BAB 5

Adel dan Daniel melepas ciuman pertama dan singkat mereka, keduanya saling terdiam. Daniel menjauhkan wajahnya dan memilih membaringkan badannya tanpa mengucapkan apapun, sedangkan Adel yang merasa jantungnya berdetak lebih cepat memilih menarik selimut dan memiringkan badannya memunggungi suaminya itu.

Keduanya bergelut dengan pikiran masing-masing. Daniel merasa aneh ini baru pertama kalinya ia berciuman dan mencium sang istri. Tak ada percakapan antara keduanya hingga mereka terlelap.

***

Hari sudah pagi namun Adel merasa badannya terasa berat. Tangan kanan Daniel ternyata sudah melingkar di perutnya, dengan pelan-pelan Adel bangun dan melepaskan tangan kekar Daniel hingga suara serak Daniel terdengar.

"Sudah jam berapa?" tanya Daniel sambil mengucek matanya.

"Jam 7," jawab Adel yang baru saja duduk.

Daniel mendudukan badannya dan meregangkan badannya. Adel mengikat rambutnya dan berjalan ke kamar mandi, namun Daniel juga mempercepat langkahnya berjalan ke kamar mandi hingga Adel menabrak dada bidang suaminya itu.

"Saya mau mandi lebih dulu," ucap Daniel.

Adel yang terkejut dengan ulah suaminya memilih mengalah, ia membiarkan Daniel memakai kamar mandinya sedangkan ia memilih merapihkan kasur mereka.

"Kamu mandi dan bersiap-siap kita langsung ke rumah orang tua kamu," ujar Daniel yang telah selesai mandi.

"Iya Mas," jawab Adel berjalan ke kamar mandi.

Sambil berjalan ke kamar mandi, padangan Daniel tidak lepas dari istrinya itu, baju kemeja miliknya yang tampak besar di kenakan Adel dan juga celana pendek di atas lutut membuat Daniel tersenyum melihat penampilan cantik istrinya di pagi hari.

Selesai mandi mereka langsung berpamitan pada orangtua Daniel dan juga kakaknya, Kirana. Mereka memilih sarapan di rumah orangtua Adel karena sudah berjanji lebih dulu sebelumnya.

"Assalammualaikum," ucap Adel tiba di rumah orang tuanya.

"Waalaikumsalam," sambut Mamah Adel langsung mencium dan memeluk anak gadisnya itu.

Daniel yang baru saja selesai memakirkan mobilnya menghampiri mereka dan langsung mencium tangan sang mertua yang di sambut hangat olehnya.

"Ayo masuk, Mamah sudah masak banyak untuk kalian," ucapnya menyuruh masuk.

Daniel dan Adel masuk ke dalam rumah, memang di rumah tampak sepi. Adel anak pertama dan ia memiliki adik lelaki yang saat ini sedang berkuliah dan biasanya sudah pergi pagi hari.

"Kalian kenapa nggak bilang mau pindah ke Bandung?" tanya Papah.

"Daniel baru dapat kontraknya minggu lalu, jadi kita pindahnya buru-buru. Tadinya Daniel kira dapat kontraknya di Jakarta," ujar Daniel.

"Ya nggak apa-apa kalau ada rezekinya di Bandung," ucap Papah.

Daniel mengangguk setuju, ia memilih menghabiskan sarapan mereka.

Adel berpamitan pada kedua orang tuanya begitu juga Daniel. Hari ini mereka akan langsung pergi ke Bandung dan memulai kehidupan baru di sana.

****

Daniel sudah memulai bekerja hari ini. Dua hari di rumah untuk beristirahat kini ia akan memulai pekerjaan barunya di perusahaan.

Meskipun keluarganya pemilik perusahaan di Jakarta, Daniel tidak ingin mengambil alih sampai ia memiliki pengalaman bekerja di perusahaan lain dan memulainya sendiri.

Daniel memang ingin mandiri, tak mau bergantung dengan apa yang sudah di miliki orang tuanya. Memang perusahaan Papahnya akan di pindah tangankan padanya namun mereka sudah membuat kesepakatan saat Daniel sudah punya pengalaman bekerja dan sudah bisa mengolah perusahaan dan bertanggung jawab barulah perusahaan akan dipindah tangankan padanya.

"Saya mungkin akan pulang sore," ucap Daniel.

"Iya, Mas."

"Kalau kamu bosan kamu boleh pergi berjalan-jalan atau bertemu dengan teman-teman sekolah kamu dulu," ucap Daniel kembali.

"Sudah pada sibuk mereka," jawab Adel merapihkan meja makan.

"Saya tidak melarang kamu untuk berpergian hanya saat saya di rumah kamu juga harus ada."

Adel mengangguk, Daniel merapihkan kemejanya. Memang pekerjaannya sangat penting namun ia tidak perlu harus menggunakan jas dan dasi berpakaian formal.

"Saya berangkat dulu," pamitnya.

Adel yang masih berada di meja makan langsung menghampiri suaminya itu dan mencium tangannya, meskipun Daniel terkejut dengan sikap Adel namun ia merasa sedikit senang karena Adel menghargainya sebagai suami.

Daniel sudah pergi bekerja, sedangkan Adel sibuk membereskan rumah. Sejak dua hari lalu mereka sampai di Bandung mereka sibuk membersihkan rumah dan menyusun pakaian juga belanja kebutuhan.

Dan hari ini setelah semuanya sudah selesai barulah Adel memulai aktivitasnya untuk mencuci pakaian dan juga merapihkan baju Daniel yang akan di pakainya untuk bekerja.

Ya, ketimbang dengan pakaian Adel pakaian Daniel lebih banyak termasuk kemeha dan juga baju kaos. Lelaki itu sangat menjaga penampilannya dengan baik.

***

Sudah seminggu Adel menghabiskan waktu di rumah tidak ada kegiatan apapun, Daniel juga hanya berada di rumah hari sabtu dan minggu saja.

Dan di hari libur biasanya Daniel juga akan sibuk membuat program atau meneruskan pekerjaan di kantor. Tidak ada yang bisa mereka lakukan, Padahal Adel ingin sesekali berjalan-jalan mengitari kota Bandung dengan suaminya itu.

"Nanti sore teman saya akan ke sini," kata Daniel berjalan ke arah Adel.

"Teman Mas Daniel di Bandung?" tanya Adel.

"Saya dulu sekolah di Bandung sampai SMA, waktu kuliah saya pindah ke Jakarta," jawab lelaki itu.

"Jadi keluarga Mas Daniel tinggal di Bandung?"

"Tidak, hanya saya saja," jawabnya.

"Maksudnya Mas Daniel tinggal sendiri di Bandung?"

"Iya, saya tinggal sendiri di rumah ini. Waktu SMP Mamah masih tinggal di sini, saat saya masuk SMA mereka pindah ke Jakarta," jelas Daniel.

Adel hanya mengangguk sambil menonton televisi dengan serius.

"Mas Daniel dulu SMA di mana?"

"SMK Kencana," jawab Daniel.

"Oh ya? Adel juga lulusan sana," jawab Adel.

"Ya, saya tahu."

"Mas tahu? Tapi kita beda 3 tahun kan berarti waktu Adel masuk Mas Daniel udah lulus ya?" tebak Adel

"Saya kelas 3 SMK kamu baru masuk, usia kita memang beda 3 tahun tapi sekolah kita hanya beda 2 tahun," jawab Daniel dengan wajah datarnya.

Adel mengerutkan dahinya, ia menatap wajah datar Daniel yang sedang menonton televisi benarkah mereka dulu satu sekolah dan Daniel adalah kakak kelasnya, tapi selama sekolah Adel tidak pernah melihat Daniel meskipun bertahun-tahun lalu.

"Kamu nggak perlu bingung, kita dulu juga tidak mengenal."

"Nggak, Adel cuma baru tahu aja ternyata kita dulu satu sekolah," jawab Adel sambil menyegir.

"Nanti sore mereka minta ngeliwet di sini, kamu bisa masak?" tanya Daniel.

"Bisa, Adel biasanya masak masakan sunda, memang banyakan yang datang?"

"Lima orang mungkin," ucap Daniel tak yakin.

"Ya sudah Adel masak sekarang aja bentar lagi sudah mau Ashar."

"Mau saya bantu?"

"Nggak usah Mas duduk aja, lagipula cuma masak beberapa masakan aja," ucap Adel langsung berjalan menuju dapur.

Rumah mereka di Bandung memang cukup besar, tidak tingkat namun cukup luas, ada taman dan kolam renangnya di belakang.

Adel meminta Daniel untuk membeli ayam ke supermaket, untungnya lelaki itu tidak menolaknya karena kali ini adalah acaranya.

"Nih ayamnya cukup?" tanya Daniel menaruh belanjaannya.

"Lebih dari cukup, ini mau di masak semuanya atau sisanya di taruh di kulkas?" tanya Adel.

"Terserah aja," jawab Daniel kemudian pergi.

Adel menghela nafas, ia pikir hanya wanita yang bisa bilang terserah ternyata kini suaminya sendiri yang mengatakan hal demikian. Adel menggelengkan kepalanya dan melanjutkan aktivitas memasaknya.

***

Hari sudah petang, Adel sudah selesai dengan semua masakannya yang ia taruh di meja makan. Rencananya mereka akan makan di taman belakang karena tempatnya lebih menyenangkan apalagi jika sore hari.

Daniel sudah mandi dan mengenakan pakaian santai, sedangkan Adel setelah berkeringat karena sibuk memasak ia memilih untuk membersihkan dirinya.

Adel baru selesai mandi, tiba-tiba Daniel masuk ke kamar dan membuatnya terkejut.

"Nggak usah pake makeup berlebihan, teman-teman saya sudah datang dia ingin bertemu kamu," ucap Daniel.

"Eh iya," jawab Adel aneh.

Daniel masih tetap berada di dalam kamar dan menatap Adel yang kini sedang mengikat rambutnya ekor kuda, ia hanya menggunakan bedak tipis dan sedikit lipstik sesuai permintaan lelaki itu.

Daniel dan Adel berjalan ke arah ruang tamu, di sana semua teman Daniel sedang berkumpul dan tertawa bersama-sama sambil bercengkrama.

"Wess pamajikanna (istrinya) datang," ucap salah seorang dari mereka.

"Njir, geulis (cantik) kitu gening," ucap temannya.

"Ini istri gue, sorry waktu nikahan nggak undang kalian," ucap Daniel memperkenalkan Adel.

Adel tersenyum menatap ke arah mereka, ada lima orang yang satu lagi seorang wanita berhijab yang duduk di sebelah lelaki. Mungkin salah satu kekasih dari mereka.

Padangan Adel tiba-tiba tertuju pada lekaki yang duduk di sebelah kiri, tatapannya datar namun raut wajahnya dingin dan menatap sedikit tidak bersahabat dengannya.

"Yang di sana namanya Bani, Dika, Rendi, Rozak, sama Sandi, dan perempuan ini istrinya Sandi," terang Daniel.

Tiba-tiba sekujur tubuh Adel terasa dingin dan menegang. Bani, lelaki yang pernah menjalin hubungan dengannya dan pernah membuatnya hancur kini berada di sini dan ternyata adalah sahabat dari suaminya sendiri.

"Lo mah nggak undang-undang kita ke nikahan," ucap Rozak.

"Sorry gue juga gak bisa undang banyak orang," jawab Daniel yang kini mengajak Adel duduk di sebelahnya.

Adel ikut duduk di sebelah suaminya, ia hanya menunduk ia tahu kini Bani sedang memperhatikannya dengan lekat namun dengan pandangan dingin.

Hubungan mereka memang sudah berakhir dan mereka juga sudah putus komunikasi satu sama lain. Adel mencoba memperbaiki dirinya sedangkan Bani? ia memilih kembali ke Bandung dan mencari pekerjaan di sini. Namun ini di luar dugaannya jika ia akan menikah dengan sahabat mantannya sendiri.

"Bani, bukannya lo kenal sama Adel?" tanya Daniel.

Adel terkejut saat Daniel berkata demikian. Apakah selama ini Bani selalu menceritakan tentangnya pada Daniel termasuk hubungan mereka?

"Del, udah lama ya nggak ketemu," sapa Bani.

"Lah, kalian saling kenal?" tanya Rendi.

"Bentar-bentar. Adel mantan kamu teh jangan-jangan Adel ini?" tanya Dika.

Bani hanya tersenyum simpul sedangan Daniel sedikit tertawa entah mengapa lelaki itu malah tertawa padahal istrinya sedang menjadi bahan perbincangan mereka.

"Dunia teh gening sempit, pacarannya sama siapa, nikahnya sama siapa." celetuk Sandi.

Adel yang mendengar ucapan sahabat suaminya itu hanya diam, ia tak bisa berkata apapun, jarinya meremas bajunya ia benar-benar tak suka situasi seperti ini.

"Saya ambil minum dulu," ucap Adel berjalan ke belakang.

Adel berjalan dengan tubuh yang sedikit ketakutan, apakah sahabat-sahabat Daniel juga tahu tentang Adel dan hubungannya dengan Bani dan apakah Bani memberitahu tentang semuanya? Lalu maksud Daniel tiba-tiba menikahinya di saat tahu ia adalah mantan dari sahabatnya sendiri?

Ada apa sebenarnya? Mengapa Adel menjadi takut, apakah selama ini Daniel menikahi karena rencananya bersama Bani. Baru saja pikirannya tak menentu tiba-tiba Daniel datang dan menatapnya dengan wajah datar.

°°°

Terimakasih yang sudah membaca kelanjutannya

Jangan lupa vote dam komentarnya yaa

^_^

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

kasihan Adel kayak di permainkan Daniel

2024-04-23

0

aLuraSenja

aLuraSenja

aduh tau banget deh rasanya jadi adel 🙈

2023-04-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!