Atas insiden pecahnya guci di kamar Marco, kepala pelayan marah besar pada July, beruntung mengingat itu adalah hari pertama July bekerja tak ada hukuman yang diberikan. Tapi mendengar pengakuan July kalau Marco kesal padanya akibat tak bisa membuka kran air panas di kamar mandi, kepala pelayan memanggil Sari dan memarahinya habis - habisan karena tidak mengajari semua yang perlu July lakukan, alhasil Sari di hukum tidak mendapat jam istirahat, sedang July di training langsung oleh kepala pelayan, dari mulai cara bersikap, pekerjaan apa saja yang harus di lakukan, sampai buku apa saja yang harus July baca, persiapannya untuk menjadi pelayan pendamping Marco
Dua minggu berturut - turut July di gembleng habis oleh kepala pelayan, menghabiskan sisa waktu liburan sekolahnya, selama dua minggu itu pula July hanya melihat Marco sebentar - sebentar, mencuri pandang dalam diam, dan melepaskan rasa sukanya pada Marco bertumbuh subur
“Jul” Panggil kepala pelayan saat melihat perhatian July teralihkan oleh sosok Marco yang melintas sebentar saat July dan kepala pelayan hendak menuju perpustakaan, tempat July belajar
“Iya Bu” Sahut July segera memfokuskan dirinya lagi pada kepala pelayan
“Jangan jatuh cinta pada Tuan muda Marco, kalian berbeda kasta! Camkan itu baik - baik dalam hatimu Jul!” Tandas kepala pelayan itu tegas
Hati July bak di koyak sadar akan kenyataan, cinta pertamanya patah bahkan ketika baru saja tumbuh, menutupi rasa sedihnya senyum July mengembang, “Saya akan ingat pesan dari Ibu” sahut July tenang, memang harus seperti itu sikapnya, July di training untuk tidak menunjukkan rasa sedih, sakit, lelah, atau marahnya di rumah itu, July harus selalu bersikap profesional. July masih bersyukur rasa sakitnya tak akan berlangsung lama, hanya butuh melewati 1 tahun memendam rasa cintanya pada Marco, setelah itu July benar - benar bisa move on ketika dia keluar dari rumah itu
Kepala pelayan melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan, July mengekor patuh di belakangnya, sampai disana setumpuk buku sudah menanti July
“Baca dan pelajari buku - buku ini! Sebagai pendamping Tuan Marco kamu harus menguasai berbagai bahasa, ensiklopedia, dan juga literatur - literatur bisnis, ini juga akan berguna untukmu ketika kamu mendampingi Tuan Marco di kampus nanti!” Tangan kepala pelayan itu menggeser buku tebal - tebal ke arah July
“Maaf Bu, tapi sepertinya Ibu salah paham. Saya hanya akan mendampingi Tuan Marco sampai kelulusan kelas 3 saja, setelah itu saya akan berhenti bekerja dan kuliah di tempat lain” ucap July
Alis kepala pelayan terangkat sebelah, keningnya berkerut - kerut, “Apa maksudmu, Jul? Sepertinya kamu yang salah paham, atau Ibumu belum memberi tahumu?”
July yang tak mengerti ikut mengerutkan keningnya, “Memberi tahu soal apa ya Bu?”
Kepala pelayan itu menghela napas, “Ck.. si Maria itu, apa ga bisa kalau dia sendiri yang memberi tahu anaknya?” Gumamnya kesal, “Kamu mulai pelajari saja buku - bukunya, ini jauh lebih penting dibanding urusanmu, kamu boleh berhenti saat jam makan siang nanti, kamu mengerti Jul?”
July menerbitkan senyumnya, mengangguk dengan elegan, “Saya mengerti Bu” sahutnya
Setelah itu kepala pelayan keluar dari perpustakan, meninggalkan July dengan berbagai pertanyaan, apa sebenarnya maksud kepala pelayan tadi? Apa yang tak diberitahukan Ibunya padanya? Apa ini ada hubungannya dengan Ibunya yang tak bisa dihubungi sampai sekarang?
