Sungai itu airnya begitu jernih, membuatku ingin sekali menceburkan diri. Meskipun aku tidak pandai berenang tapi aku tetap ingin merasakan kesegaran air sungai itu.
Mbok Asih sedang sibuk mencuci baju, jadi dia tidak terlalu mengawasiku. Aku memang baru pertama kali ikut mbok Asih mencuci di sungai.
Biasanya bapak selalu tidak memperbolehkan aku main disungai, tapi saat ini bapak ada pentas wayang di luar kota dan paklek Agus ikut serta, jadi aku bisa bebas ikut mbok Asih mencuci di sungai.
Awalnya mbok Asih keberatan jika aku ikut, tapi karena aku merengek jadi mbok Asih memperbolehkan aku ikut dengannya.
****
Tidak terasa aku sudah lumayan lama berjalan menyusuri pinggiran sungai sampai tidak sadar sudah jauh meninggalkan tempat dimana mbok Asih mencuci.
Saat aku akan berbalik ketempat mbok Asih, aku melihat di sungai ada ikan mas yang begitu cantik warnanya sedang berenang.
Aku pun tertarik dan memperhatikannya, tanpa sadar aku sudah menceburkan diri ke dalam sungai .
Aku begitu kaget ternyata sungai itu begitu dalam dan aku pun tenggelam karena belum bisa berenang saat itu.
Aku pun mencoba meraih bebatuan yang ada didekatku tapi tenagaku semakin habis karena terlalu lama menahan nafas di dalam air.
Aku mencoba berteriak meminta tolong, tapi suaraku tertelan derasnya air sungai. Sampai akhirnya badanku lemas dan pandanganku mulai gelap.
Tiba-tiba seseorang merengkuhku dari dalam sungai dan membawaku ke pinggiran sungai. Mataku buram, tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang menolongku.
Tapi saat kesadaranku mulai kembali, wajah itu begitu jelas. Wajah sesosok wanita yang memakai kemben hitam dan berselendang merah, nampak mahkota yang indah berada di kepalanya. Wanita itu tersenyum begitu cantik dan berbisik lembut.
"Tenang jah ayu, ibu nang kene"
[Tenanh anak cantik, ibu disini]
*****
Aku terbangun dengan nafas tersengal, kenapa aku bermimpi kejadian dimasa lalu?
Aku pikir dulu, yang menolongku adalah mbok Asih, tapi kenapa wanita setengah ular itu yang hadir dalam mimpiku?
Apa ini sekedar mimpi atau ini adalah kilasan masa lalu yang baru aku sadari kebenarannya?
Kepalaku pusing memikirkan semua ini, memikirkan kematian bapak dan paklek Agus dan ditambah dengan sosok wanita setengah ular yang sering muncul dalam mimpiku.
Rasanya aku ingin bercerita, menumpahkan segala yang aku rasakan . Tapi pada siapa? Orang-orang yang sekarang dekat denganku adalah orang yang berpikir rasional. Mereka tentu tidak akan percaya dengan semua yang akan aku ceritakan.
*****
Aku sedang duduk di kantin kampus sembari memakan nasi goreng buatan bu kantin, meskipun tidak seenak buatan mbok Asih tapi aku tetap memakannya dengan lahap.
Tiba-tiba aku merasa begitu merindukan mbok Asih, dia yang selama ini mengurusku sedari kecil. Tanpa terasa mataku sudah berkaca-kaca, aku rindu hidupku dulu. Ada napak, mbok Asih dan paklek Agus.
Tapi sekarang hidupku begitu sepi, meskipun ada om Bagas dan keluarganya, tapi tetap saja aku merasa kesepian.
Aku cepat-cepat menghapus air mataku, karena tidak ingin ada yang melihatku menangis sendirian.
***
Saat sedang mencoba menikmati nasi gorengku, tiba- tiba ada dua orang menghampiri mejaku.
"Sorry, kita ikut duduk disini, ya. Meja yang lain penuh," ucap gadis cantik di depanku.
"Eh iya nggak apa-apa silahkan," jawabku mempersilahkan.
"Oh ya, kenalin gue Amel, ini Bayu temen gue," ujar cewek yang bernama Amel itu sambil mengulurkan tangannya padaku.
"Aku Marlangen," balasku sambil ikut mengulurkan tangan pada Amel.
"Marlangen? Gue baru denger nama begitu," ucap cowok yang bernama Bayu.
"Jaga mulut dikit napa, Bay," salak Amel sambil memlototi Bayu.
"Maksud gue dalam artian unik gitu loh, Mel. Lo jangan sewot gitu, dong," gerutu Bayu.
Aku hanya tersenyum mendengar obrolan mereka, terlihat mereka adalah teman akrab yang menyenangkan. Aku berharap suatu saat nanti aku pun mempunyai teman seperti itu.
*****
Ternyata mereka satu angkatan denganku dan sekarang mereka pun mengajakku ngobrol, walaupun aku sering menjawabnya hanya dengan senyum simpul, tapi mereka benar-benar membuatku nyaman.
Rasanya aku seperti mempunyai teman baru. Kita pun bertukar nomer whatsapp. Bahkan Amel sudah mengajakku main kerumahnya, tapi aku menolaknya. Meskipun dia terlihat sangat baik, aku belum terlalu berani untuk sampai main kerumahnya.
"Tapi lo kudu main kerumah gue kapan-kapan, ya," ucap Amel antusias.
"Iya nanti aku main kok," balasku sambil tersenyum.
"Gue diajak nggak?" tanya Bayu yang sedari tadi sibuk menekuri mie ayamnya.
"Diajak lah, lo kan yang punya kendaraan Bay, jadi gue sama Marlangen bisa nebeng," balas Amel jujur.
"Dasar tukang manfaatin temen sendiri," gerutu Bayu tapi dengan senyum.
Aku pun memutuskan untuk secepatnya main ke rumah Amel. Pasti menyenangkan bisa main dirumah seorang teman.
*****
Pulang kuliah aku sengaja mampir ke sebuah toko untuk membeli beberapa keperluanku sendiri. Meskipun om Bagas sudah memberikan semua kebutuhanku tapi ada beberapa yang aku beli sendiri.
Aku memasuki toko yang terlihat biasa saja, tokonya bersih dan dingin mungkin karena banyak AC yang terpasang.
Aku memilih beberapa barang yang aku perlukan dan langsung menuju meja kasir. Disana sudah berdiri kasir laki-laki.
Setelah selesai aku pun beranjak keluar toko, tapi baru beberapa langkah keluar dari toko. Aku mengingat ada satu barang yang belum dibeli, aku pun berbalik menuju toko lagi.
Pada saat aku kembali ke toko, kasir laki-laki tadi sudah di ganti dengan kasir baru. Tapi aku tidak memperdulikannya, aku tetap mencari barang yang belum terbeli.
Setelah menemukannya aku pun membawanya ke meja kasir. Kasir itu tersenyum ramah padaku, berbeda dengan kasir tadi yang hanya diam dan terus menunduk.
"Jaga seorang diri susah Mba, mau ketoilet saja harus buru-buru." Curhat kasir laki-laki itu.
"Bukannya ada kasir laki-laki lagi yang bekerja disini mas? Barusan saya beli disini, tapi kasirnya bukan Mas. Ini belanjaanku tadi," paparku seraya memperlihatkan kantong belanjaanku.
"Astaghfirullahaladzim, Mba beneran tadi ada yang ngasirin? Orangnya ini ya?" tanya kasir itu sambil menunjukan foto seorang laki- laki yang ternyata kasir tadi di handphonnya.
"Iya bener mas," jawabku masih heran.
Wajah kasir didepanku menjadi pucat dan seakan ketakutan.
"Dia sudah meninggal Mba, seminggu yang lalu kecelakaan di depan toko," ujar kasir itu dengan suara bergetar. "Tadi saya lagi ke toilet, jadi toko saya tinggal sebentar."
Aku tidak mengindahkan omongan kasir laki-laki yang sekarang sedang ketakutan itu dan bergegas membayar agar bisa langsung meninggalkan toko itu.
Saat membuka pintu toko, aku melihat di sebelah pintu sosok kasir laki-laki yang pertama melayaniku.
Dia masih memakai baju karyawan toko, tapi sekarang wajahnya terlihat hancur separo dengan tangan buntung sebelah.
"Sudah belanjanya, Mba?" tanyanya datar.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Umi Nur Aini
dag dig dug tpi syyukkaakk 😍
2020-10-16
0
Lik Tri Lik No
sereeèm
2020-10-03
1
Dhewie Puspita
lanjut shayyyyy
2020-10-01
1