BAB 16

Mungkin kalian berpikir bahwa sosok pocong itu jalannya meloncat-loncat seperti yang ada di dalam film horor. Tapi dikenyataannya, pocong lebih menyeramkan. Mereka melayang dan kadang sudah tiba-tiba di hadapanku. Wajahnya hitam berbelatung, berbau busuk dan sorot matanya dingin.  Kain kafan yang lusuh menambah kengerian saat aku melihatnya.

Saat aku sedang membayangkan sosok pocong yang pernah aku temui didesa dulu tiba-tiba aku mendengar suara Sella berteriak. Aku ingin menghampirinya, tapi aku takut suara teriakan itu hanya perbuatan makhluk-makhluk iseng seperti tempo hari yang membuat Sella justru memarahiku. Tapi aku sangat kuatir padanya, walaupun dia jutek padaku tapi aku menyayanginya sebagai sepupuku satu-satunya.

Tiba-tiba Sella menggedor pintu kamarku keras.

"Bukaaa pintunya, bukaa!!" teriak Sella dibalik pintu kamarku.

Akupun langsung bergegas menghampiri ke arah pintu yang terkunci dan membukanya, Sella langsung menghambur ke arahku. Wajahnya pucat dan terlihat ketakutan.

"Kamu kenapa, Sel?" tanyaku heran.

"Ada pocong di kamar gue," jawabnya dengan terus bersembunyi di belakangku.

"Yauda aku kamarmu dulu, liat pocong itu masih ada atau enggak."

"Yauda sana liatin," ujarnya masih sedikit gemetar.

Akupun kekamar Sella yang ada disebelahku, saat aku membuka pintu kamar terlihat ruangan itu kosong tidak ada siapapun apalagi pocong, mungkin pocong itu hanya iseng.

Setelah memastikan kamar Sella aman dari pocong akupun kembali ke kamarku. Saat aku masuk Sella sedang duduk di meja belajarku.

"Dia udah nggak ada kok Sel, kamu bisa balik kekamarmu," ucapku sembari duduk diranjang.

"Engga, gue nggak brani tidur sendirian malam ini. Gue ikut tidur sini ya, Langen," pinta Sella dengan wajah nelangsa.

Entah kenapa aku sangat bahagia akhirnya aku bisa tidur bareng-bareng selayaknya sepupu yang akrab. Tentu saja aku langsung mengiyakan permintaan Sella.

"Yauda kamu tidur diranjang, Sel. Aku tidur dibawah aja make karpet," kataku seraya mengambil bantal untuk aku letakan di atas karpet kamarku.

"Ehh nggak perlu, kita tidur barengan aja. Lagian kan ranjang lo gede gini pas buat kita berdua yang badannya kurus-kurus," ujar Sella ramah.

Untuk pertama kalinya dia bersikap bersahabat seperti itu padaku. Aku berharap setelah kejadian ini dia akan tetep bersikap begitu.

Akupun naik ke ranjang dan tidur disebelah Sella.

******

Aku terbangun saat ada suara ketukan di jendela, padahal jendelaku kan dilantai atas. Ketukan itu berubah gedoran keras yang membuat Sella juga terbangun.

"Itu siapa, Langen yang gedor-gedor jendela?" tanya Sella sambil bersembunyi di belakang punggungku.

"Aku juga nggak tau Sel," jawabku dengan perasaan tidak enak.

Saat aku dan Sella sedang menerka-nerka siapa yang menggedor jendela kamarku tiba-tiba terdengar suara .

"Culi.. culiii...."

"Astaga itu suara siapa?" Cecar Sella padaku yang masih saja bergeming.

Tidak salah lagi itu pasti suara pocong yang tadi diliat Sella dikamar dan yang mengikutinya.

Akupun beranjak dari ranjang sambil menggandeng Sella untuk keluar kamar. Aku tidak mau Sella melihat penampakan pocong itu lagi.

"Ayo Sel kita keluar," ajakku pada Sella.

Tapi Sella hanya bergeming sambil menatap ke arah jendela. Akupun ikut mengikuti arah pandangannya. Ternyata disana sudah berdiri sosok pocong dengan wajah hitam yang dipenuhi belatung, matanya tajam ke arah kami dan baunya benar-benar busuk.

Pocong itu berjalan melayang mendekati kami.

"Culii..... culliiii"

Saat pocong itu semakin dekat dengan kami, tiba-tiba dia melayang mundur dengan cepat dan keluar lewat jendela.

Aku langsung bergegas menutup jendela dan gordennya. Saat aku berbalik, aku melihat Sella sedang menangis.

"Udah Sel, dia udah pergi." Hiburku

"Gue takut, Langen," Ucapnya sembari kembali duduk di atas ranjang.

"Aku lihat pocong itu sedari tadi saat kamu pulang, aku pikir pocong itu hanya tidak sengaja lewat. Sebenarnya kamu habis dari mana?" tanyaku dengan menepuk-nepuk bahu Sella untuk menenangkannya.

"Gue cuma dari rumah temen, tapi pas pulang temen gue bilang. Dia nyuruh Aldi buat klakson tiga kali pas nglewatin kuburan dideket rumahnya. Tapi pas Aldi lewat dia lupa nggak bunyiin klakson." Cerita Sella yang mulai tenang.

"Kamu ketempelan Sel, harusnya memang setiap kita lewat atau mendatangi tempat kramat, kita harus punya sopan santun ke mereka yang tidak kelihatan," jelasku

"Sekarang gue harus apa? Biar pocong itu gak ngikutin gue lagi?" tanya Sella serius.

"Kamu mandi aja Sel, pasti tadi sehabis pulang kamu belum mandi kan?" tanyaku

"Jam segini mandi?"

"Untuk kebaikan kamu biar gak diganggu pocong tadi," ucapku meyakinkan.

"Tapi lo nungguin gue depan kamar mandi ya." Rajuknya

"Iya, aku bakal tungguin depan pintu kok"

Kamipun keluar dari kamarku menuju kamar mandi, sesaat sebelum masuk ke kamar mandi Sella berhenti didepan pintu.

"Langen, makasih ya udah mau nemenin gue," ucapnya malu-malu.

"Iya sama-sama. Kita kan saudara, Sel," balasku sambil tersenyum simpul.

"Maafin gue juga atas perlakuan gue sama lo, gue harap kita bisa jadi temen baik," ungkapnya sambil memelukku.

"Aku juga berharap begitu, Sel"

Aku benar-banar bahagia, meskipun hidupku sekarang tidak baik-baik saja tapi saat berpikir ada orang-orang yang aku sayangi berada di sampingku, rasanya aku bisa melewati semuanya.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!