Setelah memberikan kursus singkat mengenai smartphone, Lukas si pemuda royal itu berbaik hati mengantarkan July hingga ke parkiran sepeda
Lukas menatap prihatin saat July menuntun sepeda ontel tua dengan cat merah yang sudah pudar itu, ingin sekali ia membelikan yang baru saat itu juga, tapi ia tak ingin membuat July takut
“Terima kasih Kak, aku pulang dulu” Ucap July sambil membungkukkan badan
Lukas tertawa lepas, “Sama aku santai aja Jul, kan udah jadi Kakak adik” Ucap Lukas
“Kakak adik?” Tanya July
“Eh bukan kakak adik itu maksudku, tapi itu…… ck, kamu mengerti maksudku kan?” Tutur Lukas gelagapan, tak ingin July salah paham
July tertawa lebar, tawa perdana setelah sekian lama, “Iya.. iya aku mengerti, sudah ya Kak, aku pulang dulu” Gadis itu naik ke sadelnya, bunyi ‘kriiiit’ terdengar saat July mulai duduk, Lukas khawatir sampai - sampai refleks memegangi stang sepeda, tangan mereka bersentuhan tanpa sengaja, darah pemuda itu berdesir, jantungnya juga tak tenang seperti tadi.. Fix dia memang suka pada gadis di depannya ini
“Sampai besok, Kak” Ucap July sopan kali ini tidak membungkukkan badan seperti tadi
“Hati - hati ya, nanti malam aku telepon” Ucap Lukas sambil mengacak rambut July, sudah jadi hobi Lukas sepertinya
“Terima kasih” Ucap July ceria, gadis itu mulai mengayuh sepeda tuanya, meninggalkan pemuda yang masih teguh berdiri menunggu hingga punggung July tak terlihat lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Perjalanan pulang ternyata jauh melelahkan dibanding berangkat tadi, cuaca panas, setumpuk buku milik July belum lagi buku - buku Marco yang ia bawa serta, ban sepeda yang sudah gundul, lengkap dengan perut July yang lapar, sempurna sudah.
Gadis itu berjalan gontai memasuki halaman belakang, tapi begitu mulai masuk ke bagian dapur ekspresinya berubah ceria, seperti pesan dari kepala pelayan untuk tak menunjukkan rasa lelah, sedih, atau marah di rumah itu
“Selamat siang” July membungkukkan badannya sopan pada para senior yang ada di dapur, semuanya sedang duduk bersiap untuk makan siang
“Ganti baju dulu Jul, habis itu makan siang sama - sama!” Ajak Sari, senior yang dari pertama selalu ramah pada July
“Baik Kak, terima kasih” Ucap July dengan senyum lebar melihat semangkuk penuh pasta dan seteko jus jeruk dingin terhidang di meja makan, perut July memang sudah tak bisa diajak kompromi meminta jatah
July mandi cepat menyegarkan tubuhnya, lanjut memakai seragam pelayan, tak lupa mengenakan make up tipis sesuai perintah kepala pelayan, gadis itu bergegas keluar dari kamarnya tak sabar menuju ruang makan
Suara sepatu heels mendekat, July kenal betul siapa pemilik langkah itu, July membetulkan ekspresi dan sikap badannya, mengelus perutnya sebentar menenangkan agar tak berbunyi dulu
”Selamat siang, Bu” Sapa July ramah, senyumnya manis mempesona
“July, Tuan Marco memanggilmu, cepat temui sekarang!” Titah kepala pelayan tanpa basa basi
Ah, July sampai lupa pada Tuannya itu, tapi bukankah jadwal kerja melayani Marco dimulai sore hari nanti, saat July akan mengerjakan tugas sekolahnya dan Marco?
