BAB 3

#HAPPYREADING#

***

"setiap orang memiliki cara berbeda dalam menyatakan cinta"

***

Silau cahaya mengintip di balik kaca kamar Adel. Ia duduk di ranjang sambil menatap ke samping ranjangnya yang sudah kosong. Sudah terbiasa ia bangun tidur tanpa Daniel disisinya karena lelaki itu selalu bangun lebih awal.

Adel merapihkan ranjangnya dan langsung pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan badannya.

Selesai mandi, ia berjalan keluar kamar namun tidak menemukan Daniel, di ruang televisi pun pria itu tidak ada. Kemana kah lelaki itu? Adel ingin memanggilnya tapi ia takut Daniel akan marah.

Adel mengambil ponselnya yang tertinggal di kamar, dan benar saja firasatnya, Daniel sudah mengirimnya pesan whatsapp. Ternyata ia sudah pergi ke perusahaan untuk menyerahkan program yang baru saja ia buat.

Adel menghebuskan nafasnya, ini pertama kalinya lelaki itu pergi bekerja, karena selama mereka menikah beberapa minggu ini ia hanya bekerja di rumah saja. Dan pagi ini ia pergi tanpa pamit, mungkin besok Adel harus bangun lebih awal.

***

Adel sudah selesai menata masakannya di meja makan. Hari ini ia membuatkan soto ayam makanan favoritnya yang sering ia masak bersama Mamahnya. Ah, Adel rindu dengan Mamahnya yang sering memberikan resep masakan dan memasak bersama dengannya.

Adel mengambil nasi di rice cooker, baru saja membukanya tiba-tiba pintu apartemen terbuka. Rupanya Daniel sudah pulang, ia menenteng tas laptopnya dan memakai kemeja abu-abu dengan lengan kemeja yang ia lipat hingga ke siku. Wajahnya tampak sedikit lelah.

"Mas mandi dulu, Adel sudah masak nanti kita makan," ucap Adel menatap ke arah Daniel.

Daniel hanya menatap sekilas pada Adel kemudian pergi ke kamar tanpa mengucapkan kata apapun.

Tak berapa lama Daniel keluar dari kamar dan berjalan ke meja makan. Rambutnya terlihay masih sedikit basah. Ia langsung duduk di kursi dan menyimpan ponselnya.

"Ini Mas, mau di buatkan teh?" tanya Adel setelah meletakkan piring.

"Nggak usah," jawab Daniel.

"Kalau gitu minum air hangat?" tanya Adel kembali.

Daniel hanya diam tanpa menjawab atau menggeleng, Adel memilih untuk menuangkan air hangat ke gelas Daniel.

Tidak ada percakapan diantara keduanya. Hanya ada suara sendok dan garpu yang saling bersautan di meja makan memecahkan keheningan.

"Mas, mau nambah?" tanya Adel.

"Nggak, saya mau langsung istirahat," ucapnya berdiri meninggalkan meja makan.

Adel hanya mengangguk menatap punggung Daniel yang sudah meninggalkan meja makan. Adel hanya tersenyum kecil meski di hatinya ada sedikit kecewa dengan sikap dingin suaminya itu.

Adel memilih melanjutkan makannya sendirian. Memang Daniel selalu begitu makan tanpa bicara, ia juga tidak mengomentari atau memuji masakannya.

****

Adel melipat pakaian yang sudah ia cuci tadi pagi, ia memilih melipatnya dia ruang televisi sambil menonton berita.

Memang sejak menikah dan berhenti bekerja tak ada kegiatan yang ia lakukan, ada rasa bosan yang melandanya karena seharian berada di rumah, apalagi semenjak menikah Daniel tak pernah mengajaknya pergi keluar berjalan-jalan.

Daniel tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Adel. Lelaki itu hanya diam menonton tanpa menyapa Adel namun dari gerak-geriknya ia telihat seperti sedang bingung.

"Saya mau bicara," ucap Daniel.

"Ada apa?" tanya Adel menatap Daniel.

Daniel menatap mata Adel sejenak sebelum akhirnya beralih pada televisi.

"Kita akan pindah ke Bandung," ucapnya.

"Ke--, kenapa?" tanya Adel terkejut.

"Saya ada pekerjaan di sana."

"Pekerjaan?" tanya Adel bingung.

"Saya di kontrak perusahaan di Bandung, dan kebetulan di sana juga perusahaanya sangat bagus."

Adel terdiam, di Bandung adalah tempat kelahirannya dan ia tinggal di sana sampai SMA, sejak lulus sekolah keluarganya pindah ke Jakarta karena Papahnya bekerja di Jakarta dan ia pun kuliah dan menetap di Jakarta sampai sekarang.

"Kita akan pindah lusa. Nggak usah banyak bawa barang, kita kemas pakaian saja," ucapnya sambil tetap fokus pada televisi.

"Kita berapa lama di sana?" tanya Adel sedikit berat.

"Belum tahu, yang pasti kamu kemaskan saja barang-barang kamu semuanya," ucap Daniel kemudian berjalan ke kamarnya.

Adel masih terdiam, entah mengapa keputusan Daniel untuk pindah ke Bandung rasanya sangat berat. Namun apa yang bisa dia buat? Daniel adalah suaminya dan dia adalah tanggung jawab Daniel, ke manapun Daniel pergi Adel akan ikut dengannya.

Adel cepat-cepat mengambil baju dan mematikan televisi, ia memilih ke kamar karena hari sudah malam.

"Besok Mamah ngundang kita makan malam," ucap Daniel.

"Oh iya? tapi kenapa tiba-tiba?" tanya Adel menutup pintu lemari.

"Kirana datang sama suaminya jadi besok kita kumpul," ucap Daniel.

Adel hanya mengangguk kemudian berjalan ke kamar mandi mencuci mukanya. Kirana sendiri adalah kakak Daniel, usianya selisih 3 tahun dan dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak.

Adel sendiri belum telalu kenal dan akrab dengan keluarga Daniel, saat di penikahannya pun mertuanya hanya senyum tanpa bertanya atau mengajaknya berbincang, sedangkan Kirana? ia hanya menyapa Adel saja.

Adel melepas ikat rambutnya ia berjalan ke kasur, sedangkan Daniel masih duduk di ranjang dengan kaki yang sudah di selimuti sambil fokus pada ponselnya namun sesekali ia melirik gerak-gerik Adel yang kini sudah membaringkan badannya.

"Mas, nggak tidur?" tanya Adel.

"Sebentar lagi," ucap Daniel datar.

"Ya sudah, jangan tidur kemalaman," ucap Adel kemudian memiringkan badannya memunggungi Daniel.

Daniel menatap Adel sejenak, sejujurnya gadis itu memang cantik dengan kulit putihnya. Setiap malam Daniel berusaha menahan dirinya untuk tidak menyerang Adel padahal ia sudah resmi menjadi suaminya. Hanya masih ada banyak hak yang ingin Daniel cari tahu sendiri dari istrinya yang sampai saat ini belum terungkap.

***

Adel sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah mertuanya. Ia menggunakan gaun yang dibelikan Daniel siang tadi.

Setelah selesai mengemas, Daniel mengajaknya pergi ke butik dan membelikannya gaun yang ia suka karena warna dan modelnya yang cukup bagus untuk dirinya.

Mereka sudah sampai di rumah orangtua Daniel, namun keduanya masih terdiam di mobil.

"Saya tahu hubungan kita belum berjalan baik, tapi saya ingin kita bekerja sama," ucap Daniel.

"Maksudnya?"

"Kamu bantu saya untuk bersikap baik layaknya suami-istri pada umumnya?" ucap Daniel.

Adel menangkap maksud ucapan Daniel padanya, ia tahu Daniel sedang meminta bantuannya agar bisa bersikap harmonis di depan orang tua Daniel. Adel tidak keberatan lagipula ini bisa menjadi kesempatannya memulai hubungan baik dengan Daniel.

"Baik kalau begitu," ucap Adel kemudian hendak membuka pintu namun di tahan Daniel.

"Mamah orangnya pendiam, dia tidak mudah akrab dengan orang lain jadi kamu jangan tersinggung jika dia tidak menyapa atau berbicara," ucap Daniel.

"Oke," ucap Adel tersenyum kecil.

Baru saja ia mulai semangat, tapi saat Daniel berbicara tentang Mamahnya dan sikapnya membuat ia menjadi takut apakah kehadirannya akan di sambut oleh mertuanya itu?

Tak mau berpikir lama, Daniel sudah membukakan pintu mobil dan mereka pun berjalan masuk ke dalam rumah megah itu.

"Selamat malam Mbak dan Mas," ucap pelayan keluarga.

"Malam, mereka di mana?" tanya Daniel.

"Mereka sudah berkumpul menunggu kalian," jawabnya.

Daniel mengangguk, kemudian berjalan ke dalam. Dengan sedikit takut Adel menggandeng legan Daniel sesuai permintaannya agar terlihat harmonis di depan keluarga Daniel.

"Kalian sudah datang," ucap Papah yang tersenyum.

Daniel tersenyum menyalami Papah dan Mamahnya, disusul Adel yang ikut tersenyum menyalami mertuanya itu.

"Adel bagaimana kabar kamu?" tanya Papah Daniel.

"Baik, Pah," jawab Adel kemudian duduk setelah Daniel menarik kursi untuknya.

"Adel makin cantik aja udah nikah," ucap Kirana tersenyum pada Adel.

Adel hanya tersenyum canggung pada Kirana, sedangkan Mamah Daniel terlihat diam tanpa bersuara namun dari wajahnya tampak tenang. Adel sedikit melirik mertuanya itu dan beliau hanya tersenyum kecil kemudian beralih mengambil nasi.

"Ya sudah karena semuanya sudah berkumpul kita makan dulu," ucap Papah.

Adel mengambilkan nasi untuk Daniel dan juga pada Papah mertua, sudah menjadi kebiasaannya pula dirinya sering menggambilkan nasi untuk Papahnya dan kini Adel menjadi rindu makan bersama kedua orang tuanya itu.

"Kalian malam ini tidur di sini saja," ujar Papah setelah selesai makan.

"Kita lusa akan langsung pindah ke Bandung," ucap Daniel.

"Karena itu, lebih baik kamu ajak istri kamu menginap sehari di sini lagipula nanti kalau sudah di Bandung kamu akan jarang ke Jakarta," ucap Papah.

Daniel tampak berpikir, kemudian beralih menatap Adel yang kini juga bingung. Daniel sebenarnya mau saja untuk menginap di rumahnya hanya saja ia takut Adel tidak menyetujuinya.

"Gimana?" tanya Daniel pada Adel.

"Menginap sehari nggak apa-apa, besok kita langsung pulang."

"Ya sudah," ucap Daniel mengangguk.

Adel membantu membersihkan meja makan, Kirana sudah kembali ke kamar karena anaknya sudah tertidur sedangkan Mamah Daniel ikut membersihkan meja makan. Meskipun keluarga kaya raya dengan pembantu yang bekerja di rumahnya, namun Mamah Daniel ternyata lebih suka melakukan pekerjaannya sendiri.

"Kamu lebih baik istirahat aja," ucap Mamah.

"Nanti aja Mah, biar Adel yang cuci piring Mamah istirahat aja," ucap Adel tersenyum.

"Tidak apa-apa sudah terbiasa."

"Adel nggak enak kalau di rumah Mamah nggak bantuin, biasanya Adel sering cuci piring kok," ucap Adel yang sudah mulai mencuci piring.

Mamah hanya tersenyum sambil memasukan beberapa makanan yang masih tersisa ke kulkas.

"Bagaimana dengan Daniel?" tanya Mamah.

"Mas Daniel sangat baik, dia memang sedikit pendiam tapi dia juga peduli."

"Syukurlah, Mamah kira dia akan menjadi dingin," ucap Mamah.

"Dingin sih, dia nggak romantis," ucap Adel tertawa kecil.

"Kamu suka lelaki romantis?" tanya Mamah.

"Adel suka dengan laki-laki yang kasih kejutan tiba-tiba tanpa sering ucapkan kata-kata dan rayuan maut. Mungkin karena banyak nonton drama Korea jadinya gini." kata Adel yang mulai merasa nyaman dengan Mamah mertuanya.

"Daniel sebelumnya sangat tertutup, dia belum pernah berpacaran, membawa wanita ke rumah saja belum pernah, sikapnya sangat dingin jarang bicara. Dan dulu Mamah berpikir bagaimana dia akan menikah dengan sikapnya itu," ucap Mamah.

Adel menatap mertuanya itu, ternyata Mamahnya tidak seperti yang dikatakan Daniel. Mamahnya bahkan banyak bicara dengan Adel dan bahkan tidak merasa canggung diantara keduanya.

"Daniel itu anaknya sangat pendiam sejak kecil, dia sulit bergaul dengan perempuan, dengan Kirana saja dia jarang menyapa. Tapi waktu dia minta Mamah sama Papah buat ngelamar kamu, kita berdua terkejut ternyata kamu bisa meluluhkan hati pria dingin itu," ucap Mamah tertawa kecil.

Adel terkejut dengan ucapan Mamah mertuanya itu, apakah benar apa yang dikatakan Mamahnya tentang Daniel? Benarkah Daniel melamarnya dan menikahinya karena mencintainya? Tapi ia merasa ragu, karena Adel tidak pernah kenal dengan Daniel sebelumnya tapi memang ia butuh jawaban mengapa Daniel mau menikahinya dan memilihnya.

°°°°

Terimakasih yang sudah membaca kelanjutannya jangan lupa vote dan komentarnya ya!!

^_^

Terpopuler

Comments

Widia Widia

Widia Widia

lanjut

2020-07-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!