Puas menerka - nerka, July memfokuskan diri membaca buku - buku di depannya, memang dasarnya senang membaca buku dan otaknya pun cerdas, sebagian buku berhasil di selesaikan July hingga waktu makan siang
Menyenderkan sebentar punggungnya yang kaku, July langsung duduk tegak kembali begitu kepala pelayan masuk
“Baca ini Jul!” Titah kepala pelayan itu, lagi - lagi menyodorkan kertas - kertas meskipun kali ini tak setebal tadi, mata July yang sudah blur dan kepala keleyengan dipaksa - paksakan membaca kembali
“Surat perjanjian” gumam July membaca tulisan paling atas dengan huruf yang ditebalkan, mata July cepat memindai kalimat per kalimat karena penasaran, beberapa kali matanya kembali ke tulisan bagian atas memastikan ia tak salah baca
“Bu, ini.. ini apa maksudnya?” Tanya July panik
“Loh kamu baca semuanya kan? Gini… Intinya Ibu kamu dan Tuan Azhari membuat perjanjian bahwa sejak 2 minggu yang lalu kamu di rekrut oleh Tuan Azhari untuk bekerja menjadi pendamping Tuan muda Marco hingga lulus kuliah nanti! Sebagai bayarannya selain menanggung uang sekolah dan kuliah kamu nanti, Ibu kamu juga dapet uang kompensasi! Kamu baca di bagian bawah surat perjanjiannya kan Ibu kamu dapet berapa dari Tuan Azhari?!”
“250 juta” gumam July lesu, sampai hendak menetes air matanya
“Ibumu mintanya lebih waktu itu, kalau ga salah denger sekitar 500 juta! Tapi Nyonya Azhari keberatan, Nyonya bilang kamu udah dapet banyak dengan di sekolahin di tempat mahal dan nanti kuliah bareng Tuan muda Marco di tempat mahal juga, akhirnya Ibu kamu nerima dikasih 250 juta!” Tutur kepala pelayan itu, nadanya bercerita ringan seolah itu hanya obrolan biasa, ia mungkin tak tahu bagaimana perasaan July yang menyadari kalau dirinya di gadai Ibunya sendiri
July mengusap pipinya yang basah, lantas memasang ekspresi tenang kembali, “Terima kasih atas penjelasannya Bu, nanti akan saya bicarakan dengan Ibu setelah dia kembali kesini” tuturnya sopan
“Hah? Kembali? Astaga apa si Maria itu juga ga bilang sama kamu kalau dia mengundurkan diri? Dia ga akan balik lagi ke rumah ini, Jul!” Tandas kepala pelayan itu, hati July terasa di bogem mentah, duduk July tanpa sadar melorot tak setegak tadi, wajahnya memerah padam menahan amarah dan sakit dalam waktu bersamaan, kepala pelayan itu menatap July prihatin, tangannya terulur mengusap punggung July yang bergetar hebat
“Sudahlah Jul! Nasib orang seperti kita memang di tangan orang - orang besar seperti Tuan dan Nyonya Azhari! Kamu masih beruntung Jul, kamu bisa sekolah dan lalu kuliah.. setelah itu Tuan Azhari mungkin akan mengangkatmu sebagai asisten Tuan muda Marco, masa depanmu sudah terlihat, Jul!”
Penghiburan kepala pelayan itu, mungkin dia lupa kalau artinya July terperangkap sebagai pembantu pribadi Marco seumur hidup, karena mengundurkan diri pun tak mungkin, July harus ganti rugi tak kurang dari 1 milyar seperti yang tercantum di surat perjanjian
“Kamu boleh makan siang, Jul! Setelah itu kamu lanjutkan belajar disini!” Tambah kepala pelayan itu tak ingin membahas lebih lanjut, mungkin karena melihat wajah July yang tertekan
July tak menggunakan waktu istirahatnya untuk makan siang, ia lebih memilih masuk ke kamar dan berkutat dengan ponsel butut miliknya, July berkali - kali menghubungi nomor ponsel Ibunya tapi tetap saja Ibunya itu tak bisa dihubungi, July bergerak gelisah, lalu membaringkan diri di kasur
Tak lama air matanya turun deras membasahi seprai lusuh pembungkus tempat tidurnya yang sudah keras, dalam otak July mencari - cari jawaban kenapa Ibunya sampai tega menggadaikan lalu meninggalkannya begitu saja? Apa benar Ibunya memang tak menyayanginya seperti yang dibisikkan tetangga - tetangga July di kampung, bahwa July adalah anak hasil hubungan terlarang dengan majikan Ibu dulu saat Ibu bekerja di luar negeri?
