...🥀🥀🥀...
BRAK!
Suara pintu mobil yang di tutup itu membuat para guru di sekolah swasta itu kini berduyun-duyun menyambut kedatangan Sadawira.
Ada delapan guru yang terdiri dari tiga pria, dan lima wanita. Kesemuanya tampak sigap menunggu kedatangan Sadawira.
Dollar yang juga baru turun, tampak terkesima dengan salah seorang guru muda, yang wajahnya terlihat sangat menggoyahkan imannya.
" My beauty angel!" gumam Dollar yang sepertinya kini melupakan wajah menderitanya beberapa waktu yang lalu. Membuat Henry langsung mencibir.
" Pssst, mata di jaga!" Desis Janu yang sudah hapal jika Dollar merupakan pria dari golongan mata keranjang. Membuat Henry terkikik-kikik, pun dengan Sada yang menahan tawa.
" Selamat siang Pak!" kata ibu guru yang terlihat lebih senior membuat wajah Sadawira kembali serius.
" Selamat siang Bu!"
" Mari masuk, silahkan pak!"
Sadawira mengedarkan pandangannya menatap bangunan yang memang sebagian belum mendapatkan bantuan. Sekolah swasta jelas tak mendapatkan prioritas seperti sekolah negeri. Mereka berbincang tentang sekolah mereka yang memang barusaja di tinggalkan mati oleh donatur tetap.
" Ya beginilah keadaannya Pak. Bangunan yang di sisi barat sudah mendapatkan bantuan, tapi yang ini bapak bisa lihat sendiri kondisinya. Untuk itu kami tidak berani memakainya Pak!"
Sada mengangguk, sepertinya ia memang tidak salah untuk memberikan bantuan.
" Sekolah dasar di ujung sana, dan di sini adalah taman belajar kanak-kanak Pak. Saya sangat berterimakasih sekali karena Pak Sada mau memberikan bantuan untuk kami!" kata kepala sekolah penuh rasa terimakasih.
Sada masih ingat betul gempa bermagnitudo besar yang beberapa tahun yang lalu mengguncang Atana dan sekitarnya. Memang tidak menjadi langganan gempa, tapi wilayah tersebut merupakan wilayah yang di lalui ring of fire ( cincin api) yang melingkar di berbagai benua di bumi ini.
" Hen!" Sada menggerakkan kepalanya menandakan kepada Henry untuk melakukan tugasnya, yakni memotret beberapa sisi bangunan yang hingga kini tak tersentuh bantuan.
Ia juga meminta Dollar untuk mendata berapa banyak anak yang ada, untuk ia beri bingkisan. Membuat laki-laki muda itu belingsatan sebab jika di ibaratkan peribahasa, ia sedang menyelam sambil meminum air.
" Saya bisa jadi donatur tetap di sini Bu. Nanti anak buah saya akan datang kembali kesini!" kata Sadawira yang langsung merasa tergerak untuk menolong.
" Kebetulan kalau begitu Pak, kami saat ini memang belum memiliki donatur baru. Dan, bulan depan kami juga akan mengadakan pentas seni dalam rangka hari ayah, mohon berkenaan hadir ya Pak untuk menarik semangat bagi anak-anak!"
Sada mengangguk. Inilah yang selalu membuatnya senang. Ada kedamaian yang seketika melingkupi perasaannya, manakala ia bisa membantu sesamanya.
Di dalam mobil.
Janu yang kini sibuk menulis tentang apa saja yang akan mereka kirimkan kepada sekolah itu, merasa malas dengan wajah Dollar yang kini kembali cerah secerah matahari di samudera Pasifik.
" Pasti gara-gara itu guru muda tadi?" cibir Janu tanpa tedeng aling- aling.
Membuat Henry dan Sadawira seketika menoleh dan langsung paham dengan apa yang di ucapkan oleh pria parlente itu.
Dan merasa menjadi topik pembicaraan, Dollar seketika melirik tiga penumpang didalam mobil itu secara bergantian.
" Ada apa? Kalian jangan menuduhku yang bukan-bukan!" cetus Dollar yang kini menjadi supir, namun paham kemana arah pembicaraan mereka.
" Dasar mata keranjang!" balas Henry yang kini menjadi sekutu Janu.
Sadawira hanya terkekeh saat melihat trio kocak yang saling serang. Henry dan Janu yang tak segan mencibir, dan Dollar yang selalu lihai dalam berkelit.
