"jangan mengungkit masalalu seseorang, jika kamu tidak tahu bagaimana caranya mereka berjuang"
***
Adel terkejut saat Daniel datang ke dapur menemuinya. Baru saja ia masih terkejut dengan kehadiran Bani dan kini Daniel juga mengikutinya hingga ke dapur.
Daniel menatapnya dengan wajah datar, Adel berusaha bersikap biasa saja ia tidak mau menunjukkan wajahnya yang terkejut sekaligus sedikit canggung dengan kedatangan Bani yang ternyata sahabat dari suaminya sendiri.
"Kamu bawa minuman langsung ke taman belakang aja, anak-anak udah di suruh ke sana," ucap Daniel.
"Iya, Mas." Adel mengambil gelas.
Daniel masih terdiam di dapur menatap Adel yang kini mulai melamun, Daniel tahu istrinya itu pasti sedang merasa terkejut karena kedatangan mantan pacarnya itu.
Adel berjalan membawa minuman, namun tangan kekar Daniel tiba-tiba menahannya dan membuat Adel terkejut.
"Ada apa, Mas?" tanya Adel.
"Saya tahu kamu pernah punya hubungan dengan Bani, dan saya nggak tahu kenapa hubungan kalian bisa berakhir. Hanya saja saya tidak mau melihat kamu dengan raut wajah seperti ini bertemu dengan mereka terutama Bani," jelas Daniel.
Adel mengerutkan keningnya bingung sekaligus takut. Ia memang memiliki hubungan dengan Bani dan itu sudah lama berakhir, ia hanya terkejut dengan kedatangan lelaki itu ke rumahnya hanya itu saja.
"Saya nggak mau kalau sampai mereka tahu hubungan kita belum harmonis, jadi tolong bersikap seperti biasa," ucap Daniel kembali.
Adel menatap wajah Daniel yang datar dan dingin. Lelaki itu masih menatapnya dengan serius.
"Baik Mas, kalau gitu Adel bawa dulu minumannya mereka udah haus," pamit Adel.
Daniel menatap punggung istrinya itu. Setelah Adel pergi perasaannya tak karuan. Ia merasa takut jika istrinya itu akan kembali mengingat Bani di pertemuan mereka. Namun melihat wajah takut dan tegang dari Adel membuatnya yakin untuk mengetahui lebihb jauh hubungan keduanya sebelumnya.
*-*-*-*-*
Bani tampak sibuk dengan ponselnya, sedangkan teman-temannya yang lain bercengkrama bercerita tentang kehidupan mereka.
Adel duduk di sebelah Daniel hanya diam sambil sesekali bermain game di ponselnya. Daniel sendiri masih serius berbincang dengan sahabatnya tak menghiraukan istrinya itu.
"Mas, Adel pamit ke dalam aja ya," ucapnya.
Daniel menatap Adel dan mengangguk, kemudian melanjutkan percakapannya dengan teman-temannya.
Adel memilih masuk ke kamarnya dan duduk bersandar di ranjang. Ia masih merasakan dadanya berdetak lebih cepat karena terkejut.
Sejak tadi Bani memang sesekali menatap ke arahnya, dan ia tak tahu sebenarnya mengapa bisa Daniel melamar dan menikahinya dan ia bersahabat dengan Bani mantan pacarnya.
Adel menyalakan televisi dan memilih untuk menonton di kamarnya meskipun pikirannya masih melayang-layang. Tiba-tiba Daniel membuka pintu kamar dan masuk ke dalam.
"Anak-anak mau pulang," ucap Daniel.
Adel langsung berdiri merapihkan pakaiannya dan berjalan mengikuti Daniel.
"Kita balik dulu ya, jangan lupa omongan gue tadi!" ucap Rendi.
Daniel hanya mengangguk sambil memasukan kedua tangannya di saku celananya.
"Dan gue balik," pamit Bani.
"Thanks Ban."
"Del, pamit dulu," ucap Bani pada Adel.
Adel hanya mengangguk menatap sebentar kemudian melihat ke arah lain. Sejak tadi Daniel memerhatikan keduanya.
Usai kepergian semua sahabat Daniel, Adel memilih pergi ke taman untuk membereskan piring dan gelas juga beberapa cemilan yang masih berantakan di sana.
Mereka belum mau menyewa pembantu karena Adel masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah sendiri. Ia pun langsung mencuci piring dan gelas dengan bersih.
Selesai membersihkan semua peralatan yang kotor ia pun memilih langsung ke kamar karena hari sudah mulai malam.
Ia melihat Daniel yang baru saja selesai mandi, ia menggunakan handuk yang dililit di pinggangnya.
"Gimana rasanya ketemu Bani?" tanya Daniel tiba-tiba.
Adel mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Kamu pasti bahagia kan? Udah pernah ngapain aja kamu sama dia?" tanya Daniel kembali.
"Maksud, Mas apa?" tanya Adel binggung dan takut melihat ekspresi datar dan dingin Daniel.
"Saya tanya kamu udah pernah ngapain aja?"
"Mas saya belum pernah ngapa-ngapain dengan dia," jawab Adel.
Daniel berdecak, ia terlihat sangat marah dan Adel tak tahu mengapa lelaki itu terlihat sangat marah padanya. Ia berjalan mendekati Adel yang masih berdiri di dekat ranjang.
"Kamu tahu alasan saya mau menikah dengan kamu?" tanya Daniel.
Adel hanya menggeleng tak mengerti dan tak tahu memang ia sampai saat ini dia tak tahu mengapa Daniel mau menikahinya padahal mereka belum kenal sebelumnya.
"Karena kamu perempuan murahan!" ucap Daniel dengan datar.
Adel yang sejak tadi merasa takut membelakakan matanya. Selama ini tidak ada yang mengatakan dan menghina ia seperti ini dan ini kali pertamanya Daniel yang mengatakan bahwa ia perempuan murahan.
"Maksud Mas apa? Kenapa Mas bilang kalau Adel perempuan murahan?" tanya Adel dengan suara sedikit tinggi.
"Kamu sudah pernah berhubungan dengan Bani? Kamu sudah menyerahkan diri dengan lelaki seperti dia kan? Jawab!" ucap Daniel dengan lantang.
Adel menggeleng dengan air mata lolos begitu saja dari matanya. Sungguh Daniel menghinanya dengan ucapannya yang sudah keterlaluan.
"Mas kenapa menilai saya seperti itu? Saya dengan Bani hanya pacaran dan kami tidak melakukan apapun!" ucapnya dengan isak tangis.
Daniel hanya tertawa kemudian kembali dengan wajah dinginnya.
"Asal kamu tahu, alasan saya tidak mau menyentuh kamu karena kamu sudah tidak perawan!" ucap Daniel dengan wajah marah.
"Kenapa Mas mengatakan hal demikian padahal Mas sendiri tidak tahu! Saya masih perawan dan saya bukan wanita murahan!" ucap Adel kesal.
"Bukankah kamu dan Bani pernah menyewa kamar hotel bersama? Apa yang kalian lakukan di dalam?"
Adel terdiam sejenak. Ia mengingat saat pergi ke hotel dengan Bani dan itu karena dirinya di jebak dan di cekoki minuman beralkohol hingga ia sedikit mabuk, beruntungnya Adel selamat karena mendorong bahu Bani dan kabur dengan taksi.
"Apa harus Adel jelaskan semuanya?" tanya Adel.
"Nggak perlu saya rasa saya cukup tahu bagaimana kamu,"
"Saya masih perawan kenapa Mas nuduh saya seperti itu. Saya wanita baik-baik," ucap Adel dengan nada tinggi dan air mata yang sudah lolos.
Daniel yang melihat Adel menangis merasa hatinya sakit, ia memang marah dengan Adel namun amarah lebih memuncak karena Bani.
Kedatangan Bani ke rumahnya memang tanpa sepengetahuan Daniel. Ia kira lelaki itu tidak akan datang karena tahu dirinya menikah dengan Adel, namun ternyata Bani datang dan membuatnya tambah marah karena menceritakan tentang hubungannya dengan Adel dulu.
"Tidak perlu harus menangis seperti itu, air mata kamu tidak akan membuat saya kasihan," ucap Daniel mengambil baju di lemari.
Adel menghapus air matanya, rasa sakit hati dan sesak masih terasa di dadanya. Mengapa Daniel bilang ia wanita murahan dan mengapa ia juga bilang bahwa ia tidak perawan lagi.
Apa yang sebenarnya Bani ceritakan pada Daniel hingga lelaki itu mengatakan hal demikian padanya. Tanpa mempedulikan Adel yang berada di kamar dan masih menangis, Daniel membuka handuknya dan ia hanya menggunakan ****** *****.
Adel sempat terkejut dengan tingkah lelaki itu, karena ia pertama kalinya ia mengenakan baju di kamar karena biasanya ia selalu menggunakan di kamar mandi. Adel hanya menunduk sambil menahan tangisnya.
Daniel selesai menggunakan bajunya, ia memilih pergi ke luar kamar dan membanting pintu dengan kasar. Adel makin takut apakah rumah tangganya tidak akan pernah bisa harmonis terlebih Daniel mengatakan bahwa ia tidak perawan.
*-*-*-*-*
Daniel merasa kesal dan kecewa. Sejak pertemuannya dengan Bani dan lelaki itu menceritakan tentang Adel membuatnya benar-benar marah.
Ia tak marah dengan Adel hanya saja mengapa Adel mengapa Bani merusaknya. Ia tak tahu harus percaya pada siapa, Adel bilang ia masih perawan namun Bani mengatakan ia pernah berhubungan badan dengan istrinya saat pacaran dulu.
"Arrgggghhhh!" umpat Daniel kesal mengusap wajahnya.
Daniel memilih mengambil kunci motor dan pergi keluar tanpa mempedulikan Adel yang masih menangis di kamar.
Sedangkan Adel yang sudah berhenti menangis memilih untuk mencuci mukanya dan menganti pakaiannya dengan piyama. Ia menatap ke cermin melihat matanya yang sudah sedikit bengkak karena menangis. Cukup dulu Bani membuatnya menangis asal jangan suaminya sendiri.
Adel binggung dengan apa yang terjadi sebenarnya dan mengapa Daniel mau menikahinya.
Sudah jam sebelas malam dan Daniel belum juga pulang. Sudah tiga jam lelaki itu pergi tanpa mengatakan apapun karena sudah marah dengannya. Adel memilih menunggu Daniel di ruang tamu sampai ia datang.
Dan benar saja baru saja Adel hendak menelepon Daniel tenyata ia sudah tiba, wajahnya terlihat lesu jalannya sedikit sepoyongan. Ia tak menatap Adel dan mempedulikan kehadirannya.
Daniel langsung naik ke atas tangga sambil memegang pegangan. Adel mengunci pintu dan mengikuti lelaki itu, sepertinya Daniel baru saja mabuk karena tercium aroma alkohol yang pernah Bani berikan padanya dulu.
"Mas mabuk?" tanya Adel saat sampai kamar.
Daniel tak mempedulikan Adel, ia hanya diam sambil memegang kepalanya.
"Adel buatkan air madu supaya lebih enak?" tanya Adel.
Daniel tak menjawab, ia mendekatkan dirinya dengan Adel yang berdiri di belakang pintu yang baru saja ia tutup.
Daniel menarik dagu Adel yang kini ketakutan dengan sikap Daniel.
"Kenapa kamu harus menjadi wanita murahan!" ucap Daniel kembali.
Adel menggeleng ia benar-benar takut terlebih kini Daniel sedang dalam keadaan mabuk dan ia takut Daniel akan berbuat nekat karena terpancing amarah.
"Kenapa Adel, saya sudah menunggu kamu sekian lama, tapi kenapa kamu nyerahin diri kamu dengan Bani kenapa?" tanya Daniel kembali dengan wajah frustasi.
"Mas lepasin dulu, Mas lagi mabuk biar nanti Adel akan jelaskan," ucap Adel takut.
Daniel kini mencengkram bahu Adel dengan kasar dan membuat Adel meringis kesakitan karena tenaga lelaki itu memang besar.
"Mas sakit, tolong lepasin!" ringis Adel.
"Kenapa kamu harus melakukan itu dengan Bani, kenapa kamu gak bisa jaga diri kamu!"
"Adel masih perawan Mas, Adel belum melakukannya dengan siapapun," ucap Adel yang kini menangis karena kesal.
"Oh ya mari kita buktikan apa benar kamu belum melakukannya," ucap Daniel melepas cengkramannya dari bahu Adel.
Daniel menarik tangan Adel dan mendorong wanita itu ke ranjang, Adel yang sudah ketakutan dengan Daniel terlebih karena lelaki itu sedang mabuk benar-benar takut.
Ia bisa saja melayani Daniel hanya saja ia kali pertama mereka akan melakukannya dan Daniel kini dalam keadaan mabuk dan emosi. Adel benar-benar-benar takut karenanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
🅵🅰🅳🅸🅻🅰 3 𝓹𝓾𝓽𝓻𝓪
hadeuhhhh up-nya kpn nich..... gantung 🙄
2020-09-12
0
Yuli Ana
thor sehari sekali dong up nya hehehhe
2020-07-15
1
Fatim
cepet up thor
2020-07-15
1