Selesai dengan semua pekerjaannya, kaki July gontai memasuki kamar, tangisnya pecah begitu pintu kamarnya ditutup, dadanya ia pukul - pukul karena sesak, perih sekali.
Tak ada satu hal kah di dunia ini yang bisa berjalan sesuai keinginannya? Tak mengenal siapa Ayah, Ibunya pun tak menyayanginya, masa depan yang tergadai, dan sekarang menyukai pemuda idamannya pun tak berhak
Lama July menangis, Sari yang hendak mengajak July makan malam urung mendengar isak tangis di balik pintu kamar itu, Sari hanya bisa menghela napas memaklumi perasaan gadis itu yang dipermalukan oleh Nyonya Azhari di depan banyak orang
Puas menangis sampai matanya terasa berat, July beringsut ke tempat tidurnya, merebahkan diri menatap langit - langit meskipun pandangannya blur bekas air mata
Tak dulu mengganti baju, make upnya pun belum dibersihkan, July nyaris tertidur sebelum dibangunkan oleh suara ponselnya, July malas sekali bangun badan dan hatinya lelah tapi entah kenapa kakinya bergerak menuju meja tulis
July membuka laci, benda pipih yang ia simpan rapi di atas buku hariannya ia ambil, nama Lukas muncul di layar ponsel meminta video call, sedikit rasa hangat muncul di hati July
“Selamat malam” Sapa Lukas, July bisa melihat bagaimana mewahnya kamar Lukas
“Selamat malam, Kak” Sahut July serak
Pemuda di seberang sana yang tadinya rebahan langsung duduk, melihat ada yang tak beres dengan July
“Kamu baik - baik saja?” Tanya Lukas cemas
July lesu tak bersemangat, tapi seperti yang sudah - sudah senyumnya merekah, “Kenapa belum tidur Kak?” Tanya July mengingat waktu sudah hampir jam 12 malam
“Kamu tahu kalau bisa cerita apa pun padaku kan?” Sahut Lukas, obrolan mereka tak sinkron, tapi tak apa.. Lukas selalu bisa membuat July nyaman
July menelungkupkan dirinya di kasur, ponselnya ia sandarkan di bantal, membuat wajah July lebih terekspos, kini Lukas bisa melihat wajah sembab July
“Kamu habis menangis?” Tanya Lukas lagi
“Kak… “ Panggil July
“Ya?” Tanggap Lukas
“Apa Kakak percaya dengan cerita Cinderella?” Tanya July, entah untuk apa jawaban pertanyaan itu, mungkin July hanya mencari pembenaran dari keyakinannya yang telah runtuh
“Emmmhh… Aku percaya, bagaimana denganmu?” Tanya Lukas
July tertawa menyembunyikan sakit hatinya, tawanya membahana lupa sudah ia akan tata krama yang diajarkan kepala pelayan, “Jelas tidak Kak, itu hanya dongeng pengantar tidur! Mana ada seorang pangeran yang mau pada upik abu! Kakak juga begitu kan? Kakak pasti akan memilih pendamping yang selevel dengan Kakak, Tuan muda Marco juga begitu!” Cerocos July, diam - diam mencurahkan kisahnya
“Tidak semua begitu July, kalau aku bilang aku benar - benar menyukaimu bagaimana?” Tanya Lukas
Gadis yang patah hati itu tak terlalu menanggapi, ia tak percaya lagi sih ada Tuan muda yang jatuh cinta pada pelayannya sendiri, “Aku rasa Kakak hanya menyukaiku karena wajahku saja, begitu kuliah nanti dan bertemu dengan yang lebih cantik dariku, aku yakin Kakak akan berpaling” Goda July
“Heemm.. aku rasa pengetahuanmu tentang cinta masih kurang Jul, faktor cinta itu bukan karena wajah saja!” Sahut Lukas
“Lalu apalagi faktor yang lain selain itu Kak? Tunggu sebentar… apa tadi Kakak bilang kalau Kakak jatuh cinta padaku?” July semakin senang menjahili pemuda itu, menggodanya
Hening sejenak antara mereka, saling tatap lewat layar ponsel, yang satu gugup yang satu senyum - senyum jahil
“Kalau aku bilang aku memang jatuh cinta padamu bagaimana?” Tanya Lukas serius
“Ahahaha.. sangat mustahil Kak! Aku ini hanya pelayan dan Kakak Tuan muda, lagipula bertemu saja baru beberapa kali, yang Kakak rasakan pasti bukan cinta, itu hanya rasa suka saja, atau mungkin penasaran?”