Tak punya power untuk bertanya atau protes, July menganggukan kepalanya sopan, “Baik Bu” Sahutnya patuh
July berjalan tergesa melewati koridor panjang, rumah itu terlihat sepi saat siang hari karena hampir semua orang sedang bersantap siang. Tiba di depan kamar Marco July berdiri sebentar, membenar - benarkan rambut dan seragamnya, berdehem menetralisir gugupnya yang sudah di ubun - ubun ingat wajah Marco yang super dingin di sekolah tadi
July mengetuk pelan pintu kamar Tuannya, menunggu sebentar lalu mengetuk lagi saat belum ada sahutan
“Masuk!” Teriak Tuannya dari dalam, July tersenyum sopan dari pertama dia masuk, jalannya elegan mendekati Tuannya yang ternyata sedang seru bermain game
“Selamat siang, Tuan” Ucap July sopan, tak ada tanggapan bahkan dilirik pun tidak, July inisiatif memunguti barang - barang Marco yang bertebaran di lantai kamar, entah apa yang sedang merasuki Tuan mudanya itu hingga membuat kamar menjadi kapal pecah. July mulai menata tempat tidur yang amburadul, baju - baju yang dilempar Marco sembarangan, buku - buku yang entah dibaca atau hanya dilihat lalu dihempas begitu saja
“Kenapa kamu pulang lebih telat dariku?” Tanya Marco membuka pembicaraan setelah tadi hanya suara gaduh game dari layar TV yang terdengar
“Maaf?” Tanya July terkejut mendengar Marco buka suara setelah aksi diamnya sejak kemarin
Marco bangun dari duduknya, membanting stik gamenya ke sofa, “Aku tanya kenapa kamu pulang telat? Sibuk sama Lukas, iya?” Tanyanya sarkas
July menunduk takut mendapat serangan ketus dari Tuannya, “M - maaf” Sahut July, pemuda yang moodnya sedang tidak baik - baik saja itu mendekati July, tangannya bersedekap, mata sayunya berubah sinis hari ini, “Kamu ga berpikir kalau Lukas benar - benar suka padamu kan?” Tanyanya
July sang pelayan terlatih cepat - cepat mengubah ekspresinya, membentuk senyum sempurna meski hatinya berkecamuk disadarkan oleh Marco, “Saya tidak berpikir seperti itu, Tuan” Sahutnya sadar diri
“Aku mengatakan ini agar kamu hati - hati, jangan naif” Mata Marco masih tajam menelisik
“Terima kasih” Sahut July masih dengan senyumnya yang profesional
“Kamu ga pacaran kan sama Lukas?” Tanya Marco to the point
“Saya tidak pacaran dengan siapa pun, Tuan” Sahut July
Marco menghela lega napasnya, “Heeemm… Sudah ku duga, bagus lah kalau gitu” sahutnya, dinginya mencair sekarang Marco bersenandung ceria lanjut duduk dan kembali fokus pada gamenya lagi, July tak mengerti Tuannya itu, mood swingnya cepat sekali.
“Mau kemana? duduk aja disini” Titah Marco menepuk tempat di sebelahnya saat melihat July hendak ke kamar mandi membereskan kekacauan yang mungkin Marco lakukan disana juga
“Baik, Tuan” Sahut July patuh, duduk July elegan dan manis, tak bersender tak juga membungkuk meskipun badannya pegal minta ampun, belum lagi perutnya yang mulai terasa perih, asam lambung July memang tinggi, kalau mengikuti anjuran dokter yang memeriksanya dulu ia tak boleh sampai terlambat makan, tapi di rumah ini tugas yang utama, kesehatan dirinya tak penting sama sekali
Lama July duduk menunggui Marco yang sibuk bermain game, July hanya izin keluar kamar sekali saja untuk mengambil teh beserta cemilan untuk Tuannya itu, sekaligus mengambil buku - buku untuk mengerjakan tugas sekolah Marco, selebihnya ia duduk patuh disamping Marco pantang bergerak kecuali Tuannya yang meminta
Matahari sudah tenggelam ketika Marco beres dengan game online bersama teman - temannya, Marco menoleh pada July disampingnya yang masih duduk anggun, buku - buku sudah tersusun rapi di sampingnya, bisa dipastikan tugas sekolah Marco sudah kelar
“Udah selesai tugasnya?” Tanya Marco, matanya yang tadi lelah memelototi layar kini segar berbinar setelah melihat July, si pelayan patuh
“Sudah Tuan” Sahut July sopan, di senyumnya tak terlihat lelah sama sekali setelah baru saja menyelesaikan tugas mata pelajaran bahasa Perancis yang jumlahnya sampai 100 soal, kalau punya power sedikit saja July ingin protes kenapa harus ada sekolah seperti itu, dimana murid kaya bisa menggunakan jerih payah orang lain untuk mendapatkan nilai, sangat tidak adil.