" Pak, bapak gak ada minat sama Bu guru tadi Pak?" tanya Dollar yang kini mencari pengalihan isu sebab ia kalah telak atas Janu dan Henry yang membulinya habis-habisan.
Namun tatapan tajam Sadawira membuat Dollar segera tahu bila ia telah salah mengajukan pertanyaan.
" Siap salah Pak. No Woman no cry pak!" ucap Dollar seraya melakukan gerakan hormat yang membuat kesemuanya terpingkal-pingkal.
Laki-laki tak waras!
...----------------...
" Teh atau kopi bos?"
Nino yang sedang berada di pantry menyambut kedatangan Sadawira yang lumayan lesu sore itu.
" Kopi!"
Ia sepertinya sedang membutuhkan kafein ketimbang tanin, untuk itulah ia meminta Nino menyeduhkan segelas kopi hitam dengan gula yang sedikit.
" Mau makan sekarang?" tawar Nino lagi.
Namun Sada menggeleng. Sama sekali tak memiliki selera makan sebab kantuk yang menyerangnya.
Nino menghela napas usai Sada pergi sesaat setelah menandaskan secangkir kopi lalu mencampakkannya begitu saja. Nino sedikit banyak tahu, masalah apa yang mendera pria tampan yang jelas berusia matang itu.
Sada tampan, posturnya juga sangat menggiurkan untuk di sentuh, tapi kenapa bos-nya itu malah menyiksa diri seperti ini.
Ralat, bukan menyiksa diri sih, tapi kenapa malah mempersulit dirinya untuk berkembang?
Di dalam kamarnya, ia yang menggulir ponsel tak sengaja membaca berita soal fluktuasi saham. Di detik yang sama, ia mendapatkan telpon dari Boni yang sudah ia duga akan meminta bantuan kepada-nya.
" Apa bos bisa datang kemari? Kami...."
" Lakukan sebisa kalian. Aku belum bisa kesana Bon!" sahutnya memijat kening yang berdenyut.
Tidak tahu kenapa setiap Boni memintanya datang, ia selalu teringat dengan ultimatum Edi Darmawan yang sulit ia tepiskan itu. Membuatnya kini membasuh wajahnya kasar sebab takut kalau dia akan bertemu dengan keluarga itu dan membuat rasa bersalahnya kian membara.
Apa kabar Claire saat ini, apa dia sudah menikah dan bahagia lalu memiliki anak seperti yang di dambakan setiap orang seperti dirinya?
Cih, membuatnya kesal sendiri saat memikirkan hal itu.
Tunggu dulu, kenapa ia harus menakutkan hal itu? Bukankah kota B luas, dan kenapa dari sekian banyak kemungkinan yang terjadi ia malah takut bertemu dengan wanita itu?
Oh Man, apakah itu artinya dia masih berharap?
Sulit di percaya, apakah karena pernah sekali bercumbu dengan Claire lantas membuat Sadawira benar-benar terikat dengan wanita itu?
Atau, karena sebenarnya Sada telah jatuh cinta dengan sangat dalam kepada Claire?
Dan sialnya ia malah tak tahu jawabannya. Very bad!
Sada juga tak mengerti kenapa ia seolah sulit melupakan bayang-bayang wanita itu. Teriakan bernada kebencian yang terakhir ia lihat saat fakta mengejutkan itu menyerukan ke permukaan, membuatnya tak berdaya.
" Apakah kita bisa bertemu lagi?" lirihnya menatap nyalang langit-langit kamar yang tampak kosong. Mirip seperti ruang-ruang di hatinya yang gelap, tak tersuluh cahaya apapun. Gelap dan hampa.
Tapi ucapan Zayn beberapa waktu yang lalu tiba-tiba melintas di dalam pikirannya.
" Kenapa kau risau, pernah dengar kata-kata bijak bila jodoh tak kemana?"
Damned! ( sial!)
Sampai kapan ia harus hanyut dalam ketidakpastian ini?
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Erni Fitriana
wahhhh neo gak ketemy daddy sada yahhhhh..kan keburu pindah?????😔😔😔😔😔
2023-06-01
1
M akhwan Firjatullah
hati " kebanyakan minum air tar kembung
2023-05-01
1
Nur Denis
kalian pasti akan bersama kembali 😊😊😊
2023-04-02
1