Beberapa bulan telah berlalu sejak Alex dan Mia berhasil melewati ujian pertama mereka. Hubungan mereka semakin kuat dan matang, tetapi seperti dalam setiap hubungan, tantangan baru selalu muncul. Suatu hari, setelah mereka menghadiri acara makan malam bersama teman-teman, Mia merasa perlu untuk membicarakan sesuatu dengan Alex.
Mereka duduk di balkon apartemen Mia pada malam yang cerah. Langit dipenuhi bintang-bintang yang bercahaya, menciptakan suasana romantis. Dengan perasaan yang agak gugup, Mia memulai percakapan.
"Alex, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ujar Mia dengan suara lembut.
Alex menoleh padanya dengan penuh perhatian, "Apa itu, Mia? Kamu terlihat serius."
Mia menggigit bibirnya sejenak sebelum melanjutkan, "Alex, aku ingin berbicara tentang perasaan cemburu."
Wajah Alex terlihat sedikit terkejut, "Cemburu? Apa yang membuatmu merasa cemburu?"
Mia menghela nafas dalam-dalam, "Aku tahu ini mungkin terdengar bodoh, tapi kadang-kadang aku merasa cemburu ketika kamu berinteraksi dengan teman perempuan lain."
Alex memandang Mia dengan penuh pemahaman, "Mia, tidak ada yang bodoh tentang perasaanmu. Aku menghargai bahwa kamu berbicara terbuka tentang ini."
Mia merasa lega mendengar dukungan Alex, "Aku hanya merasa khawatir, Alex. Terkadang ketika kamu begitu akrab dengan teman perempuan lain, aku merasa tidak aman."
Alex menggenggam tangan Mia dengan lembut, "Mia, aku ingin kamu tahu bahwa kamu adalah yang utama bagiku. Tidak ada yang bisa menggantikan tempatmu. Aku peduli padamu lebih dari apapun."
Mia menatap mata Alex dengan rasa haru, "Aku tahu bahwa aku harus percaya padamu. Tapi kadang-kadang perasaan cemburu ini begitu kuat."
Alex mengusap punggung tangan Mia dengan lembut, "Kamu tahu, Mia, kita semua memiliki perasaan cemburu kadang-kadang. Tapi yang penting adalah bagaimana kita mengatasi dan berbicara tentang itu."
Mereka berdua duduk di balkon dalam keheningan sejenak, merenungkan percakapan mereka. Mia merasa lega telah berbicara terbuka tentang perasaannya, dan Alex menghargai bahwa Mia telah mempercayainya dengan perasaannya yang jujur.
Beberapa minggu berlalu, dan Alex membuat inisiatif untuk membantu mengatasi perasaan cemburu Mia. Suatu hari, dia mengajak Mia untuk bergabung dalam acara makan malam dengan teman-temannya. Mia melihat ini sebagai kesempatan untuk memperkuat kepercayaan mereka.
Mereka tiba di restoran yang dikelilingi oleh lampu-lampu lembut, menciptakan suasana yang nyaman. Alex dengan sengaja memilih tempat duduk yang memungkinkan Mia duduk bersebelahan dengannya. Mia merasa hangat dengan tindakan kecil itu.
Acara makan malam berjalan dengan lancar, dengan obrolan yang penuh tawa dan keceriaan. Alex dengan bijak mengajak Mia berbicara dengan teman-temannya, memasukkannya dalam percakapan tanpa membuat Mia merasa terasingkan.
Suasana semakin akrab saat Mia mulai merasa nyaman berbicara dengan teman-teman Alex. Dia menyadari bahwa tidak ada yang perlu dia khawatirkan. Alex ada di sampingnya, memberikan dukungan dan kepercayaan.
Pada akhir makan malam, ketika mereka berjalan pulang, Mia tidak bisa menahan senyum. "Terima kasih, Alex. Aku merasa lebih baik setelah malam ini."
Alex menggenggam tangan Mia dengan erat, "Aku senang kamu merasa begitu. Kamu tahu, aku akan selalu di sini untukmu, Mia."
Mia mengangguk, "Aku tahu, Alex. Dan aku juga berjanji akan bekerja pada perasaan cemburuku. Aku ingin kita tetap memiliki komunikasi yang terbuka."
Alex tersenyum, "Itu yang aku harapkan. Kita harus saling mendukung dan memahami satu sama lain."
Mia merasa ringan hati dan lega setelah percakapan tersebut. Perasaan cemburu yang sebelumnya membebani pikirannya mulai mereda. Mereka berdua tahu bahwa setiap hubungan memiliki tantangan dan mereka siap menghadapinya bersama-sama dengan kematangan emosional dan komitmen yang lebih kuat.
Mereka berjalan pulang sambil berpegangan tangan, menghadapi masa depan dengan keyakinan bahwa cinta dan kepercayaan mereka akan terus menguatkan hubungan mereka.
Beberapa minggu setelah Mia mengakui perasaannya tentang rasa cemburu kepada Alex, mereka merasa semakin dekat satu sama lain. Kejujuran Mia telah membuka jalan bagi mereka untuk berbicara secara lebih terbuka tentang perasaan mereka. Suatu hari, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu berkualitas bersama di taman kota yang indah.
Pagi yang cerah menyambut mereka saat mereka berjalan-jalan di antara pohon-pohon yang rimbun dan melewati jalan setapak. Burung-burung bernyanyi riang, menciptakan latar alam yang menenangkan. Alex dan Mia berjalan berdampingan, tangan mereka saling tergenggam erat.
Tiba di sebuah bangku taman yang menghadap ke danau, mereka duduk berdampingan. Suasana tenang taman memberikan suasana yang cocok untuk percakapan mereka.
Alex memulai, "Mia, aku ingin kita bisa terus terbuka satu sama lain seperti yang kita lakukan belakangan ini."
Mia mengangguk, "Aku juga berharap begitu, Alex. Jujur, aku merasa lebih dekat padamu setelah aku berbicara tentang perasaan cemburuku."
Alex tersenyum, "Itu adalah langkah besar dan penting bagi kita. Tapi aku ingin tahu lebih banyak tentang perasaanmu. Apa yang membuatmu merasa cemburu? Adakah hal tertentu yang memicunya?"
Mia berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku rasa sebagian besar datang dari rasa takut kehilangan. Aku takut bahwa jika kamu begitu dekat dengan perempuan lain, kamu mungkin akan menemukan seseorang yang lebih baik daripadaku."
Alex memandangnya dengan penuh kasih, "Mia, kamu adalah yang istimewa bagi saya. Tidak ada yang bisa menggantikanmu. Aku menghargai kamu sebagai individu yang unik dan berharga."
Mia tersenyum lembut, merasa hangat mendengar kata-kata Alex. "Aku tahu seharusnya aku percaya padamu sepenuhnya. Tapi terkadang rasa cemburu itu mengambil alih."
Alex mengangguk, "Aku mengerti. Dan itu sebabnya kita harus berbicara tentang ini. Aku ingin tahu perasaanmu dan bagaimana kita bisa bekerja bersama untuk mengatasi hal ini."
Mia menggenggam tangan Alex dengan erat, "Aku ingin mencoba yang terbaik. Aku tidak ingin cemburu merusak hubungan kita."
Alex tersenyum lembut, "Dan aku berjanji akan selalu transparan dan terbuka dengan kamu. Kita harus bersama-sama mengatasi setiap tantangan yang datang."
Percakapan mereka berlanjut, membuka pintu bagi diskusi lebih dalam tentang perasaan mereka. Mereka saling berbagi tentang apa yang membuat mereka merasa bahagia, takut, atau khawatir. Alex dengan tulus mendengarkan ketidakamanan Mia, sementara Mia dengan seksama mendengarkan pengalaman pribadi Alex.
Di bawah sinar matahari yang hangat, mereka berbicara tentang masa lalu, harapan, dan mimpi mereka. Mereka berbicara tentang bagaimana hubungan mereka telah tumbuh dan bagaimana mereka ingin melanjutkan bersama di masa depan. Setiap kata yang diucapkan membantu mereka semakin mengerti satu sama lain.
"Alex, aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak hanya mencintaimu, tapi juga menghargai hubungan kita. Aku ingin kita bisa melewati semua rintangan bersama-sama," kata Mia dengan tulus.
Alex tersenyum lembut, "Aku merasa sama, Mia. Kamu adalah seseorang yang istimewa dalam hidupku, dan aku bersyukur bisa mengalami perjalanan ini bersamamu."
Mia merasa hangat di hatinya, merasa seperti mereka sedang membangun pondasi yang lebih kokoh untuk hubungan mereka. Mereka berbicara hingga matahari mulai merendahkan diri di cakrawala.
"Saya merasa sangat beruntung memiliki kamu, Alex," ujar Mia sambil menatap matahari terbenam.
Alex meraih tangan Mia, "Dan saya merasa sama, Mia. Aku berjanji untuk selalu bersama kamu dan menjaga hubungan ini dengan baik."
Mereka berdua berdiri dan berjalan pulang, merasa lebih dekat satu sama lain daripada sebelumnya. Diskusi jujur ini telah membuka jalan bagi kedalaman emosional yang lebih dalam dan kematangan dalam hubungan mereka. Mereka tahu bahwa tidak ada hal yang bisa menghancurkan ikatan mereka selama mereka tetap terbuka, jujur, dan mendukung satu sama lain.
Di bawah cahaya bintang yang mulai muncul di langit malam, mereka melanjutkan perjalanan pulang dengan perasaan bahagia dan keyakinan yang semakin kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments