BAB 17

Hari ini aku berangkat kuliah lagi setelah kemarin seharian istirahat dirumah. Lebih bahagianya aku akan berangkat kuliah bersama Sella, setelah kejadian semalam Sella sudah bersikap baik padaku. Sampai Om Bagas dan Tante Rani bingung melihat perlakuan Sella padaku.

"Tumben kalian turun ke bawah berdua?" tanya Om Bagas di ruang makan.

"Iya dong pah, aku semalem kan tidur di kamar Langen," balas Sella sambil tersenyum padaku.

"Loh kenapa kamu tidur di kamar Langen, Sel?" tanya Tante Rani curiga.

"Ya namanya aja saudara sepupu sekali-kali tidur sekamar nggak apa-apa dong, Mah. Ya nggak, Langen?"

"Iya, Sell," jawabku singkat sembari tersenyum.

Kamipun mengobrol ngalor-ngidul sambil tertawa. Rasanya sudah sangat lama aku tidak merasakan kebahagiaan seperti ini.

*****

Setelah sampai dikampus ternyata Adit sudah menungguku , dia bertanya tentang kondisiku. Lama-lama bersamanya membuatku merasa nyaman. Tapi aku tidak bisa mengutarakan apa yang aku rasakan. Aku tidak mau hubungan yang sudah baik ini menjadi renggang gara-gara perasaanku.

"Kamu bener-bener udah sembuh, Langen?" tanyanya dengan wajah kuatir.

"Udah kok Dit, maaf ya kemarin aku nggak bolehin kamu ke rumah," ucapku tidak enak.

"Iya nggak apa-apa kok, yang penting kamu sehat aku sudah seneng," balasnya dengan tersenyum.

Akupun pamit pada Adit untuk menuju kelas, saat aku sudah hampir sampai di pintu utama kampusku tiba-tiba aku mendengar suara keras dari arah jalan raya depan kampus.

SRREEEKKK..... DDUUUAAAARRR....

Saat aku menengok ke kebelakang, aku melihat sebuah mobil yang terbalik dan terbakar. Itu mobil Adit.

Reflek aku langsung berlari ke arah mobil itu, aku benar-benar merasa sangat takut sama seperti ketika aku sedang berlari keruang pribadi Bapak dulu.

Disitu sudah bergerombol banyak orang, tapi dengan tidak sopan aku menyeruak.

"Adiittt, dittt!!" panggilku putus asa.

Saat aku akan mendekati mobil Adit yang terbakar itu, seseorang manarik tanganku.

"Hei, Langen! Jangan gila lo mau deketin tuh mobil." Ternyata Sella yang menarik tanganku.

"Tapi Sel, didalem ada Adit," ucapku mulai terisak.

"Kalo maksud lo cowok yang nyetir ini mobil, orang- orang tadi udah nylametin dia sebelum mobilnya terbakar," ungkap Sella saat kita sudah berada di luar gerombolan orang yang menonton kecelakaan itu.

Sella pun mengajakku ke sebrang mobil Adit, saat sampai disana aku melihat Adit sedang di baringkan di atas tanah dengan tubuh dipenuhi darah. Kepanikanku yang tadi sudah mereda kembali muncul. Aku berlari ke Arah adit yang meskipun masih bernafas tapi sangat lemah. Akupun menangis sejadi-jadinya. Hal yang sudah lama ingin aku lakukan.

Raungan suara sirene ambulan terdengar keras, Adit yang tidak sadarkan diri lalu dimasukan ke ambulan. Aku amat sangat ingin ikut tapi aku tidak ingin menganggu tim medis yang akan menangani Adit di perjalanan. Jadi kurelakan Adit dibawa ambulan itu, lagian aku akan menyusul kerumah sakit.

Ketika aku dan Sella beranjak dari tempat itu, aku memalingkan tatapanku pada kobaran api yang ******* mobilnya Adit dan aku melihatnya. Aku melihat sosok wanita setengah ular itu berada di antara kobaran api, dia menyeringai licik seakan mengejekku.

Aku hanya menatapnya penuh kebencian, aku tahu ini perbuatannya. Dasar setan bedebah.

******

Aku ditemani Sella menuju rumah sakit tempat Adit dibawa. Saat kami sampai disana ternyata Adit sudah dibawa ke ruang operasi. Aku menyuruh Sella pulang saja, karena operasi Adit mungkin berjalan lama. Setelah Sella pulang, aku melihat seorang wanita paruh baya dan wanita muda sedang berjalan tergesa menuju ke arahku.

"Maaf, apa di dalam itu Adit yang tadi kecelakaan di depan kampus?" tanya wanita muda itu padaku.

"Iya Mba, betul," jawabku

"Saya kakaknya dan ini mamah saya," ungkap wanita muda itu yang ternyata kakak Adit.

Akupun menyalami mereka, aku juga mencoba menguatkan ibu Adit yang terlihat sangat sedih.

Setelah beberapa jam berlalu akhirnya dokter keluar dari dalam ruang operasi.

"Maaf apa kalian keluarga dari pasien?" tanya sang dokter.

"Saya kakaknya dan ini mamahnya,Dok," jawab kakak Adit.

"Oke, jadi operasinya berjalan lancar dan pasien sudah melewati masa kritis. Hanya saja pasien butuh waktu untuk sadar karena dia masih terpengaruh obat bius." Dokter itu mencoba menjelaskan dengan wajah lelah.

"Kita bisa menengoknya?" tanyaku tidak sabar.

"Sebentar lagi, saat pasien sudah di pindahkan ke kamar rawat," jawab dokter itu yang membuatku lega.

******

Setelah menunggui Adit dirumah sakit sedari tadi, akupun pamit pulang pada Mama dan kakaknya. Adit juga masih tidur karena efek obat bius.

Aku pulang dengan menggunakan angkot. Di dalam angkot aku menyenderkan badanku yang terasa sangat lelah, hari ini seakan emosiku terkuras habis.

Tiba-tiba pikiranku melayang ke sosok wanita setengah ular itu, kenapa dia mencoba mencelakai Adit?

*****

"Mba, bangun mba!"

Aku terlonjak kaget saat ada seseorang menepuk bahuku keras.

"Saya dimana ya, Mas?" tanyaku bingung karena aku merasa tadi sedang naik Angkot dari rumah sakit.

"Mba dikuburan, kenapa tidur disini Mba?" tanya pria tua yang memakai sarung didepanku.

Akupun mengarahkan pandanganku ke sekelilingku, ternyata aku memang sedang berada di area perkuburan. Perasaan tadi aku sedang naik angkot, kenapa tiba-tiba aku berada di sini?

Lalu ingatanku kembali beberapa saat lalu ketika aku menaiki angkot itu, warna angkotnya memang bukan warna angkot yang biasa aku naiki di Jakarta. Penumpangnya pun sangat mencurigakan, mereka semua menunduk tanpa ada yang bicara satupun.

"Tadi saya sedang naik angkot, pak. Tapi saya tidak tahu kenapa tiba-tiba ada disini," ucapku sembari bangun dari atas kuburan berkeramik hitam.

"Oh Mba tadi naik angkot warna merah ya?" tanya laki-laki tua itu yang spertinya adalah juru kunci kuburan ini.

"Iya benar. Bapak melihatnya?"

"Itu angkot setan Mba, bekas orang kecelakaan beberapa tahun lalu. Angkot itu tertabrak kereta dan satu angkot meninggal semua. Kejadiannya persis di sebelah area perkuburan ini," ungkap Bapak tua itu sambil menunjuk rel kereta di sebelah utara perkuburan.

"Jadi tadi yang saya naiki angkot setan itu?" tanyaku yang sebal sekaligus penasaran.

"Sepertinya iya Mba, solanya sudah beberapa kali kejadian begini. Kasusnya sama setelah naik angkot warna merah," tawab Bapak tua sambil berjalan disampingku.

Setelah keluar dari area perkuburan, akupun mohon pamit sama Bapak tua itu. Sudah malam pasti Om Bagas kuatir sama aku.

Saat aku membuka smartphonku, ada miscall sebanyak sepuluh kali dari Sella dan lima kali dari Om bagas. Sella juga mengirimiku Whatsaap. Saat membacanya akupun langsung berlari mencari kendaraan umum untuk pulang kerumah Om Bagas secepatnya.

**WHATSAPP

SELLA : Langen, Mamah meninggal**.

****

Terpopuler

Comments

Lik Tri Lik No

Lik Tri Lik No

sukaaa banget...

2020-10-03

1

Azizah Iezzha

Azizah Iezzha

kapan up nya thoorr

2020-07-02

1

Rusmayani Yani

Rusmayani Yani

suka ceritanya...bikin penasaran dan merinding...

2020-07-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!