15

" lagi pun, masa kamu mau mandi bareng dengan saya, " goda rama yang mencoba melucu agar aya berhenti menangis.

Dan itu berhasil, aya mendongak dan mengerucutkan bibirnya lagi di sertai dengan pukulan kecil di bahu rama meski air mata nya tetap saja mengalir.

" mas jangan terus bercanda, " tegur aya. Rama mengatupkan mulutnya menahan agar ia tidak tertawa. Ia mengangguk sambil mengelus rambut aya.

" ayo mas pakai celana dulu, nanti aya bantu olesin obat dan di perban lagi, " kata aya sambil menuntun rama untuk beranjak ke ranjang.

Saat melihat gundukan celana dan baju serta ada ****** ***** nya tersembul di antara kedua nya, rama mengernyit dan seketika terkekeh.

" kamu yang mengambil ini sayang ?" tanya rama sambil menunjuk ke arah ****** ***** nya. Aya nampak kaget dan malu - malu. Ia menunduk.

" ha ha ha, kenapa malu sayang, terima kasih sudah menyiapkan baju ganti mas, " kata rama. Aya segera membalikkan badan saat rama mulai memakai ****** ***** dan celana santai nya.

" sudah sayang, " kata rama setelah ia selesai mengenakan kedua nya.

" mas beneran udah kan ?" tanya aya memastikan lagi. Ia tidak ingin di goda lagi oleh sang suami.

" beneran sayang, " kata rama meyakinkan. Perlahan aya membalikkan badan nya tetapi kedua tangan nya nampak menutupi wajah nya. Rama terkekeh pelan dengan kewaspadaan sang istri. Bukan kah sah - sah saja jika ia melihat tubuh dari rama ?.

dari sela sela jari yang di renggangkan sedikit demi sedikit, aya mulai mengintip suami nya mulai dari atas ke bawah. Ia menghela nafas lega saat mendapati sang suami yang memang sudah memakai celana nya. Aya segera menurunkan tangan nya dan menatap malu rama.

" sudah mengintipnya? Huh " tanya rama. Aya hanya meringis malu. Ia mulai menuntun rama untuk duduk di ranjang kamar.

Kemudian aya mengambil kotak p3k yang memang tersedia di hampir semua ruangan untuk memudahkan jika memerlukan peralatan tersebut tanpa harus ke bawah.

Perlahan aya duduk dan mulai membuka obat oles untuk luka memar dan juga betadine. Rama hanya diam mengamati apa yang tengah aya lakukan. Mata nya mengikuti setiap gerakan tangan aya. Sesekali rama nampak memperhatikan wajah sang istri yang nampak serius. Rama tersenyum. Hati nya menghangat hanya dengan perhatian kecil dari sang istri. Tangan nya terulur dan mengusap lembut kepala sang istri.

Aya mendongak dan mendapati rama yang menatapnya dalam.

" kenapa mas ? " tanya aya. Ia kembali memfokuskan tangan nya untuk melilitkan perban di perut sang suami.

" kamu belum mengeringkan rambutmu ?" tanya rama. Ia memegang lagi rambut aya yang masih setengah basah itu.

" nah selesai, " pekik aya pelan saat ia sudah menyimpul perban di perut aya.

" eh iya, aya lupa. kelamaan pas tadi mau mabil cel ... Ups, " aya langsung membungkam mulut dengan tanan nya saat ia tersadar jika ia hampir saja keceplosan menyebut ****** *****.

Rama mengangkat alisnya heran jelas - jelas ia mendengar jika istri nya ingin mengatakan sesuatu.

" cel ? Cel apa ?" tanya rama memperjelas maksud kata aya.

" bukan apa - apa, " elak aya cepat. Ia juga segera kabur dari hadapan rama dan duduk di meja rias nya untuk mengeringkan rambutnya dengan hairdryer.

Rama merebut hairdryer dari tangan aya dan mulai menjalankan tugas nya. Aya hanya bisa menurut dan menikmati apa yang di lakukan oleh suaminya.

" padahal aya bisa sendiri mas, " kata aya pelan.

" tapi mas pengen ngelakuin ini, " jawab rama sambil terus mengeringkan rambut aya.

" yank, teman - teman mas bagaimana ?" tanya rama ketika ia teringat jika ke empat teman - teman nya kemungkinan masih berada di ruang keluarga. Ia keasyikan menggoda istri nya hingga tanpa sadar melupakan keberadaan saudara - saudara nya yang terancam terlantar di bawah sana.

Aya pun reflek menepuk keningnya saat rama berucap tentang teman - teman nya. Ia juga lupa dengan mereka.

" astagfirullah, aya lupa mas, " kata aya.

" nah selesai, " ujar rama saat selesai mengeringkan rambut aya.

" terima kasih mas, " kata aya. Rama tersenyum.

" mas, ayo kita temui mereka, " ajak aya. Rama menggeleng.

" nggak, kamu istirahat saja. Biar mas yang menemui mereka, di sini apa ada kamar kosong yank ?" tanya rama. Aya nampak berpikir. di sini tentu saja ada kamar selain milik mendiang orang tua nya yang kosong.

" ada mas, di bawah ada kamar tamu yang kosong " jawab aya.

" oke jika begitu, kamu sebaiknya segera istirahat. Hari sudah larut. Besok lagi kamu menemui mereka, " kata rama sambil mengelus rambut aya.

" lalu mas sendiri ?" taya aya yang nampak ambigu. Rama terkekeh. muncul lagi kejahilan untuk menggoda sang istri.

" kenapa hm ? Kamu mau melakukan malam pertama kita ?" bisik rama di telinga aya. aya sedikit bergidik saat nafas rama berhembus di telinga aya. Namun sesaat ia langsung tersadar jika rama tengah menggoda nya dengan kalimat yang cukup seduktif.

" mas apaan sih, sudah sana temuin teman - teman mas, " pekik aya dengan suara yang bergetar menahan malu dan gugup karena di singgung tentang malam pertama oleh sang sami.

rama hanya tertawa dan segera meninggalkan kamar sebelum ia di hujani dengan pukulan - pukulan dari aya yang bagi nya hanya bagai klitikan yang tidak berarti.

' dasar, mas rama. Padahal kan aku sedang datang bulan. Mana bisa melakukan malam pertama ?' batin aya merona.

' eh, apa yang ku pikirkan ? Dasar otak mesum,' batin aya lagi sambil memukul - mukul pelan kepala nya.

.💨💨💨

Rama menuruni tangga ke lantai 1 yang langsung terhubung ke ruang keluarga. Dari pertengahan anak tangga ia dapat melihat ke empat sahabatnya masih berbincang seru dengan pak malik. Bu sari sudah tidak nampak di sana. Kemungkinan wanita paruh baya itu sudah pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Suda terlalu larut dan rama baru menyadari itu karena terlalu asyik menggoda istri kecil nya.

" wah wah pak, coba bapak tengok, pengantin baru kita baru ingat jika saudara nya masih terlantar di sini, " sindir zain begitu ia menyadari kedatangan rama.

Ke tiga sahabat rama di tambah pak malik sontak mengalihkan perhatian mereka menuju rama yang hanya tetap tenang meskipun ia mendapatkan sindiran telak dari zain.

" ch, dasar bos berhati freezer, " decih zain arena rama hanya diam saja meski ia menyindirnya.

Rama sampai di antara mereka berlima, ia duduk di samping pak malik dan revan. Ia mengusap pelan rambut revan seperti usapan kasih sayang kepada seorang adik.

" kamu sudah baik - baik saja ?" tanya nya kepada revan yang di jawab anggukan kepala oleh revan. Rama tersenyum kecil dan mengalihkan pandangan nya kepada pak malik.

" terima kasih sudah menemani mereka berbincang pak, maaf jika mereka kurang sopan terhadap bapak, saya kurang mendidik mereka, " kata rama berinisiatif meminta maaf karena ia tahu pasti ke empat saudara nya membuat repot pak malik dan istri nya.

" ah tidak apa nak rama mereka anak - anak yang menyenangkan. Kami tidak merasa di repot kan sama sekali," bantah malik. Karena memang malik dan sari merasa enjoy saat berbincang dengan keempat nya.

Rama tersenyum dan sekali lagi mengelus kepala revan. Memang di antara mereka, revan lah yang paling muda. Ia menemukan revan saat ia tengah membebaskan beberapa korban perdagangan manusia. Saat itu revan masih berusia 15 tahun. Tubuh di penuhi luka, dehidrasi parah dan tentu kurus kering adalah penampakan pertama yang rama lihat.

" kalau begitu, bapak pamit dulu ya nak rama, pasti neng aya sudah memberi tahu kamar yang akan di gunakan oleh mereka kan?" tanya pak malik sambil berpamitan.

" sudah pak, tadi aya sudah memberitahu saya. sekali lagi terima kasih ya pak, " kata rama sopan. Ram dan yang lain beranjak untuk mengantar pak malik keluar.

" nah, jadi dimana nyonya bos ?"

Episodes
Episodes

Updated 141 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!