Lukas tersenyum miris, “Ya, mungkin saja” ucapnya lalu menghela napas, “huuuhhhh” gumamnya
“Kakak tahu rasanya menyukai orang yang tidak mungkin kita gapai?” Gumam July
“Kamu.. menyukai seseorang?” Jantung pemuda itu berdebar
“Heemmm, ada.. tapi sudahlah! Rasa sukaku baru saja kandas, sepertinya aku bermimpi terlalu tinggi” sahut July lesu
Senyum di wajah Lukas jatuh, ternyata July menyukai seseorang
“Kak?!” Panggil July melihat Lukas terdiam sambil mengusap wajahnya gusar
“Ya?” Sahut Lukas, kembali tersenyum meskipun ia sedikit kecewa
“Aku ingin istirahat, aku lelah” Ucap July, Lukas bisa melihat wajah July yang sudah kepayahan, bisa dimengerti sih sekolah saja sudah sangat menguras tenaga, ditambah sepulang sekolah July harus mengerjakan pekerjaan rumah, belum lagi kalau ada tugas sekolah, Lukas benar - benar tak tega melihat July
“Tidurlah, aku akan menunggumu sampai kamu tidur” Ucap Lukas sambil menyamankan dirinya di tempat tidur, bersiap menemani gadis yang sedang mencuri perhatiannya itu
July mengubah posisinya memiringkan diri, ponselnya ia geser dan ia letakkan tepat di depan wajahnya bersandarkan bantal, July sendiri tidur beralaskan lengannya, ia sampai lupa kalau seragam pelayannya masih melekat, jangankan itu masalah mengisi perutnya pun ia tak ingat
”Selamat tidur” Ucap Lukas pada July yang sudah terlelap kelelahan
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Menjelang pagi July terbangun karena suara gedoran di pintu kamar, July terkesiap sadar dirinya tak sengaja tertidur tadi malam, July melirik ponsel di depannya, mode layarnya terkunci, entah jam berapa Lukas mengakhiri video call mereka
Sadar sudah telat, July segera menyiapkan diri secepat yang ia bisa, setelahnya ia melesat menuju kamar Marco, Tuan muda yang kemarin malam telah mematahkan hatinya
“Lain kali jangan sampai telat bangun, Jul! Jangan membuat Tuan muda menunggu, apalagi sekarang Tuan muda tidak ingin dilayani oleh pelayan lain selain kamu!” Tegur kepala pelayan saat July sampai di depan pintu kamar Marco
“Saya minta maaf, Bu” Ucap July sambil membungkukkan badannya
Kepala pelayan itu menghela napas, tampak masih jengkel “Kamu memang pelayan paling muda, dan tugas utamamu adalah menjadi pendamping Tuan muda Marco, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya July, kamu mengerti?!” Tekan kepala pelayan itu
“Baik Bu” Patuh July
“Ya sudahlah, cepat masuk.. Tuan muda Marco tak suka menunggu lama!” Titah kepala pelayan itu
“Baik Bu” Sahut July sopan, lalu masuk ke kamar Tuan mudanya itu
Pagi itu July melayani Tuan mudanya seprofesional mungkin, senyumnya sumringah sudah berdamai dengan keadaan, mau protes pun protes pada siapa? Ia hanya pelayan ladang amal seperti yang dikatakan Nyonya Azhari tadi malam
Selesai dengan pekerjaannya, July secepat mungkin berganti kostum karena sekolah sudah menunggu kerja kerasnya juga. Pagi ini ada quiz mata pelajaran pertama, July jelas tak boleh telat dengan alasan apa pun karena nilai Tuan mudanya menjadi taruhan. Sepeda tua yang ia kayuh menuju sekolah berbunyi cukup nyaring saat July memaksanya untuk melaju cepat, sialnya saat hendak melewati gerbang masuk sepatu July yang sebelah kanan akhirnya menyerah kalah pada kerusakannya yang sudah parah, sepatu July jebol terbelah menjadi dua, menampakan kaki July yang terbungkus kaus kaki kumalnya
July menghela napas, dengan tenang ia turun dari sepeda bututnya, kakinya ia seret menuju tempat parkir sepeda, setelahnya July membuka sepatunya yang menganga lebar itu lalu ia tenteng, kaki July yang hanya bersepatu satu menjadi pusat perhatian, beberapa siswi
utama ada yang sampai berhenti dulu menertawakan, beberapa ada yang melirik ingin tahu lalu acuh tak peduli pada siswa pendamping
Senyum July tak luntur meski jadi bahan lelucon beberapa siswi utama, hatinya mungkin sudah mati sampai tak lagi merasakan apa - apa. Sampai di loker July mencoba peruntungan mereparasi sepatunya sendiri, beberapa plester luka ia tempelkan berderet memanjang, menyatukan lagi sepatu yang bercerai berai tadi, July berpikir asal sangat hati - hati ia masih bisa memakai sepatunya sampai selesai sekolah nanti, paling tidak ia bersepatu di jam pertama karena peraturan sekolah siswa wajib berpenampilan rapi setiap kali ada quiz atau ujian sekolah.
Dengan kaki kanan diseret July yang biasanya menaiki tangga darurat terpaksa memakai lift, beruntung belum banyak siswa yang datang sehingga ia tak harus lama - lama antri, sampai di kelas yang masih sepi July duduk di bangkunya, mengeluarkan buku dan membaca dengan tenang hingga siswa yang lain datang dan disusul guru mata pelajaran matematika.
Sebenarnya July bisa menyelesaikan quiznya dalam waktu tak lebih dari setengah jam, tapi mengingat kondisi sepatunya July menunggu Amel selesai untuk menitipkan lembar jawabannya untuk dikumpulkan di meja guru. Sistem penilaian di sekolah itu spontan, hasil penilaian quiz diumumkan saat itu juga. July sangat lega karena ia berhasil meraih nilai tertinggi meskipun yang mendapat ucapan selamat dari gurunya adalah Marco.
Tugas siswa pendamping memang berat, mereka dituntut untuk memperoleh nilai tinggi untuk sang Tuan, hasil jerih payah dan kerja keras mereka akan menjadi milik Tuannya, sedang untuk mereka sendiri akan diberikan nilai rata - rata kelulusan dan surat rekomendasi untuk kuliah di kampus bergengsi plus beasiswa jika prestasi siswa pendamping gemilang.