Ada yang bilang di Italia tapi ada juga yang bilang di Perancis, yang mana yang benar sampai sekarang July tak tahu dan tak mau tahu, baginya Ibunya saja sudah cukup tapi sekarang Ibunya malah membuangnya begitu saja
Hampir selesai jam makan siangnya, July mencuci muka sebentar, merapi - rapikan dirinya dulu sebelum ia keluar kamar untuk melanjutkan pekerjaannya, July memasang ekpresi profesionalnya untuk menutupi kesedihan, seperti yang sudah di wanti - wanti kepala pelayan, tutupi semua yang dirasakan dengan sikap elegan
Seiring dengan langkah sepatu heelsnya yang tinggi, July menguat - nguatkan hatinya menerima nasib sebagai orang yang harus berbakti di rumah itu sampai ia bisa menemukan jalan keluar yang rasanya mustahil untuk ia dapat, 1 milyar… jangankan untuk memilikinya, melihatnya pun July tak pernah
“Selamat siang Tuan dan Nyonya” July berhenti melangkah, dengan sikap sempurna July mengangguk sopan dan tersenyum begitu berpapasan dengan Tuan dan Nyonya besar yang sedang jalan bergandengan, baru pulang dari luar kota
“Selamat siang July, kau sudah makan?” Tanya Tuan Azhari ramah, disebelahnya Nyonya Azhari ikut tersenyum manis, ramah tak seperti pertama melihat July
“Sudah Tuan, terima kasih” Jawab July bohong, pun ia memang sedang tak berselera makan
“Heeemm.. bagus kalau gitu!” Tuan besar itu mengangguk senang, lantas matanya berkeliling menyapu seluruh ruangan mencari sosok Marco
“Marco dimana? Apa dia sudah makan siang?” Tanya Tuan Azhari, tak tahu kalau July belum ada interaksi apa pun lagi dengan Marco akibat kesalahannya,
“Ma - maaf Tuan, saya…”
“Tuan muda Marco sudah makan siang di kamarnya Tuan, Nyonya” sahut kepala pelayan yang tergupuh datang menyelamatkan July, jalannya tergesa.. gugup karena telat menyambut junjungannya
“Anak itu… apa tidak ada kegiatan lain selain di kamar?” Ucap Tuan Azhari tampak kesal
“Pa, sudahlah… dia kan masih libur sekolah, biarkan dia santai - santai lah! Jangan terlalu keras sama anak!” Rayu Nyonya Azhari, Tuan Azhari menoleh pada istrinya di samping, wajahnya bertambah kesal
“Ini salah Mama, selalu saja memanjakannya! Dia itu calon penerusku Ma, mau bagaimana memimpin perusahaan kalau dia males - malesan begitu!” Timpal Tuan Azhari dengan suara agak meninggi, Nyonya Azhari melepas gandengan mereka matanya membuka sempurna, melotot tajam
“Oh jadi Papa berani membentakku sekarang? Iyaaaa?” Sengit suara Nyonya Azhari tak kalah tinggi, Tuan Azhari mulai berubah ekspresinya, sekarang tampak lemah, apalagi ketika Nyonya Azhari pergi dengan melengos
“Loh.. loh bukan begitu Ma!” Ucap Tuan Azhari lalu mengejar istrinya itu, July masih berdiri tenang dengan sikap sempurna di tempatnya semula
Kepala pelayan berdiri serba salah, “Ah Jul, sebaiknya kamu ke kamar Tuan muda Marco, beritahu kalau Tuan dan Nyonya Azhari sudah pulang, sana!” Titahnya sambil gupuh menyusul Tuan dan Nyonya Azhari
“Baik Bu” sanggup July dengan senyum profesionalnya, seolah ia tak habis menangis tadi
Rumah itu sangat besar, untuk menuju kamar Marco di lantai 2, July harus melewati berbagai ruangan, lalu menaiki tangga yang meliuk - liuk dengan pembatas berbahan kaca, setelah itu masih ada lorong panjang sampai akhirnya July sampai di depan pintu kamar Marco, July takut - takut untuk mengetuk, khawatir jika rasa sukanya kambuh dan takut jika ia melakukan kesalahan lagi
Setelah mengetuk beberapa kali, July langsung masuk seperti pesan dari Kak Sari, karena kemungkinan Tuan muda Marco sedang main game atau ketiduran, berjalan terus dengan heelsnya mendekati kasur besar mencari - cari keberadaan Marco, kali ini July bisa melihat jelas isi kamar Marco, kamar bercat warna biru tua itu tampak mewah dan modern.
Kaki July terhenti ketika menemukan Marco di sofa besar, bulu matanya yang lentik dan hidung mancung menjulang terlihat jelas dari samping, pemuda itu memakai headset dan fokus pada game, sementara jantung gadis itu berdebar - debar, tak sanggup menahan rasa sukanya
“Selamat siang, Tuan” Sapa July, senyumnya ramah meski hatinya meletup - letup gundah, Marco tak mendengar atau menyadari kehadiran July, ia masih berjibaku dengan stik play stationnya
July bergerak sebentar, memunguti baju Marco yang berserakan lalu menempatkannya di keranjang kotor, selesai dengan itu, July meletakkan piring bekas makan Marco di nampan, beserta gelas bekas jusnya, buku - buku yang ada di atas tempat tidur July susun rapi berdasarkan judul dan volume terbitnya, July melakukannya dengan tertib dan tenang tak ingin menganggu Tuannya.
“Kamu sudah bisa kerja?” Tegur Marco yang sudah berdiri di belakang July dengan tangan bersedekap, July terhenyak lalu lekas mengubah ekspresinya menjadi senyum sempurna
“Selamat siang, Tuan” Sahut July profesional
“Kamu sudah bisa kerja?” Ulang Marco lalu meneliti July dari atas sampai bawah
“Maaf?” Jawab July polos
“Heeemm.. sudahlah” Marco mengacak - acak rambutnya lalu kembali ke sofa
“Maaf Tuan muda, Tuan dan Nyonya besar sudah pulang” info July
“What?!” Marco terlonjak, melihat July dengan mata membulat, July terhibur melihat wajah panik pemuda idamannya itu, menggemaskan
“Oh ****, mana aku belum mandi!” Umpatnya sambil melepas kaus yang ia pakai dan melemparkannya sembarangan, July patuh memunguti kaus Marco di lantai, lalu bergerak mengekori Marco
Gadis itu tangkas menyiapkan keperluan Marco, memilihkan kaus yang akan dipakai, lalu ****** *****, dan celana santainya. Mandi Marco tak lama, terburu - buru… hingga ia masih basah kuyup keluar dari kamar mandi menggunakan handuk dari pinggang ke bawahnya, July sigap memberikan handuk yang lain dan ****** ***** beserta celana santai pada Marco, lalu berbalik badan.
“Sudah” ucap Marco, paham kalau July ternyata sudah cakap melaksanakan tugasnya, setelah itu July berbalik dan membantu Marco memakai kausnya, jantung July berdebar tak karuan saat jarak mereka sangat dekat, July bahkan bisa menghirup aroma sabun di kulit Marco
Selesai dengan urusan baju, Marco berjalan ke arah meja rias, masih berdiri.. Marco lalu membungkukkan badan, mensejajarkan kepalanya dengan tinggi July, July dengan senyum ramahnya pelan menyisiri rambut Marco, hati - hati karena rambut Marco yang agak gondrong dan sedikit ikal, setelah itu July lanjut memakaikan serum ke wajah Marco dengan tangan bergetar - getar
“Kamu grogi ya?” Tanya Marco merasakan jari jemari July gemetaran
July menarik jarinya, “Maaf” ucapnya sopan
”Ga apa - apa, lanjutin aja” Marco meletakkan kembali jari July di wajahnya, July lanjut meratakan serum di wajah tampan Marco
“Kamu tahu Jul? Kamu sangat cantik!” Ceplos Marco, pipi July bersemu merah, bibirnya bergerak - gerak tapi tak mampu berucap
Marco tersenyum senang melihat wajah cantik di depannya, wajah July putih, matanya besar dengan manik mata warna cokelat terang, hidungnya kecil tapi bangir, bibirnya penuh sensual berwarna pink muda
“Kamu blasteran ya?” Tanya Marco, “Soalnya kulit kamu putih dan rambut kamu agak pirang” tambahnya, July hanya tersenyum santun tak menjawab, ia pun tak tahu asal usul yang tak pernah diceritakan Ibunya itu
“Hmmmm” gumam Marco bosan tak mendapat jawaban dari July
“Oh ya, aku dengar dari Papa kamu ranking pertama terus dari SD, apa benar?” Tanya Marco ganti topik, July tersenyum santun
“Iya Tuan” sahutnya singkat, tangannya cekatan merapikan bekas - bekas dandan Marco ke tempatnya, Marco lanjut duduk di kursi rias
“Baguslah, artinya kamu ga akan malu - maluin aku nanti, ga seperti pendampingku yang kemarin! Nilaiku malah anjlok gara - gara dia ga kompeten, makanya Papa pecat!” Terang Marco, July menanggapi cepat
“Baik Tuan” sahutnya, Marco tersenyum bangga optimis gadis di depannya ini bisa mendobrak prestasinya lagi, apalagi melihat wajah cantik July, Marco tambah cengengesan saja
Merasa diperhatikan dari ujung kaki ke ujung kepala, July refleks mengikutinya, memperhatikan kalau - kalau ada yang salah dari penampilannya, “Ya Tuan?” Tanyanya
“Cantik” Gumam Marco
“Maaf?” July tak terlalu mendengar
“Ga ada, udah kamu lanjut kerja sana.. aku mau nemuin Papa sama Mama!” Titah Marco lalu bangun dan berjalan santai keluar kamar
Ditinggal Marco, July membereskan bekas - bekas mandi Tuannya, mengumpulkan handuk basah dan baju - baju kotor Marco untuk nanti dibawa menuju ruang laundry
July meremas dadanya yang berdebar dari tadi, mengulang pujian Marco di kepalanya yang campur aduk dengan pikiran tentang Ibunya, pemuda itu berhasil mencuri cinta pertama July.
(Bersambung)…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Uthie
Coba mampir 👍♥️
2024-09-27
0