“Ya?” Tanya July tak mengerti, wajah Marco kian dekat, jantung July sudah mau copot rasanya
Mata Marco dalam lekat - lekat menatap July, “Mau aku ajarin?”
“Maaf?” July makin kebingungan, apa yang harus dia lakukan? Ia merangsek mundur tapi mentok sandaran sofa
Tatapan Marco intens ketika mengusap pipi July, lalu bertengger lembut di lehernya, sedang badannya semakin mepet mendesak July
Wajah Marco semakin dekat, matanya bergantian melihat mata lalu bibir merah muda July, “Jangan ciuman dengan cowok lain, nanti aku cemburu” ujarnya lalu memiringkan wajah, memposisikan bibirnya di depan bibir July
Tangan Marco mengelus halus leher Elsa, kadang membelai hingga pipinya, “Seharusnya kamu ga jadi pelayanku” bisiknya
July gemetaran karena gugup melihat mata sayu Marco yang perlahan menutup, bibir tipis Marco tak berjarak lagi, bibir yang selama ini July impi - impikan
Perlahan mata July ikut menutup, merasakan bibir Marco menyentuh lembut bibirnya, ******* hangat
July kaku karena ciuman perdana, Marco tersenyum, “Ikutin insting aja” selanya lanjut ******* bibir July kali ini lidahnya ikut menerobos, July yang masih baru mengikuti saran Marco, menuruti instingnya bermain lidah
Tubuh July merinding saat tangan Marco yang tadinya bertengger di leher mulai turun ke bagian dada, July biarkan saja karena berpikir Marco mungkin tak sengaja, sedang Marco tak peduli gadis itu meremang, ia sibuk mengisap bibir July
Tapi, deg…
Marco jelas bukan tak sengaja, tangannya meremas dada July, gadis itu tak lagi merespon ciuman Marco, ia kaget dengan mata melebar, Marco sadar saat ciumannya tak berbalas, remasan di dada July ia hentikan, ganti mengelus pipinya
“Sorry” bisiknya, lalu sekali lagi mengecup bibir July, gadis itu gelagapan bingung harus berbuat apa setelah itu.
“Maaf” Ucap July takut - takut
“Berhentilah minta maaf!” Sahut Marco, masih gemas.. pemuda itu sekali lagi mengecup bibir July, setelah itu ia mengusap bibirnya yang basah dengan punggung tangannya, lalu merebahkan dirinya kembali memakai paha July sebagai bantal
“Tetap disini, jangan bangunkan aku kecuali Papa atau Mama manggil” Titah Marco, seperti tadi kepalanya menghadap perut July, sedang gadis yang sedang berbunga - bunga itu patuh mengelus rambut Marco, lebih lembut dan intens dari sebelumnya. Tak lama Marco terlelap, tenang di pangkuan July.
July sabar menunggui Marco yang terlelap meski pahanya sudah kebas, ia puas memandangi wajah tampan Marco, senyumnya terus saja mengembang, tak tahan ia membungkukkan punggungnya mencuri ciuman kecil di pipi Marco
Ketenangan July membuai Marco agak sedikit terganggu karena bunyi ponsel Marco, nada dering lagu metal itu cukup membuat July kaget dan bergerak gelisah, ia tak mau kalau Marco sampai terganggu, berpegang teguh pada amanat Marco tadi.. July dengan sangat hati - hati menggapai ponsel Marco di meja depannya
Ponsel itu masih nyaring, nama “My Baby” muncul disana, tak ada jawaban setelah beberapa kali berbunyi, akhirnya panggilan itu berhenti sendiri, setelahnya layar ponsel menampilkan foto couple Marco dan seorang gadis cantik dengan pose romantis, keduanya tersenyum lebar menghadap kamera. Hati July sakit, sangat sakit.. cemburu karena menyadari rasa sukanya pada Marco sangat mustahil. July meremas dadanya yang sakit, baru saja hatinya berbunga karena ciuman pertama dan kini ia harus merasakan patah hati
“Kenapa kau melihat HPku?!” Kesal Marco sambil merebut ponsel pipih terbarunya dari tangan July, disentak dan ditatap tajam seperti itu tentu saja July keder
“Maaf” Ucap July ketakutan, Marco tanpa menyahut bangun dari rebahannya
“Minggir” Titah Marco dingin, kakinya menyenggol lutut July ketika hendak melangkah keluar dengan wajah kusut, tapi Marco tak peduli ia terus berjalan tanpa menoleh ke belakang lagi
******
Malamnya July benar - benar tak bisa memejamkan mata gelisah memikirkan kejadian tadi siang, seharusnya ia membiarkan saja ponsel Marco berbunyi tadi agar Marco tak salah paham, kalau sudah begini ia sendiri yang susah, ia tersiksa mendapat kemarahan Marco untuk pertama kali, ciuman pertamanya hilang kesan terdominasi bayang - bayang wajah dingin Marco
Berhubung besok adalah hari pertamanya masuk sekolah, July memaksa dirinya memejamkan mata meski sulitnya setengah mati
Paginya July menyiapkan keperluan Marco untuk sekolah dengan perasaan berkecamuk, Tuan muda sekaligus pria impiannya itu begitu dingin, tak sepatah kata pun keluar dari bibir yang sudah berhasil mendapat ciuman pertama July itu
Tangan July sampai gemetaran ketika memasangkan dasi untuk Marco, pemuda itu benar - benar berbeda dari sebelumnya yang hangat, kini terasa sangat acuh bahkan hingga Marco melenggang ke ruang makan menemui orang tuanya yang sudah berada disana
“Selamat pagi sayang” Sapa Nyonya Azhari riang melihat anaknya sudah bangun dan siap mengawali hari pertamanya sekolah
“Pagi” Sahut Marco malas
“Yang sopan sama Mamamu!” Tegur Tuan Azhari
Marco yang baru duduk menghela napasnya, “Iyaaaaa… Selamat pagi Mama, Papa” Tekan Marco memaksakan senyumnya
“Kamu kenapa? Baru hari pertama sudah ga semangat begitu?” Tanya Tuan Azhari melihat anaknya yang bahkan tak menyentuh sarapan, kopi yang dituangkan July dibiarkan begitu saja, begitu pula berbagai macam hidangan sarapan di depannya, utuh tak tersentuh
“Ck… semangat lah Marco! Lagipula Papa dan Mama sudah setuju kalau selama SMA ini kamu bebas main - main, sudah ada July ini! Nah masuk kuliah nanti baru kamu bener - bener serius, liburan semester kamu harus mulai training di perusahaan” ucap Nyonya Azhari ceria
“Hhmm” Marco menyahut tak antusias
Tuan dan Nyonya Azhari lagi - lagi menghela napas melihat kelakuan anaknya.
...****************...
Selesai mengurus semua keperluan Marco, giliran July mempersiapkan dirinya sendiri, gadis itu menatap seragam sekolah yang baru diambilnya 2 hari yang lalu, kemeja putih dengan rok hitam, di lengan sebelah kanan ada bordiran tulisan “Pendamping” menjelaskan apa kedudukan yang memakai seragam itu.
Meski di sekolah yang sama, Marco dan July jelas tak berangkat bersama, jika Marco diantar supirnya, maka July diberikan fasilitas uang saku cukup untuk transportasi umum pulang dan pergi, mengingat ada keinginannya untuk melepaskan diri dari perjanjian dengan Tuan Azhari, July lebih memilih untuk menabung uangnya, sedang ia izin kepada kepala pelayan menggunakan sepeda ontel tua yang menganggur di depan gudang belakang. Hari pertamanya sekolah July semangat mengayuh sepedanya untuk melaksanakan tugas yang sudah menjadi tanggung jawabnya
Sekolah July yang baru berbeda jauh dengan sekolahnya dulu, bangunan sekolah ini tinggi berlantai - lantai, berdiri kokoh bergaya modern dan mewah, tempat parkir luas membentang, sekolah paham kalau semua siswanya adalah kalangan old money yang pasti memiliki kendaraan, dan benar saja saat mulai memasuki halaman sekolah tempat parkir itu dijejali macam - macam kendaraan mewah, roda 2 dan 4.
Keamanan sekolah juga super ketat, ada dua macam gerbang, gerbang yang besar dan megah khusus untuk kedatangan siswa utama, sedang gerbang kecil di sudut benteng bersebelahan dengan pos kemananan untuk kedatangan siswa pendamping, July tak tersesat berhubung ada petunjuk tulisan besar
Setelah memberikan surat keterangan pindahnya pada bagian keamanan yang berjaga di pintu, July menuntun sepedanya menuju tempat parkir khusus pendamping, memarkir rapi sederet dengan sepeda lain yang sudah ada disitu. July berpegangan pada sadelnya menghirup dan mengeluarkan napasnya, melihat bangunan dan kendaraan - kendaraan mewah membuat July takut, tapi July berpegang teguh pada keyakinan kalau selama sekolah ia akan bersembunyi tak menonjolkan diri, untuk orang level seperti dirinya tentu hal itu tidaklah sulit.
(Bersambung)…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments