama sama Ana udah sholat belum?” Tanya Mba Arin.

“ Belum. Tapi ini ada kejadian lagi.” Jawab Ana.

“ Kejadian apa lagi?” Tanya Mba Arin penuh rasa penasaran.

“ Husst, Ana sebaiknya kamu sholat dulu. Biar mama yang beresin ini.” Pinta Mama Ana.

“ Tapi ma aku kan lagi cerita ke Mba Arin.” Jawab Ana.

“ Cepet sana sholat!” perintah Mama.

“ Iya Maa”, jawab Ana sambil berlalu berjalan menuju kamar mandi.

“ Sebenarnya ada apa sih Ma?” Tanya Mba Arin.

“ Kayaknya ada orang iseng nih nglempar ****** ke Ana.” Jawab Mama Ana.

“ Hah ******?! Yang buat anak cowok itu?” Tanya Mba Arin penasaran.

“ Iya.” Jawab Mama sambil berjalan mengambil keresek hitam untuk mengambil ****** tersebut.

“ Tapi ma, masa orang iseng segitunya? Mungkin itu ada anak yang sakit hati sama Ana kali. Mungkin cintanya ditolak sama Ana atau gimana gitu.” Kata Mba Arin.

Mama Ana terdiam. Ia tidak menanggapi pernyataan Mba Arin. Dalam hati mama, Ia merasa omongan Mba Arin ada benarnya. Namun untuk saat ini, bagi Mama Ana lebih penting untuk menyingkirkan benda menjijikkan tersebut.

Setelah Ana sholat, Mama Ana memanggilnya.

“ Ana, coba kesini sebentar mama mau ngomong.” Kata Mama Ana.

“ Ngomong apa ma?” jawab Ana sembari mendekat ke mama.

“ Coba sini duduk dulu dekat mama. Mama masih gak nyangka ada orang yang tega nglempar hal menjijikkan itu. Menurut kamu, apa kamu sedang ada masalah sama seorang cowok? Misalnya kamu menyakiti hati cowok atau menolak seseorang?” Tanya mama lirih.

“ Engga ada sih ma.” Jawab Ana.

“ Ya sudah kamu mandi gih, sudah siang. Habis itu kamu sarapan ya. Masalah ini kita bahas nanti setelah kamu pulang sekolah. Ngga usah dipikirin saat di sekolah ya, fokus belajar saja.” Pinta Mama Ana.

Ana pun bergegas menuju kamar mandi. Meskipun Ana berkata bahwa tidak ada cowok yang sakit hati kepadanya, namun ada seorang cowok yang terlintas dipikirannya. Namun sekali lagi Ana masih ragu, apalagi rumah cowok tersebut cukup jauh dari rumahnya. Apalagi menurut Ana sifat cowok tersebut sangat baik sehingga tidak mungkin melakukan hal mengerikan ini. Pikiran ini pun Ia tepis dan bergegas menyelesaikan mandinya.

Terpopuler

Comments

Poncowati

Poncowati

Terima kasih. terus dukung author dengan like dan comment ya 🥰

2023-09-26

0

Lembayung jingga🥀🍃

Lembayung jingga🥀🍃

ayo double up kak ditunggu ya

2023-09-02

1

Tsukasa湯崎

Tsukasa湯崎

Ending yang manis dan memuaskan. 😌

2023-08-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!