Setelah mendengar tawa orang, Ana semakin ketakutan. Namun seluruh badannya masih kaku. Hanya mata Ana yang mampu bebas Ia gerakkan. Ia menangis dan dalam hatinya meminta pertolongan Allah.
Setelah mencoba mengerahkan segala tenaganya, lidah kakunya pun dapat digerakkan. Seketika itu juga Ana berteriak.
“AAAAHHHH!! To-long! Ma-ma tolong!” Teriak Ana terbata-bata.
Teriakan pertama tidak terdengar oleh mama nya. Suara Ana yang terbata-bata dan kecil belum terdengar ke kamar mamanya. Mencoba mencurahkan tenaganya kembali, Ia mencoba menggerakkan tangan dan kakinya. Samar-samar Ana mendengar suara tawa, meskipun suaranya kecil tak seperti sebelumnya.
“To-loong! Mama tolong!” Teriak Ana lagi.
Suara Ana semakin lantang dan keras, namun Mama Ana belum muncul juga. Hal ini membuatnya hampir putus asa. Namun Ia kembali berdoa dalam hati, mengucapkan ayat kursi.
Baru ayat ke-3, tiba-tiba badannya seperti lepas dari ikatan yang kuat. Bebas! Ana mampu menggerakkan tangan dan kakinya kembali.
“ Mama! Mama! Tolong!” teriak Ana sembari turun dari kasur tingkatnya. Suaranya kembali normal. Tubuhnya mampu bergerak seperti kemauannya.
Ana berlari menuju kamar Mama Ana. Disitu Mama Ana sedang duduk. Mungkin Mama Ana baru bangun dari tidurnya setelah mendengar teriakan Ana yang terakhir. Belum sempat Mama Ana datang ke kamar Ana, Ana sudah menghampirinya duluan.
“ Mamaaa. Mamaa.” Kata Ana sambil terisak.
Ana duduk tersimpuh dibawah kaki mamanya. Tangannya gemetar penuh ketakutan.
“ Kenapa Na?” tanya Mama Ana panik.
“ Aku disiram lewat jendela Ma.” Jawab Ana sambil tersedu-sedu.
“ Hah apa!” Tanya Mama Ana memastikan apa yang didengarnya tidak salah.
Mama Ana memegang lengan Ana, lalu Ia mencoba memindahkan Ana untuk duduk di dekatnya. Ia melihat Ana sangat ketakutan, tubunya gemetar. Bahkan matanya tidak mampu fokus. Mama Ana menarik nafas, mencoba untuk bersikap tenang, agar Ana juga menjadi tenang.
“ Aku disiram ma. Pas aku lagi tidur, tiba-tiba ada yang nyiram aku ma.” Jawab Ana perlahan mulai mampu berkata-kata lebih tenang.
“ Disiram air? Dari jendela? Kok bisa?” tanya Mama Ana untuk memperjelas.
“ Iya ma, ga tau juga Ana.” Jawab Ana sambil menggelengkan kepalanya.
Mama Ana bergegas menuju kamar anaknya. Ia melihat kamar anaknya itu secara menyeluruh. Ia melihat ada cipratan air di lantai dekat jendela. Saking paniknya Mama Ana, Ia langsung memegang cipratan air itu dengan jari telunjuk tangan kanannya. Lalu Ia mengendusnya.
“ Sialan! Bau pesing. Air kencing ini!” kata Mama lirih.
Di belakang Mamanya, Ana terlihat cemas. Tangan kanannya memegang lengan tangan kirinya, terlihat Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Kaki kanannya bergerak ke atas bawah tanpa henti. Mendengar apa yang dikatakan Mamanya, Ana bergegas lari menuju kamar mandi.
“ Air kencing ya Allah.” Kata Ana sambil berlari.
Matanya berlinang air mata,dan mulutnya bergetar. Ana membuka bajunya yang terkena cipratan air. Kemudian Ia membasuh mukanya yang terkena sedikit cipratannya. Dari samping kamar mandi, Ana mendengar mamanya mengambil pel untuk membersihkan cipratan air yang dilantai.
Setelah membersihkan tubuhnya, Ana melihat mamanya juga telah selesai mengepel lantai kamarnya. Ana duduk di depan TV, Ia termenung dengan apa yang terjadi. Otaknya terus berfikir sebenarnya kenapa Ia mengalami hal ini. Siapa yang tega melakukan hal ini ke Ana. Apa kesalahan yang telah Ana perbuat sampai-sampai Ia diperlakukan seperti ini.
Melihat anaknya duduk termenung, Mama Ana menghampirinya. Ia memeluk Ana dari samping. Mamanya menghembuskan nafas berkali-kali. Mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mereka berdua duduk terdiam di depan selama beberapa lama.
“ Bubu lagi yuk Na.” Ajak Mama Ana setelah 10 menit berlalu.
“ Kayaknya Ana ga bakalan bisa tidur lagi deh Ma.” Jawab Ana.
“ Ga boleh gitu dong Na, besok kan kamu harus sekolah.” Kata Mama.
“ Ya udah mama duluan aja, besok mama harus bangun gasik buat masak kan.” Pinta Ana.
“ Udahlah ayo bubu, udah male mini. Ga usah mikir yang engga-engga. Yuk bubu dikamar Mama aja.” Kata mama memaksa.
“ Ya udah Ana bubu di depan TV aja ya ma. Ana mau gelar kasur dulu.” Kata Ana berdiri dan mengambil kasur lantainya.
“ Kalau kamu takut, mama temenin di depan TV juga ya bubu nya. Boleh?” tanya mama.
“ Iya ma boleh.” Jawab Ana.
Setelah kasur digelar, Mama Ana meletakkan dua bantal untuk mereka tidur. Mama Ana berbaring terlebih dulu, kemudian disusul Ana. Mama Ana mengajak anaknya untuk berdoa dulu sebelum tidur. Setelah berdoa, Mama Ana tertidur dengan cepat. Namun sayangnya, berbeda dengan mamanya, Ana kesulitan untuk tidur kembali.
Ana mencoba untuk memejamkan matanya, namun saat matanya tertutup Ia mengingat kejadian yang terjadi barusan. Tubuhnya masih merasakan betapa ketakuannya Ia saat itu. Suara langkah kakinya masih terngiang di telinganya.
Hati Ana resah, jantungnya berdetak kencang.
Ia menghembuskan nafasnya, mencoba menenangkan pikirannya. Ana juga membolak-balikkan badannya, mencari posisi untuk tidur yang nyaman. Namun, apapun usahanya tetap gagal. Ana masih belum juga bisa tidur.
…
“Tik Tok Tik Tok”. Terdengar suara jarum jam.
Ana melihat jam di atas TV menunjukkan jam 3 pagi. Ia masih belum bisa tidur. Ketika itu Mama Ana terbangun. Melihat mamanya akan sedih jika tau Ana belum tidur, Ia langsung memejamkan matanya berpura-pura tidur.
“ Alhamduliah Ana bisa tidur.” Kata Mama Ana lirih sambil melihat Ana tertidur disampingnya.
Pelan-pelan Mama Ana bangun dari kasur dan menuju dapur untuk persiapan jualan nanti pagi. Mendengar ucapan mamanya, Ana berusaha untuk tetap pura-pura tidur. Sampai akhirnya, tanpa sadar Ia benar-benar tertidur.
…
“ Na, bangun Nak. Udah jam 6.” Ucap Mama Ana sambil menggoyangkan tubuh Ana.
“ Hah jam 6? Aduh bisa telat nih aku.” Kata Ana.
“ Buruan sholat terus mandi. Abis itu sarapan. Mama mau ke warung dulu ya.” Pinta Mama Ana.
“ Iya Ma.” Jawab Ana bergegas bangun menuju kamar mandi.
“ Uang saku mama taro di meja samping TV yaa.” Teriak mama.
“ Iyaa makasi.” Jawab Ana dari kamar mandi.
Ana bergegas siap-siap untuk berangkat sekolah. Belum juga memakan sarapan yang disiapkan mamanya di meja, Ia melihat jam menunjukkan pukul 06.30.
“ Gawat aku bisa ketinggalan angkot yang bagus nih.” Kata Ana.
Akhirnya Ana pun berangkat tanpa memakan sarapan. Ia berlari menyebrang jalan raya. Namun sayang, Ia tetap tertinggal angkot bagus yang biasa Ia gunakan.
“ Aduh kok udah pergi sih angkotnya.” Kata Ana kesal.
Di tempat Ana, angkot yang bagus biasanya digunakan oleh para pelajar. Angkot tersebut akan ngebut dan sampai di tujuan lebih cepat, kurang lebih 15 menit dapat sampai. Berbeda dengan angkot jelek yang biasanya digunakan oleh orang-orang pasar. Angkot tersebut biasanya lama ngetem.
Setelah menunggu selama 10 menit, akhirnya ada angkot lain yang datang. Untungnya angkot baru, tanpa pikir lama Ana pun naik. Sampai di persimpangan biasa Ana turun, sudah jam 7 kurang 5 menit. Ana berusaha lari agar Ia tidak telat. Namun sayangnya, Ia tetap terlambat.
“ Tumben kamu telat Na.” Kata Pak Nasir guru BK.
“ Iya pak kesiangan. Dapat 3 poin ya kamu.” Tegas Pak Nasir.
“ Kan baru pertama kali pak, kasih keringanan dong pak.” Pinta Ana.
“ Ga ada Na, semuanya sama. Udah sana masuk.” Perintah Pak Nasir.
“ Iya Pak.” Jawab Ana.
Ana berlari menuju kelasnya, Ia takut sudah ada guru yang masuk ke kelas. Untungnya gurunya masih belum masuk, Ana bergegas ke tempat duduknya. Teman-teman Ana keheranan, karena baru pertama kali Ana berangkat terlambat.
“ Na, sini cepetan.” Perintah Novi.
“ Iya Nov.” jawab Ana.
“ Huuu telat huuu.” Ledek Asep.
“ Berisik!” kata Ana sambil menjulurkan lidahnya.
Ana duduk di samping Novi, badannya lemas tersungkur ke atas meja.
“ Untung Bu Lisa belum datang, kalau udah bisa dihukum kamu. Bisa-bisanya kamu telat yang jam pertamanya Bu Lisa.” Kata Novi.
“ Ga tau lah, aku kesiangan tau.” Jawab Ana.
“ Tumben kesiangan Na. Begadang sms-an sama Petra ya.” Ledek Ali.
Ana diam dan tak membalas ledekan Ali. Hatinya masih gelisah mengingat kejadian semalam. Wajahnya yang terkena cipratan air terasa gatal. Ana mengelap wajahnya menggunakan tangann berkali-kali, berharap gatalnya hilang. Namun sayangnya, sampai beberapa lama pun rasa gatal itu tetap ada.
Sebenarnya air apa yang terkena wajahnya. Apa efeknya wajah Ana akan terus terasa gatal. Benarkah air cipratan itu air kencing. Banyak pertanyaan di dalam hati Ana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments