Marlangen
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam ketika sebuah mobil berhenti di depan sebuah rumah besar. Seorang laki-laki muda keluar dari mobil seraya memegang sebuah payung besar. Kebetulan malam ini hujan turun dengan deras yang disertai dengan kilat dan suara petir.
Laki-laki muda itu tidak sendirian, dia membawa serta seorang wanita tua yang menggunakan kebaya dan kain jarik. Mereka sedikit tergesa masuk kedalam rumah besar itu.
"Ayo Mbok, wes di enteni Ndoro Ageng," ucap laki-laki muda itu.
[Ayo Mbok, sudah di tunggu tuan Ageng]
"Iyo, sabar toh, Gus."
[Iya, sabar dong, Gus]
Ternyata di dalam rumah itu mereka sudah ditunggu oleh seorang laki-laki yang sedari tadi terlihat mondar-mandir di depan sebuah kamar.
"Iki kamare?" tanya wanita tua itu dengan wajah serius.
[Ini kamarnya?]
"Yo, Mbok,"
[Iya, Mbok]
Tanpa basa-basi, wanita tua itu langsung masuk ke dalam kamar, yang di dalamnya ada seorang wanita dengan perut besar. Wanita hamil itu terlihat tengah memukul perutnya sendiri dengan wajah yang terlihat menahan sakit.
"Tolong aku, Mbok. Sakittt...," rintih wanita hamil itu dengan bibir pucat.
"Sabar, Nduk. Bayi iki bakal metu," balas wanita tua itu.
[Sabar, Nak. Bayi ini akan keluar]
Wanita tua itupun tergopoh-gopoh mengampiri wanita hamil itu, dia menyuruh dua laki-laki tadi menahan kedua tangan dan kaki wanita hamil itu agar tidak memukuli perutnya lagi.
"Cekelno tangan karo sikile, ojo nganti ucul," perintahnya.
[Pegangi tangan dan kakinya, jangan sampai lepas]
Dengan patuh kedua laki-laki yang ada di ruangan itu memegangi kedua kaki dan tangan si wanita hamil.
Sedangkan wanita tua itu, memegangi kepala wanita hamil seraya mulutnya komat kamit. Entah apa yang dia rapalkan karena tiba-tiba wanita hamil itu menjerit-jerit histeris. Matanya melotot dan dari mulutnya mengeluarkan suara seperti orang tercekik.
"Lepaskan aku!! Kamu kejam Mas, kamu kejamm...."
***
Wanita tua itu lalu ngelus-elus perut wanita hamil dengan tetap mulutnya tidak berhenti komat kamit. Setelah hampir setengah jam akhirnya bayi itupun keluar, tapi anehnya tidak ada setetes pun darah yang keluar, seperti pada persalinan normal lainnya dan tidak ada suara tangis bayi, yang ada justru suara wanita tua itu bersenandung lirih.
"Ana kidung rumekso ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jin setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirno."
Tiba-tiba setelah wanita tua selesai menyanyikan kidung itu, baru terdengar suara tangis bayi.
Terlihat wajah penuh kelegaan dari wanita tua dan kedua laki-laki yang juga berada di kamar itu.
"Anakmu wadon, Geng," ucap si wanita tua.
[Anakmu perempuan, Geng]
Lalu, si wanita tua memberikan bayi perempuan itu pada ayahnya, yang sedari tadi masih berdiri sambil memegang tangan istrinya. Laki-laki itupun menggendong dengan penuh kasih, bayi perempuannya itu.
"Anakmu bakal disenengi bangsa lelembut, aku mung iso bantu tekan ngene. Seteruse kui urusanmu," ucap wanita tua itu yang langsung keluar dari kamar dan pergi dari rumah besar itu seorang diri walaupun di luar hujan masih sangat deras.
[Anakmu akan di sukai makhluk tak kasat mata, aku hanya bisa bantu sampai sini. Selanjutnya itu urusanmu]
Sedangkan wanita yang baru saja melahirkan, hanya melihat nanar kepergian wanita tua yang telah membantunya bersalin itu. Lalu, dia meminta pada suaminya untuk menggendong bayi perempuannya.
Dengan hati-hati sang suami pun memberikan bayi perempuan itu pada ibunya, bayinya juga harus minum ASI. Meskipun ada rasa khawatir di hatinya.
"Dia cantik mas," ucap sang istri lirih dengan mata berkaca-kaca.
"Koyo ibune, Ayu," balas sang suami lembut.
[Seperti ibunya, cantik]
"Aku ingin membesarkannya, apa aku bisa mas?" tanya wanita itu sendu.
"Bisa toh, iki kui anakmu."
[Bisa lah, ini itu anakmu]
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Mariam R RIa
senang sama bahasa jawax,semangat ya Thor
2020-10-19
1
Mojang Karawang
akhirnya....ketemu jg.... semangat Thooor
2020-10-16
0
Tria Wulandari
wow menarik Thor.. terus semnagat.. mampir juga ya kak di tulisan ku Putih Abu-Abu 2010 like dan vote
2020-10-09
1