Aku melihat Sella sedang menangis tersedu-sedu di depan tubuh kaku yang ditutupi kain batik. Aku tahu perasaaanya, ditinggalkan orang yang benar-benar disayanginya. Aku juga melihat Om Bagas duduk termenung, tidak ada air mata disana. Tapi aku juga tahu kesedihan yang dalam justru kesedihan yang dipendam, Om Bagas pasti tidak ingin terlihat lemah di depan Sella.
Aku menghampiri Sella, dengan hati-hati aku mengelus pundaknya. Sella berbalik dan saat melihatku dia langsung memelukku. Tidak terasa aku juga sudah ikut menangis. Tidak ada yang akan baik-baik saja untuk sebuah perpisahan, apalagi perpisahan dengan orang tua untuk selamanya. Tidak akan ada lagi nasehat dan peluk hangat.
"Sabar Sell, kamu pasti kuat melalui ini. Ada aku dan Papah kamu." Hiburku sembari tetap memeluk Sella.
"Gue nggak punya firasat apa-apa, andai gue tahu. Pasti gue milih nemenin Mamah," ucap Sella sambil terisak.
Aku hanya bisa mencoba selalu berada disamping Sella, menghiburnya dan memberikan pundakku untuknya. Setidaknya dia tidak akan merasa sendirian. Tidak seperti aku saat kehilangan Bapak, sendirian tanpa seseorang yang menjadi tempatku bersandar.
******
Hari ini jenazah Tante Rani akan di kebumikan, Sella masih menangis walaupun tidak histeris seperti tadi malam. Ternyata Tante Rani meninggal karena digigit ular padahal kata Om Bagas sebelumnya rumahnya aman dari ular, mengingat ular membuatku teringat sosok yang sekarang selalu mengusikku.
Amel dan Bayu juga datang ke pemakaman Tante Rani, pacar Sella juga ada bahkan dia juga selalu menemani Sella.
Saat Jenazah Tante Rani sudah ditimbun dengan tanah dan semua orang sibuk berdoa. Tidak sengaja aku menatap lurus kebelakang gerombolan pelayat. Aku melihatnya lagi, wanita setengah ular itu. Sekarang dia tampak mengerikan.
Apakah ini juga perbuatannya? Tapi kenapa dia melukai orang- orang yang dekat denganku?
Aku harus mencari tahu.
*****
Malam ini terasa berbeda, setelah selesai tahlilan. Aku kembali ke kamar begitu juga Sella dan Om Bagas. Aku bisa mendengar isakan Sella, dia pasti sangat kehilangan Mamahnya. Seperti saat aku kehilangan Bapak rasanya separuh jiwaku ikut mati.
Tapi sekarang aku termenung didalam kamarku . Memikirkan kejadian yang menimpa Tante Rani dan Adit. Apa benar ini perbuatan wanita setengah ular itu?
Bagaimana caranya aku akan mencari tahu. Sosok itu begitu misterius, energinya juga berbeda dengan lelembut yang selama ini sering aku temui.
Disaat aku sedang melamun tiba-tiba sesosok wanita berambut panjang datang dengan menembus jendela kamarku.
Dia hanya menunduk, aku ingat dia adalah hantu muka rata yang tempo hari mampir ke kamarku. Tapi sekarang tidak hujan, kenapa dia kembali kesini.
"Kamu yang kemarin neduh disini kan?" tanyaku penasaran.
Dia hanya bergeming, wajahnya tetap ditundukan. Akhirnya akupun mencoba tidak memperdulikannya. Namun saat aku akan membaringkan tubuhku, tiba-tiba dia mulai bicara.
"Ibumu masih hidup." ucapnya datar dengan suara yang membuatku merinding.
"Maksudmu?" tanyaku dingin.
"Rumah sakit jiwa"
Setelah mengatakan itu hantu wanita muka rata melayang menembus atap kamarku.
Kata-katanya membuatku terjaga semalaman, akhir-akhir ini aku memang sulit untuk tidur. Banyak hal yang aku pikirkan ditambah sekarang ucapan hantu wanita muka rata. Sebenarnya siapa dia, kenapa dia bicara mengenai ibuku.
*****
Pagi ini saat aku terbangun suasana rumah menjadi berbeda, biasanya aku melihat Tante Rani sudah memasak pagi-pagi. Tapi sekarang dapur itu kosong, aku pun berinisiatif memasak. Dari dulu aku memang suka memasak, kadang aku membantu Mbok Asih didapur.
Aku akan memasak telur dadar untuk Sella dan Om Bagas, tapi pada saat aku sedang memotong cabai tiba-tiba dari sampingku muncul sosok mengerikan.
"Aku mati karena kamuuuu, aku mati karenaa kamuu arrghhhh."
Aku terlonjak kaget sampai tidak sengaja tanganku tergores pisau yang sedang aku pegang. Sosok itupun lenyap saat ada suara Sella memanggilku.
"Langen, lo kenapa kok kaya terkejut gitu?" tanya Sella yang baru turun dari lantai atas.
"Nnnggaak apa-apa kok Sel," jawabku sedikit gagap karena rasa kaget.
"Tangan lo kenapa?"
"Cuma kegores pisau dikit kok, Sell . Nggak apa-apa," sahutku sambil tersenyum.
Akupun melanjutkan acara masakku yang sekarang di bantu Sella. Tapi tetap saja pikiranku melayang ke sosok mengerikan yang tadi mengangetkanku. Sosok itu adalah Tante Rani, tapi dengan wujud mengerikan. Bibirnya hitam mengkerut, bola matanya melotot hampir keluar dari rongga matanya dan kulit wajahnya seperti terkelupas menyisakan daging kemerahan bercampur darah.
"Apa benar itu Tante Rani, tapi kenapa dia menyalahkanku?" gumamku dalam hati.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Azzarah An Nazwa
thor kasian langen harus berjuang sendirian melawan siluman ular itu
kira2 adakah nanti orang yang dapat membantu langen orang yang memiliki kekuatan besar semacam kyai untuk dapat memusnakan siluman ular itu???? 🤔
2020-09-29
1
Erly Suyatno
kira2 langen ketemu kyai atau ustadz yg bisa bantu dia gk thor....???
2020-07-11
1
Rusmayani Yani
jadi tambah penasaran... semangat Thor upnya...
2020-07-03
1