...****************...
(Pov Sarah)
kendaraan yg sudah mulai melaju mulai membuat jarak antara aku dan Bapak yg telah aku tabrak. Sesekali aku melirik kaca spion sebelah kanan untuk memastikan dirinya tidak mengejar ku. "Huh! Melegakan sekali." Helaan nafasku terasa lepas dan panjang.
Sesaat aku berpikir, orang tadi pastilah orang yg kaya raya, terlihat dari perawakannya yg rapih dan menawan, di balut dengan jas yg aku tahu bermerk sangat mahal tentunya. Sangat tidak pantas aku panggil bapak, karena wajahnya masih begitu muda. Tetapi mulutku secara spontan memanggil bapak saja. Mungkin karena aku merasa takut dan gugup sejak kejadian tadi.
"Walaupun dia marah, tapi dia tidak memintaku mengganti rugi. Mungkin karena dia orang kaya ya. Haha syukurlah! mau habis berapa tabunganku kalau harus membayar rugi orang tadi." Ucapku sembari terus menyusuri jalan menuju sekolahku.
...****************...
"Oh My God Saraaahhhh!!! Kamu kenapa??" Tanya satu-satu nya teman ku yg aku kenal di sekolah baru ini. Dia adalah Mita teman ku dari semasa TK SD dan SMP. Dan sekarang aku baru saja naik ke tingkat SMA tahun ini. Maka dari itu, aku belum banyak mengenal yg lainnya. Dan lagi-lagi Mita kembali satu sekolah denganku. Dia tahu semua tentang hidupku.
"Aku menabrak mobil di pertigaan sebelum kesini tadi Mit. Sial sekali pagi ku kali ini." Jawab ku cemberut. Aku arahkan sepeda motorku ke tempat parkiran. Karena tadi belum sempat aku berhenti, temanku Mita sudah berteriak histeris melihat kondisiku dan juga motorku tentunya.
Tampak Mita berlari ke arah ku dengan wajah khawatir. Terlihat jelas ia tidak langsung mempercayai ucapanku barusan. Ia celinguk celinguk ke kanan dan ke kiri, lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku. "Kamu bohong!" Tegasnya melotot. Aku hanya terkekeh melihat tingkahnya. Wajar saja jika dia tidak langsung mempercayai ucapanku. Karena memang biasanya, aku selalu terluka kalau habis di siksa oleh Mama saja. Huh, miris sekali hidupku ya.
Dengan menghela napas panjang. Aku menatapnya yg juga sedang menatap tajam ke arahku. "Aku beneran menabrak sebuah mobil Mit. kamu tahu, aku tidak mungkin berbohong padamu. Lihatlah ini ini ini dan ini! Sakit sekali tahu!" Ucapku menunjukkan pada bagian yg terluka. Sontak Mita langsung menutup mulutnya shock.
"Kamu itu ya, selalu saja berlebihan!" Ucapku tergelak.
"Berlebihan katamu! Sudah ayo kita ke UKS, kita obati dulu luka-luka mu itu! Oh ya ampun! Kenapa sih teman ku yg satu ini selalu saja sial!" Ratap nya menyayangkan nasibku. Ia papah tubuhku menuju UKS yg ada di sekolah ini. Aku hanya pasrah saja jika Mita sudah bertindak. Akan panjang urusan, jika aku tidak menuruti ucapannya itu. Bisa-bisa ucapan bak kereta api melintas akan terdengar panas di telingaku.
"Aduh pelan-pelanlah sedikit Mita! Kamu tahu kan aku ini sedang terluka." Rengek ku saat Mita begitu tergesa saat menggeret tubuhku ini.
"kita sudah hampir masuk kelas Sarah. Aku tidak ingin kita di marahi, maka dari itu aku harus bergerak cepat." kilah nya memberi alasan.
"Ya ya baiklah." Jawabku pasrah.
...****************...