Masuk jam istirahat, karena kondisi sepatunya July sama sekali tak bergerak, ajakan Amel, Sisil, dan Fedya untuk ke kantin ia tolak halus dengan alasan membawa bekal makan siang, July menetap di bangkunya hingga kelas kosong
July sempat takut - takut saat Marco menoleh padanya tadi, July khawatir Marco memerintahkannya sesuatu, menolak perintah Tuannya tak mungkin, tapi berjalan sedikit saja bisa mengancam kondisi sepatunya, syukurlah fokus Marco segera teralihkan saat teman - temannya mengajaknya ke kantin
Membuka kotak bekal makannya dengan semangat, July lesu kembali saat melihat isinya, pagi ini menu sarapan pelayan adalah kentang dan sosis goreng, Sari yang berbaik hati menyiapkan bekal sekolah July menambahkan terlalu banyak mayonnaise, alhasil kentang itu lembek pun dengan sosisnya, tapi July pantang menolak makanan, ia tetap bersyukur dengan apa pun yang di dapatnya
“Hai” Suara hangat pemuda itu membuat July mendongak, senyum ceria terlihat las di wajah Lukas yang tampan
“Selamat siang Kak” Sahut July sopan, pemuda itu lalu duduk di meja Sisil menghadap July
“Kamu baru mau makan siang?” Tanya Lukas melihat kotak bekal di atas meja July, mengintip isinya membuat Lukas miris, seandainya saja July mau menerima voucher makan siang darinya tentu ia tak perlu memakan makanan yang sudah lembek itu
July mengangguk, “Kakak enggak ke kantin?” Tanya July
“Nanti aja” Sahut Lukas, “Bagaimana kalau kita makan siang di taman belakang?” Ajak Lukas
July meletakkan garpunya, bibirnya bawahnya ia gigit ragu hendak memberi tahu Lukas, melihat July menggigiti bibir bawahnya Lukas gemas bukan main
“Maaf Kak, aku disini saja” Sahut July
“Kenapa? Apa kamu sakit?” Tanya Lukas cemas
“Bukan Kak, tapi masalahnya… “ July mengeluarkan kedua kaki dari bawah bangkunya, memperlihatkan sepatunya yang berplester, Lukas tanpa ragu berjongkok di depan July memperhatikan kondisi sepatu gadis itu, saat hendak menyentuhnya.. July refleks menggeser kakinya, tak nyaman seorang Tuan muda memegang sepatunya
Lukas memegang pergelangan kaki July, “Enggak apa - apa, aku lihat dulu sebentar ya” Ucap Lukas lalu perlahan membuka sepatu July dengan hati - hati memperhatikannya dengan seksama, July malunya sampai ke ubun - ubun
“Sepertinya akan sulit diperbaiki” Ucap Lukas, pemuda itu lalu duduk di bangku Sisil lagi, menundukkan badannya lantas membuka sepatunya
“Untuk sementara pakai ini dulu ya, aku tahu ini pasti kebesaran buat kamu, tapi sementara aja kok, nanti aku cari cara untuk memperbaiki sepatu kamu” Tutur Lukas sambil berjongkok kembali menyodorkan sepatunya untuk July
“T - Tidak usah Kak, aku beneran ga apa - apa kok” ucap July tergagap mendapat perlakuan seperti itu, July refleks berdiri niat hati untuk menghindar
“Enggak apa - apa, dibanding kamu jadi susah bergerak kemana - mana” Tutur Lukas, pemuda itu membuka sepatu July yang sebelah kiri mengekspos kaus kaki kumal July, July cepat - cepat menggeser kakinya lagi mengingat kaus kakinya yang sudah tak layak, yang sebelah bagian tumitnya sudah bolong, yang sebelah lagi sudah agak melorot
“Maaf Kak” Ucap July tak enak hati menampakkan pemandangan tak sedap itu, setitik air mata jatuh di pipi July, kali pertama dalam hidupnya ia mendapat perlakuan sebaik itu, berjongkok memakaikan sepatu untuk Marco sudah menjadi salah satu pekerjaannya sehari - hari, tapi kali ini seorang pemuda memakaikan sepatu untuknya
“Kenapa minta maaf?” Tanya Lukas lanjut memakaikan sepatunya, Lukas tak menyadari kalau July sudah berlinang air mata, menangis tanpa bersuara
“Nyaman kan?” Pemuda itu mendongak mencari wajah July, senyumnya hilang melihat July tertunduk menangis
“Kenapa menangis?” Lukas bangun berdiri
Sesak semakin terasa di dada July, hatinya berkecamuk hebat.
Hati Lukas perih melihat July seperti itu, pemuda itu meraih July dalam dekapan, tangannya mengelus rambut July pelan, lembut. Kelembutan yang tak pernah July rasakan membuatnya betah menangis di dada Lukas
(Bersambung)….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Amelia Harianja
mewek.. thord
kasihan juli
2023-08-03
2