“Bagus! Ya udah, kamu lanjutin kerjaan yang lain. Aku mau istirahat sebentar” Titah Marco, pemuda itu stretching sebentar lalu beringsut naik ke tempat tidurnya
“Saya permisi, Tuan” Sahut July sambil membungkukkan badan, tangannya yang mungil penuh membawa bekas minum teh, cemilan, dan buku - buku yang ia bawa tadi
July melangkah gontai menuju dapur yang sudah mulai sepi, Tuan dan Nyonya Azhari sedang keluar kota pulang esok pagi, jadi tidak ada kegiatan memasak makan malam hari ini, sedang untuk Marco, pemuda itu makan malamnya tak teratur kecuali jika ada orang tuanya, pelayan akan menyiapkan makanan setelah Marco perintahkan.
July meletakkan buku - buku di meja makan khusus pelayan, matanya menjelajah mencari - cari sisa pasta yang ia idam - idamkan tadi, sudah dingin pun tak apa yang penting bisa mengisi kekosongan di perutnya
July menghela napas ketika tak ada jejak makanan lagi disana, semuanya sudah bersih tak berbekas, malam ini mungkin memang jatahnya untuk berpuasa, karena kepala pelayan melarang siapa pun untuk masak diluar jam makan
Setelah mencuci cangkir teh dan piring bermotif bunga emas bekas cemilan Marco tadi, July melangkah lesu menuju kamarnya, badannya gemetaran, perutnya menggoda untuk diisi. Sampai di kamar gadis itu merebahkan diri, tak peduli dirinya masih mengenakan seragam, ia sudah tak sanggup lagi.
July membasahi bibirnya yang kering dengan lidahnya, ia lantas mengingat sisa air mineral yang diberikan Lukas tadi, lumayanlah untuk pengganjal laparnya. Dengan memegangi perutnya yang melilit, July lantas mencari - cari botol air minum itu di saku tasnya
“Ketemu” Ucapnya lega, air sisa setengah botol itu ia tenggak sampai habis, melihat botol kosong dalam genggaman mengingatkannya pada Lukas, pemuda baik hati yang baru ditemuinya hari ini, seperti puzzle.. mengingat Lukas ia ingat ponsel yang tadi Lukas berikan, wajah July yang letih kembali berseri, tangannya merogoh tas mencari - cari ponsel barunya
July lalu ingat juga janji si pemberi ponsel untuk menghubunginya malam ini, karena nomernya masih di ponsel lama, July lantas mencari - cari ponsel bututnya di laci meja
Lukas memang benar menepati janjinya, sudah 5 missed call di ponsel bututnya itu dan semuanya dari Lukas, tak enak hati July berinisiatif menghubungi Lukas, seperti sedang menunggu baru 2 kali nada sambung pemuda di seberang sana langsung menyahut
“Selamat malam” Ucap pemuda itu ceria
“Maaf Kak, aku baru selesai kerja” sahut July tak enak
“Ga apa - apa, aku tetep nungguin kok… hehehe” Jawab pemuda itu
July lanjut rebahan lagi, berguling - guling di atas tempat tidurnya yang keras, “Kakak kenapa belum tidur?” Tanya July, telinganya dirapatkan betul dengan ponselnya berhubung suara di ponsel bututnya itu sudah kecil
“Nungguin kamu, aku pengen denger suara kamu dulu baru bisa tidur” Sahut pemuda itu jujur, tapi terdengar gombal di telinga July
“Kita VCan yuk?” Ajak Lukas
“Maaf?” Tanya July lagi - lagi tak mengerti istilah yang diucapkan Lukas
“Kamu udah pake HP barunya kan? Kita video call, itu loh sama dengan yang aku ajarin tadi.. aku pengen liat wajah kamu” Jelas Lukas
July mengingat - ingat semua pelajaran yang berhubungan dengan smartphone tadi, “Tapi Maaf Kak, aku belum sempet ganti HP” Jawab July
“Ganti dulu kalau gitu, aku tungguin.. hehehe” Ucap Lukas bersikukuh