Setelah bersusah payah aku menaiki tangga menuju lantai 2 sekolah ini. Barulah kami menemukan ruangan UKS. "hah! itu dia." Pekik Mita berbinar. Maka dengan tergesa aku berusaha mengimbangi langkahnya, walau dengan sakit di lutut ku yg terasa begitu nyeri. Aku tetap berusaha untuk tegar dan kuat.
Badan ku juga mendadak panas dingin. Mungkin karena sebelum berangkat sekolah tadi, aku sudah lebih dulu sakit akibat perbuatan Mama. Di tambah lagi dengan kejadian tak terduga lainnya. "Bu permisi, bolehkah saya mengobati teman saya disini. Dia tadi terjatuh saat perjalanan menuju sekolah." Lirih temanku Mita memelas pada ibu guru yg berjaga di UKS.
Sontak Ibu Guru yg tertera di kantong bagian kiri atas nya bernama Susi Susanti. Terperanjat ketika melihat lelehan darah yg mengalir di kedua lututku. "Bisa. Langsung saja di bawa berbaring di brangkar itu. Biar saya bantu juga mengobati." Jawab Ibu Susi terlihat khawatir. Dengan gerakan cepat. Ia sudah mengeluarkan berbagai alat dan obat-obatan yg akan membersihkan luka di tubuhku.
"sepertinya ini harus di jahit. Kenapa tidak di bawa ke rumah sakit saja.. Sarah?" Tanya nya padaku. Ia juga menyebutkan nama ku setelah memperhatikan nama yg tertera di atas kantong kiri seragamku.
"Ini hari pertama saya masuk sekolah. Saya tidak mau di bilang tidak disiplin Bu." Lirihku berucap. sungguh kini tubuhku terasa begitu lemah. Mungkin kah efek dari jatuh tadi. Entahlah, yg jelas saat ini aku merasa dahi ku mulai mengucurkan keringat dingin yg membuatku semakin lesu.
"Ya ampun. Wajahmu mulai pucat Sarah." Ucap Mita bergetar. Berarti dugaan ku tidak salah. Aku memang begitu lemah saat ini.
"Ibu infus saja ya. Nanti biar Ibu yg memberikan surat izin di kelas mu Sarah." Saran Ibu Susi yg hanya bisa aku terima dengan pasrah. Untuk membantah pun aku sudah tak kuat.
"coba di angkat sedikit baju di perutmu. Dan buka juga satu kancing di atas. Ibu ingin memeriksa kondisi yg di dalam." lanjut Bu Susi memberi perintah pada Mita. Seketika Mita membuka satu kancing bagian atas lalu menarik perlahan baju bawah ku. Aku sedikit meringis sakit saat Mita melakukan itu.
"aakkkk!! Sarah!!! Ini kenapa lagi? Kenapa lebam banget begini. Huhuhu kamu kenapa sebenarnya." Pekik Mita sontak membuatku terbelalak. Aku lupa, bahwa perutku tadi di tendang kuat oleh Mama. Pastilah saat ini masih begitu lebam. Bodohnya aku! Kenapa aku sampai melupakan hal ini.
Dan lagi, Ibu Susi ikut-ikutan melebarkan matanya saat melihat lebam yg ada di bagian bawah perut dan juga pinggang kananku. "Ya aku terjatuh Mita. Mana aku tahu kalau ternyata banyak yg terluka di bagian tubuhku ini." Ucap ku pelan tanpa bisa berkata lebih keras. Jujur aku tidak ingin menjawab pertanyaan nya tadi. Tetapi aku mengingat disini ada Ibu Susi yg pasti akan terus bertanya-tanya ada apa. Maka dari itu, aku memutuskan untuk menjawab walau lirih.
Di tambah lagi, selain guru, sepertinya Ibu Susi ini adalah seorang perawat. Terbukti dari dirinya yg bisa berani menyuntik ku untuk memberikan infus di tubuhku. Tentu pasti hanya tenaga medis lah yg bisa melakukannya.
"Ya sudah Mita. Kamu masuk ke kelas saja. Bel akan berbunyi 1 menit lagi. Nanti kamu bisa telat." Titah Ibu Susi pada Mita yg masih menangisi ku. Aku tahu temanku itu pasti tidak ingin meninggalkan aku saat ini. Namun aku harus terlihat tegar agar ia bisa lega meninggalkan aku disini.
"hmmmm.... Sudah sana kamu! Nanti aku nyusul." Ujarku tersenyum lebar menunjukkan deretan gigiku yg rapih dan terselip satu gingsul yg terdapat di bagian kiri atas gigiku. menatap wajah temanku Mita. Ia memang begitu menyayangiku. Aku begitu bersyukur memiliki teman sepertinya.
"Baiklah. Aku pergi dulu Sarah." Jawab Mita terdesak oleh bel masuk yg sudah berbunyi nyaring. Ia seka airmata yg membasahi kedua pipi mulusnya itu. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
...****************...
(Pov Ziva)
Hari ini seperti biasa, aku selalu menghadiri berbagai pertemuan seorang diri. Aku tidak akan meminta asisten ku Vera mengantikan pertemuan atas namaku kalau tidak terdesak. Lalu saat sedang mendengarkan para klien ku sedang mempresentasikan kerjaan. panggilan yg sudah dering ketiga mengalihkan atensi ku.
Melirik kesal, aku melihat layar yg tertera "SMA Persada." Gumamku membaca tulisan di layar ponsel. Seketika pikiranku berkecamuk kesal. Ini adalah sekolah dari anak tidak berguna itu. Mau apa dia!
"Maaf Ibu Ziva, sepertinya Ibu sedang tidak fokus?" Tanya klien ku skeptis. Aku tahu dirinya sedang menegur atas perbuatan tidak profesional ku saat bekerja saat ini. Akan tetapi jiwa brutal ku semakin terpercik oleh omongan klien yg masih jauh di bawahku ini.
"Ada panggilan dari sekolah anak sulungku. Jika kamu keberatan. Saya bisa membatalkan kerja sama kita." Ucapku tetap tenang namun penuh dengan tatapan intimidasi yg aku selipkan di antara senyum lebar ku.
Sontak wajah pias dari klien ku tampak jelas terlihat. Aku ber seringai lalu kembali menoleh ke layar ponsel yg bergetar tanda 1 pesan masuk. "Maaf Ibu Ziva. Kami dari sekolahan anak anda yg bernama Sarah Colin. Beliau mengalami luka di sekujur tubuh akibat menabrak mobil saat melintas pagi tadi." Begitu isi pesan yg di kirimkan oleh sekolah anak tidak berguna itu.
Tentu aku semakin berang saja dengan keadaan ini. Dengan dada kembang kempis menahan emosi, aku memejamkan mata sejenak. lalu aku buka kembali dengan kilatan emosi yg mungkin masih tersisa di sana. Sungguh jika itu tentang Sarah, aku selalu saja murka.
"Ma-maafkan ucapan saya tadi Bu Ziva. Kita bi___"
"Saya tidak ada waktu, Saya harus segera pergi saat ini juga. Terimakasih atas waktu yg terbuang sia-sia ini." Ucapku sarkas sembari bangkit tegap dan bergegas meninggalkan mereka yg tengah menyesali kebodohannya dalam menegurku.
...****************...
"Bagaimana Sarah? Apa sudah lebih baik?" Tanya Bu Susi setelah selesai merawat luka-luka ku. Sejujurnya aku masih begitu lemas. Aku tidak tahu pasti apa yg membuatku seperti ini. Karena hari ini aku mengalami 2 kejadian yg menyakitkan.Aku hanya mampu tersenyum pada Ibu Guru ku ini.
"Hmm... Sepertinya memang tidak salah pikiran saya tadi untuk inisiatif menghubungi orangtuamu. Karena memang kondisi kamu masih begitu lemah." Ujar Bu Susi yg seketika membuatku sesak dan susah mengontrol napas. napas ku terengah berulang kali. Aku takut, sangat takut jika Mama sampai tahu, apalagi sampai harus datang menemui ku karena desakan dari pihak sekolah.
"Ya ampun Sar-sarah! Kamu kenapa lagi!"
BERSAMBUNG
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments