Aldo pergi dari ruang rawat inap Arlin agar bisa memberikan waktu untuk istrinya itu istirahat. Lagi pula kemungkinan Arlin sadar menurut dokter masih lah beberapa jam lagi. Ia segera saja pergi berlalu menuju kantin karena sebentar lagi mungkin ART nya juga akan datang kemari untuk mengantarkan anaknya. Anak dari hubungan Arlin dan Aldo ini lahir karena sebuah kecelakaan.
Tadi setelah selesai mengajar di sebuah kampus, Aldo memang langsung ke rumah sakit tanpa makan siang dulu. Untuk masalah anaknya, Aldo memang meminta ART mengantarnya ke rumah sakit dan bertemu di kantin. Hubungan pernikahan Aldo dan Arlin sudah berjalan selama 4 tahun dengan anak mereka yang kini berusia 2 tahun.
"Semoga jika nanti kau sadar, kau takkan lupa denganku dan anak kita. Terlebih kata dokter waktu itu saat awal masuk rumah sakit mengenai pendarahan yang ada di otak kamu itu bisa saja menyebabkan amnesia." gumam Aldo yang kini sudah duduk di salah satu meja kantin.
Aldo segera memakan makanannya dengan lahap hingga semua yang ada di piringnya tandas. Tak berapa lama, Aldo dikejutkan dengan kehadiran ART nya yang datang dengan menggendong anak laki-laki berusia dua tahun. Anak laki-laki dengan wajah yang begitu mirip dengannya itu hanya menatap datar kearah papanya.
Semenjak kecil ia sudah terbiasa dengan sikap buruk mamanya dan diacuhkan oleh papanya membuat bocah laki-laki itu tak begitu antusias jika diajak ke rumah sakit. Bahkan hampir setiap hari, bocah kecil itu bermain sendirian kalau tidak ya ditemani oleh ART di rumahnya saat tak sibuk. Bocah kecil itu bernama Keilan Dicky Narendra atau biasa dipanggil Kei.
"Ini tuan perlengkapan baby Kei," ucap ART di rumahnya bernama Mbok Mala.
Mbok Mala langsung menyerahkan sebuah tas berisi perlengkapan dan pakaian Kei. Sedangkan Kei sendiri juga langsung diturunkan oleh Mbok Mala kemudian didudukkan disamping papanya. Aldo langsung menerimanya kemudian Mbok Mala pamit undur diri.
"Ayo kita masuk dalam ruangan mama." ucap Aldo dengan kalimat memerintah.
Kei hanya menganggukkan kepalanya kemudian Aldo membantu bocah laki-laki itu turun dari kursinya. Sambil membawa tas berisi perlengkapan anaknya, Aldo menggandeng tangan mungil Kei. Kei hanya diam saja karena memang tak terlalu akrab dengan papanya yang sibuk mengurus istrinya dan pekerjaannya itu. Walaupun masih sedikit tertatih-tatih mengikuti langkah papanya, namun Kei tak pernah mau menunjukkan kesusahannya.
***
Ceklek...
"Kamu ngapain disini?" teriak Arlin yang ternyata sudah sadar dari pingsannya.
Bahkan ia sudah duduk diatas brankarnya dibantu oleh seorang perawat yang memang tadi ia panggil melalui tombol yang ada diatas brankarnya. Arlin begitu terkejut saat melihat siapa yang masuk dalam kamarnya. Seorang laki-laki tampan yang tadinya akan berjalan kearahnya namun langsung menghentikan langkahnya saat melihat respons sang istri.
Walaupun tampan, namun tetap saja Arlin atau lebih tepatnya Lili begitu kesal bahkan benci karena laki-laki itu merupakan dosen pembimbing skripsinya sendiri. Dia adalah Aldo, dosen yang membuatnya selalu darah tinggi ketika bertemu. Bahkan Kei yang berada disamping Aldo pun langsung menatap malas kearah mamanya yang tak pernah berubah, suka teriak-teriak.
"Jelas saya ada disini. Saya masih sah sebagai suami kamu. Kamu pun masih sah sebagai istriku. Dan ini, anakmu Kei kalau kau lupa," ucap Aldo dengan wajah datarnya.
"Enggak, gue belum punya suami dan anak!" seru Arlin tak terima.
Sepertinya Lili melupakan sesuatu jika kini ia sedang tak berada di raganya sendiri. Padahal tadi sewaktu ia sadar, tentunya ia paham kalau dirinya tengah bertransmigrasi ke tubuh seorang wanita bersuami dan mempunyai anak. Mendengar penjelasan dari Aldo tentu dia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh dosennya.
Namun tiba-tiba matanya terpaku pada bocah laki-laki yang terlihat begitu tampan dengan kaos putih, celana jeans selutut, dan sepatu yang warnanya senada bajunya. Mata bulat hitam nan tajam itu sangat mirip dengan Aldo membuat ia sedikit terdiam. Tak ada senyum dari bocah laki-laki itu membuatnya hanya bisa kikuk sendiri.
"Arlin... Jangan bercanda. Ingat-ingat lagi siapa dirimu." ucap Aldo dengan titah tegasnya.
Arlin langsung terdiam kemudian ia mengingat tentang kejadian sewaktu dia sebelum pingsan itu. Ia kini ingat kalau dirinya sedang transmigrasi namun melupakannya karena tadi terlena untuk mengisi perutnya yang sudah sangat lapar. Bahkan dokter yang memeriksa pun mengatakan bahwa dirinya hilang ingatan dan kakinya tak bisa digerakkan untuk sementara waktu.
"Anda kehilangan ingatan untuk sementara. Ini efek dari pendarahan yang ada di otak akibat kecelakaan satu tahun yang lalu," ucap dokter itu.
"Satu tahun?" tanya Arlin bingung.
"Iya, anda sudah koma atau tak sadarkan diri selama satu tahun." jawab dokter itu.
Padahal dia sama sekali tak hilang ingatan. Dirinya masih ingat namanya sendiri dan baru kemarin siang mengalami kecelakaan namun melupakan fakta bahwa dia sudah tak berada dalam raga aslinya. Saat Aldo datang, dirinya langsung saja tersadar bahwa apa yang terjadi ini bukanlah sebuah mimpi. Ia kini masuk dalam raga istri dari Aldo dan mempunyai seorang anak.
Fakta ini membuatnya frustasi bahkan tak bisa menerimanya. Ia hanya diam saat Aldo dan anaknya duduk di kursi sofa yang ada di ruangannya. Ia kini kebingungan harus melakukan apa, terlebih memikirkan misi yang harus dilakukannya agar bisa kembali dalam raganya sendiri. Beberapa ingatan kecil mengenai kelakuan Arlin juga sudah masuk dalam pikirannya namun ia belum bisa menerima takdir ini.
"Apa salahku Tuhan? Sampai-sampai kau memberikanku cobaan seberat ini dengan menjadi istrinya dosen resek itu." gumam Arlinyang kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Bahkan ia tak menghiraukan kehadiran Aldo dan Kei yang menatapnya aneh. Mereka juga bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Arlin. Akhirnya Aldo memilih untuk mendekat kearah sang istri kemudian mengelus lembut rambut Arlin. Arlin yang merasakan usapan lembut di kepalanya pun langsung mendongakkan kepalanya. Ia langsung menjauhkan kepalanya dari jangkauan Aldo saat melihat dosennya itu ada didekatnya.
"Aku mau menemui dokter dulu untuk mencari tahu tentang kondisimu." ucap Aldo pamit dengan sedikit kecewa dengan respons Arlin.
Tanpa menunggu jawaban dari Arlin, Aldo berlalu pergi dari ruang rawat inap istrinya itu. Aldo pergi dengan meninggalkan Kei didalam ruangan itu bersama Arlin. Kei terus menatap wanita yang tak pernah ada untuknya itu membuat Arlin yang merasa diperhatikan langsung menghadap kearah seseorang itu.
"Apa yang harus aku lakukan dengan bocah itu? Punya adik aja kagak, masa iya harus ngurus anak." gumamnya tersenyum miris.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
Ajusani Dei Yanti
semangat jadi mamah muda lili
2023-06-24
0
Hasan
kl mau nyalahi tuh othor saja yg disalahin🤣🤣🤣
2023-06-18
2
Hasan
🤣🤣🤣udah terima nasib lu lili
2023-06-18
0