“Ya udah, tunggu ya.. Entar aku aja yang video call Kakak” Tutur July, selesai mematikan panggilannya dengan Lukas, July lantas membongkar ponsel lamanya, mengeluarkan SIM card lalu memasukkan ke ponsel barunya, sama dengan yang Lukas ajarkan tadi
Wajah July berbinar saat ponsel itu mulai aktif, jarinya menari antusias membuka satu per satu aplikasi yang di sudah di instal Lukas tadi, setelah menemukan aplikasi WA July meregistrasi nomer ponsenya, menunggu sebentar hingga semua proses administrasi selesai
Baru beres, satu pesan masuk.. foto profil wajah Lukas tampan terlihat, July membuka pesannya, wajahnya merona mendapat sticker besar berbentuk hati, seperti yang ia sampaikan pada Lukas July memanggil Lukas lewat video call, agak canggung awalnya apalagi saat wajah Lukas terlihat
“Hai” Sapa pemuda tampan itu, ia terlihat lebih tampan menggunakan kaus polos berwarna putih
“Hai Kak” Sahut July membenarkan duduknya, seragam pelayannya kini jelas terlihat
“Kamu memakai itu?” Tanya Lukas keheranan
July tersenyum, sadar diri kalau yang sedang di layar ponselnya itu seorang Tuan, pasti kadar suka Lukas langsung berkurang atau bahkan hilang melihat July dalam seragam pelayan
“Kakak pasti ga suka lagi ya sama aku gara - gara ngelihat aku pake seragam pelayan? Hehehe.. “ Ucap July bergurau sedikit meskipun dalam hatinya tergores perih
“Kenapa kamu ngomong gitu? Apa salahnya dengan baju itu? Pake apa aja kamu tetep cantik kok, dan aku tetep suka sama kamu” Sahut Lukas
July tak sepenuhnya percaya sih, tapi mendengar seorang pemuda tampan dan baik mengatakan itu padanya membuatnya terenyuh
“Aku bisa lihat kamarmu ga?” Tanya Lukas, July awalnya bingung untuk apa tapi karena jiwa patuhnya, gadis itu beringsut bangun dari kasurnya, membalik ponselnya mengarahkan ke sekeliling kamar
“Maaf, kamarku tak pantas dilihat.. tapi nyaman kok” Ucap July
“Hahaha.. aku malah pengen tidur disitu sama kamu, eh tapi nanti ya.. nanti kalau udah sah” Ucap pemuda itu entah sadar atau tidak kalau ucapannya sukses membuat jantung July seolah berhenti berdekat
Blussshhh…
Wajah July memerah, dag dig dug jantungnya benar - benar berantakan, sialnya di saat bersamaan perut July kembali melilit perih, gadis itu menggigit bibir bawahnya merasakan sakit
“Jul? Kamu kenapa? Kamu sakit?” Panik Lukas melihat gadis idamannya merintih
Sempat lupa akan etika seorang pelayan, gadis itu cepat - cepat merubah ekspresinya menutupnya dengan senyum meskipun susah payah, “Ga apa - apa Kak, aku cuma telat makan aja” Sahut July
“Wajah kamu pucat Jul, udah deh kalau sama aku yang jujur aja, jangan kaku - kaku gitu!” Tutur Lukas penasaran
July menyerah, ia kembali ke mode menahan sakitnya, “Aku belum makan dari pulang sekolah tadi, Kak! Sepertinya asam lambungku naik lagi” Tutur July lalu meletakkan ponselnya di atas bantal, kini Lukas hanya bisa melihat langit - langit kamar
July tak tahu kalau pemuda itu sampai terperanjat, “Kamu belum makan? Astaga July, ini udah jam berapa? Aku anterin makanan dan obat ya, kamu tunggu sebentar masih kuat kan?” Panik Lukas
July meraih ponselnya lagi, memperlihatkan wajahnya yang pucat pada Lukas, “Terima kasih Kak, tapi aku ingin istirahat aja.. Aku tutup dulu ya” Ucap July lalu setelah itu mengakhiri video callnya
Di seberang sana pemuda bernama Lukas itu gelisah, matanya sulit terpejam memikirkan July, entah sudah berapa pesan yang ia kirimkan pada gadis malang itu menanyakan kondisinya, tapi hingga waktu nyaris dini hari July tak juga merespon.
(Bersambung)….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments