“Berapa harga untuk seorang pelayan sepertiku Kak?” Ulang July
Mata Lukas memicing, “Jul???”
Entah karena sedang demam, entah karena ia mendengar omongan temannya Shofi tadi, atau entah karena ia memang butuh sosok pahlawan yang akan menyelamatkannya sehingga pertanyaan konyol itu muncul
“Ahahaha.. Jul, omongan siswi tadi tidak perlu di dengarkan” Tutur Lukas
July beringsut duduk, lalu menempatkan bantal menyangga punggungnya, matanya lekat menatap Lukas
“Kak, emmmhh… berapa yang akan Kakak berikan kalau Kakak tidur bersamaku?” Tanya July, mati sudah rasa malunya kalah dengan rasa sakit hati yang mendera
Kening Lukas berkerut berlipat - lipat, “Aku akan memberikan apa pun untukmu asal kamu mau jadi pacarku” Sahut Lukas tak sinkron
July mendengus, pikirnya mungkin Lukas memang tak sekaya Marco, mustahil jika ia akan memberi 1 milyar begitu saja pada July
“Kenapa kamu bertanya seperti itu Jul?” Tanya Lukas
July menerbitkan senyumnya, “Enggak apa - apa Kak, iseng saja.. hehehe” Sahut July
“Tapi aku enggak iseng saat aku bilang ingin kamu jadi pacarku tadi” Jawab Lukas, kali ini wajahnya serius
“Kak…. “ Ucap July
“Iyaaa sayang” Goda Lukas
Tok.. Tok..
Lukas dan July kompak menoleh ke arah pintu, menunggu siapa orang di baliknya
Teman satu tim basket Lukas masuk dengan cengengesan sambil menangkupkan tangan, “Sorry…. Sorry banget ganggu” Ucapnya, “Lukas.. pelatih sama teman - teman udah pada nunggu, kita belum mulai dari tadi nungguin kamu”
Lukas menghela napas
“Kak, aku enggak apa - apa kok.. Kakak tanding aja dulu” Ucap July paham situasi
Teman Lukas sampai mengacungkan 2 jempolnya pada July berterima kasih banyak - banyak
“Kamu yakin enggak apa - apa kalau aku tinggal?” Tanya Lukas masih khawatir pada kondisi July
“Yakin Kak, nanti kalau ada apa - apa aku tinggal bilang sama Bu dokter” Sahut July meyakinkan
“Heemmm.. ya sudah kalau begitu, Kakak tanding dulu ya” Ucap Lukas lalu bangun dari duduknya
“Yes!!!” Spontan teman Lukas, sudah beberapa langkah maju hendak keluar, Lukas balik arah lagi, berjalan cepat menuju July
Tangannya membelai rambut July, dan sumpah demi apa pun July pikir hanya sampai disitu tapi ternyata,……
“Cup” Satu kecupan manis mendarat di dahi July
Blussshhh…
Sudahlah pipinya merah karena demam sekarang ditambah karena malu - malu, apalagi ada temannya Lukas disitu, duuhhh…
“S - semangat Kak” Ucap July bingung harus berucap apa, gugupnya ampun - ampunan
Pemuda tampan itu tersenyum ceria seperti biasa, “Pasti Kakak menang kalau dapat support dari kamu” Ucapnya
Teman Lukas sampai salah tingkah sendiri melihat interaksi 2 orang di depannya, “Lukas, yuk yuk.. kasihan udah pada nungguin” Bujuknya, Lukas pun pasrah digeret temannya itu keluar
Pertandingan basket antar kelas rutin di adakan, biasanya semakin intens setelah menjelang kelulusan kelas 3
Sudah memasuki kuarter ke-2 sekarang Para cheerleader heboh menyemangati pemain yang saling menyumbangkan poin untuk timnya, penonton dibuat tegang setiap kali pemain melakukan shooting, maklumlah taruhan mereka bersar - besar, yang menonton bukan hanya kelas XII, saking hebohnya kelas X dan XI juga diperbolehkan untuk menonton
“Shit, kenapa Marco mainnya berantakan banget hari ini?” Bisik Leo pada Axel, Leo adalah salah satu bintang basket sekolah itu, teman setim Marco
“Masih fly mungkin” Sahut Axel ringan, keduanya lalu memperhatikan Marco yang tengah duduk menyendiri saat half time berlangsung
“Bisa kalah kita dari tim kelas sebelah” Keluh Leo
“Aku sih ga berharap menang begitu tahu Lukas main hari ini” Sahut Aldi
”Fuck!!! Kenapa juga Marco harus ga fokus hari ini?!” Protes Leo, maklumlah mobilnya bisa melayang kalau ia sampai kalah hari ini
Masuk kuarter berikutnya, perlawanan tim Lukas makin intens, beberapa poin masuk dengan Lukas sebagai penyumbang terbanyak
“Marco, fokus! Lihat poin kita!” Sengit Leo tak terima begitu ia mempassing bola pada Marco
Marco tak acuh pun, mustahil mengejar ketinggalan mereka. Benar saja sih hingga permainan berakhir poin tim Marco hanya bertambah sedikit, selisih cukup jauh dengan tim Lukas. Penonton yang menang taruhan girangnya minta ampun, yang kalah sibuk mencaci maki pemain
“Shit marco! Lain kali kalau ga bisa main ga usah ikut main!” Maki Leo pada Marco
“Woiii… wooiii… wooiiii.. udah udah, ini hanya pertandingan persahabatan, enggak usah dibawa serius lah!” Lerai Axel, Leo menatap murka pada Marco lalu berlalu begitu saja meninggalkan lapangan basket yang masih riuh
Axel menatap sahabatnya itu, “Kau yakin enggak apa - apa Marco?” Tanya Axel
“Iya enggak apa - apa” Sahut Marco malas, kedua mata sayunya kini tertuju pada tim Lukas yang sedang selebrasi
Aldi menghampiri lalu merangkul kedua sahabatnya itu, “Kantin yuk! Laper banget ini!” Ajaknya
“Traktir!” Ucap Axel
“Amaaaan” Sahut Aldi, 3 orang pemuda itu pun berbalik menuju kantin
“Marco!” Panggil Lukas
Marco, Axel, dan Aldi spontan berbalik, shock melihat Lukas setengah berlari menghampirinya, suara riuh mereda perhatian semua orang fokus pada rival lapangan ini, menduga - duga apa yang dibicarakan Marco dan Lukas, mengingat keduanya tidak pernah terlihat ngobrol
Senyum lukas lebar saat sampai di depan Marco, “Sorry ganggu, bisa ngomong bentar?” Tanya Lukas ramah
Aldi dan Axel tahu diri hendak pamit, tapi Marco melarang
“Ngomong depan mereka enggak apa - apa kan?” Tanya Marco
“Enggak masalah sih, ini soal July.. emmhhh.. bisa aku pinjam July sebentar? Sampai jam pelajaran selesai saja”
Aldi dan Axel saling pandang, “What? Emang July barang?” Bisik Axel kesal
“Oh, silakan.. pakai saja sesukamu!” Tandas Marco tak bersahabat
“Thanks” Ucap Lukas tulus, lega juga karena paling tidak July bisa istirahat sampai waktu pulang nanti
Marco langsung berbalik badan hendak pergi, Aldi dan Axel langsung mengekori
“Kamu enggak mau tahu July kenapa tadi?” Tanya Lukas, kesal sih melihat Marco yang majikannya tak peduli sedikit pun pada July
Marco berbalik arah memburu Lukas, pemuda itu merangsek mencengkram kerah baju Lukas
“Hei.. hei… apa - apaan itu?” Teman - teman setim Lukas merangsek maju, yang dari balkon sampai berlari turun, yang dari pinggir lapangan ikut masuk, Marco lupa.. Lukas banyak teman
“Sial!” Tutur Aldi melihat pasukan teman Lukas mengepung, seorang murid laporan ke ruang guru khawatir kegaduhan terjadi, mendengar pemeran utamanya Marco dan Lukas beberapa guru tak berani ikut campur, cukup memantau saja di pinggir lapangan
“Marco, kau gila ya? Kau enggak lihat gengnya Lukas sebanyak apa? Lepasin Co, lepas!” Bisik Axel, Marco manut lalu perlahan melepas kerah baju Lukas
“Sorry” Ucap Marco pada Lukas, Lukas tenang menepuk - nepuk bahu Marco
“Santai, thanks udah minjemin July ya” Sahut Lukas
Axel setengah menggeret Marco, “Ayo buruan!!”
Aldi mengekori di belakang, matanya awas melihat ke kanan dan ke kiri khawatir ada yang mengikuti
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lukas berlarian menelusuri koridor, tak sabar ingin sampai ke klinik sekolah di ujung koridor samping anak tangga menuju lantai 2, pemuda itu ingin cepat - cepat menemani July, tak peduli badannya berpeluh - peluh.
Lari Lukas melambat, lalu melangkah mundur lagi melihat July sedang menaiki anak tangga
“July, kamu mau kemana?” Tanya Lukas panik, gadis itu wajahnya saja masih merah, demamnya pasti belum turun
“Kakak” Sapa July ramah, ia melangkah menuruni tangga lagi
Pemuda dan gadis itu kini berdiri berhadapan, yang satu wajahnya merah karena demam, yang satu karena kelelahan
“Kenapa kamu sudah keluar dari ruang istirahat?” Tanya Lukas
“Aku udah enggak apa - apa kok, bentar lagi jam mata pelajaran ke-3 mulai, jadi aku harus kembali ke kelas, Kak” Sahut July
Lukas menempelkan punggung tangannya di dahi July
“Kamu masih demam, badan kamu saja masih panas, tuh muka kamu merah gitu” Ucap Lukas
“Muka Kakak juga merah tuh, keringetan juga” July refleks mengusap dahi Lukas yang berpeluh
Deg..
Lukas menelan salivanya berulang - ulang, darahnya berdesir, sebagai seorang pemuda yang baru menginjak fase dewasa sentuhan July membuatnya kalang kabut
“Jangan berdiri please, jangan sekarang” Rapalnya dalam hati
“Kak, Kakak baik - baik saja kan? Wajah Kakak semakin merah!” July mengulang lagi, mengusap keringat Lukas kali ini yang menetes di lehernya
“Sial!!” Umpat Lukas, Pemuda itu menarik tangan July, membawanya ke samping tangga, koridor itu sedang sepi.. setelah pertandingan basket tadi sebagian besar siswa memilih untuk ke kantin, sebagian kecil berdiam diri di kelas mereka yang berAC, yang belum bisa move on dari pertandingan tadi duduk - duduk saja di pinggir lapangan basket
“Kak” Panggil July saat Lukas memepet July ke tembok
“Maaf” Ucap Lukas, July bisa merasakan napas Lukas menderu tak beraturan
“Kalau Kakak kenapa - kenapa bilang saja padaku, aku akan membantu Kakak” Ucap July lembut, Lukas yang menopangkan tangannya di dinding lanjut menopangkan kepalanya di bahu July, menahan - nahan napsunya yang sudah di ubun - ubun
“Kak, kenapa?” Tanya July lagi penasaran
“July, aku… “ Lukas mengepalkan tinjunya melihat gadis cantik di depan mata, matanya yang bulat, bibirnya yang pink kemerahan
“Kak… Kakak mau cium aku?” Tanya July paham sedang kenapa pemuda di depannya itu
“Maaf” Ucap Lukas, khawatir July marah padanya, pemuda itu menunduk dalam - dalam tak berani melihat July
“Kak” panggil July
“Kakak….” Panggil July lagi, Lukas perlahan mendongak melihat July, keduanya bertatapan lamat - lamat
Lukas inisiatif menangkup pipi kiri July dengan sebelah tangannya, sementara wajahnya miring maju perlahan, mata July terpejam pelan saat bibir Lukas menempel hangat di bibirnya, lalu ********** lembut
Napas Lukas menderu lagi, tak sabaran ia menangkup kedua pipi July menyedot bibir gadis itu ke dalam mulutnya, keduanya berciuman melepas penat, melepas khawatir.
July tersadar, merasakan demam yang masih melanda, July melepas ciumannya duluan, tak ingin Lukas ketularan
“Maaf” Ucap July melihat kecewa di wajah Lukas, Lukas mengecup sekali lagi bibir gadis itu
“Enggak apa - apa, Kakak yang harus minta maaf” Ujarnya
Kikuk, keduanya salah tingkah setelah ciuman pertama mereka, July terbatuk kecil
“Tuh kan, kamu masih harus istirahat” Ucap Lukas cemas lagi
“Tapi aku harus masuk kelas Kak, aku enggak mau poinku dikurangi” Sahut July
“Aku sudah izin sama guru Fisika kamu tadi, setelah ini mata pelajaran Fisika kan? Lagian biasanya kalau setelah match basket gini enggak mungkin ada pelajaran lagi sih, kamu ga denger bel masuk kan dari tadi?” Tutur Lukas
Ah iya July tak sadar kalau dari tadi ia tak mendengar bel masuk
“Yuk aku temenin kamu ke ruang istirahat lagi” Ajak Lukas
“Aku bosen disana Kak” Rajuk July, nyaman manja pada Lukas. Bermanja… Hal yang tak pernah July lakukan sebelumnya pada siapa pun, July di dewasakan oleh keadaan
“Kalau begitu kamu mau makan di taman belakang?” Tawar Lukas, adaptasi dengan kebiasaan July menyembunyikan diri
July mengangguk, senyumnya ceria
“Aku belikan makanan dulu ya, kamu ke taman belakang duluan, nanti aku susul” Ucap Lukas
“Terima kasih” Ucap July sopan lagi seperti sedia kala
Berpisah sebentar, July berjalan santai ke taman belakang, sedang Lukas berlari melesat ke kantin ingin segera bertemu lagi dengan July
Keduanya kini duduk bersisian, melahap roti yang dibeli Lukas, tak tanggung - tanggung pemuda itu membawa 3 kantung besar makanan, sekalian selebrasi kemenangannya bersama July katanya
“July” Panggil Lukas
“Iya Kakak” Sahut July lembut, gadis itu fokus pada roti isi daging kesukaannya
“Jangan bicara seperti tadi lagi pada cowok manapun lagi ya” Ucap Lukas
July menoleh pada Lukas, bertatapan dengan pemuda itu
“Yang mana Kak?” Tanya July
“Itu… yang kamu nanya berapa” Jawab Lukas ragu - ragu
“Oh yang aku tanya Kakak mau bayar berapa kalau tidur denganku ya?” Sahut July tak merasa bersalah pun
Lukas meletakkan sisa rotinya, menatap gadis di depannya dalam, “Kalau kamu nanya cowok lain, mereka pasti akan membayar kamu berapa pun” Ucap Lukas ngeri
“Kakak enggak?” Tanya July
“Tidur bersama bukan masalah uang, July” Sahut Lukas
“Lantas?”
“Itu harus di dasari cinta” Sahut Lukas serius
“Heeemmm” Timpal July malas, sudah mulai skeptis masalah cinta, ia pun tak yakin tentang perasaannya pada Lukas, kalau suka dan berterima kasih sudah jelas, tapi untuk cinta July khawatir patah lagi, ia akan membuka hati tapi cukup waras untuk tak terlalu dalam
“Kalau kamu perlu apa - apa bilang sama Kakak” Tambah Lukas
“Emang Kakak mau ngasih apa kalau aku jadi pacar Kakak? Kakak tadi bilang kalau mau ngasih apa pun kan kalau kita pacaran?” Tanya July
“Kamu maunya apa?” Tanya Lukas, perlahan jarinya mengelus lembut rambut July, July ingin sekali meminta uang banyak untuk menebus dirinya dari rumah Marco, tapi rasanya tak mungkin Lukas yang masih siswa sepertinya punya uang sebesar itu
“Kalau kamu mau uang bulanan, aku bisa memberikanmu, aku juga bisa membelikanmu barang yang kamu butuhkan” Lukas menambahkan
“Sungguh?” Tanya July
“Apa uang bulanan 5 juta cukup? Atau 10 juta?” Tawar Lukas
“Kakak, kenapa serius sekali? Aku cuma bercanda.. hehehe” Kilah July, bingung sendiri dengan tawaran Lukas
“Tapi aku serius” Tandas Lukas bersikukuh
“Entahlah.. hehehe” Sahut July
“Ayolah, jadikan aku pacarmu” Pinta Lukas setengah memelas
“Heemmm, baiklah” Sahut July
Lukas girang minta ampun, “Sungguh?” Tanya Lukas tak percaya
“Kalau Kakak enggak mau ya sudah” Goda July lanjut memakan rotinya
“Hei… hei.. Kakak mau, sungguh!” Pemuda itu menarik July untuk bersender di pundaknya
“Kalau kamu libur kerja nanti kita dinner ya, merayakan hari jadian” Ucap Lukas, senyum sangat lebar, bahagia tak terkira
“Kak” Ucap July
“Iya sayang” Sahut Lukas mesra
“Bisakah kita merahasiakan hubungan kita?” Tanya July
Lukas mengerutkan keningnya, “Kenapa?” Tanya Lukas
(Bersambung)….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Yunita Yunita
pengen nya Juli sma lukas aja
2023-10-10
1