...🥀🥀🥀...
Beberapa jam setelahnya, Dollar rupanya telah menunaikan tugas nyeleneh itu dengan sigap. Perkara dari siapa dan untuk apa karya unik itu di pajang, Dollar enggan mempermasalahkan.
Hal seperti itu merupakan hal random yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu bukan? Mungkin di beri oleh salah satu murid tadi sebagai cinderamata, atau karena hal lain. Mengingatkan kapabilitas seorang Sadawira yang tentu kini memiliki nama di sekolah itu.
Dollar tidak tahu pasti, yang jelas setiap tugas dari sang baginda raja, harus ia tunaikan dengan sebaik-baiknya. Meksipun itu diluar nalar.
Sadawira kini menatap pigura yang di dalamnya telah berisikan karya Neo yang begitu membuatnya merasakan energi aneh. Hatinya senang tak karuan bahkan meskipun belum mengenal secara lebih tentang siapa sebenarnya anak bermata cerah itu.
Bahkan Henry juga Juna yang kini berada dalam satu ruangan bersama bos-nya itu seketika saling melirik dengan keheranan yang sama.
" Dari siapa Pak?" Juna akhirnya angkat bicara demi merasai sikap Sadawira yang aneh.
Sadawira tersenyum sambil menjawab dengan tatapan tak lepas dari kartu itu.
" Dari seseorang yang spesial!"
Maka Juna dan Henry semakin mengerutkan keningnya heran. Apakah setelah Dollar, pak Sada akan menjadi manusia aneh berikutnya?
Di lain tempat di waktu yang berbeda, Neo yang malam ini sedang melakukan panggilan video kepada Ibunya terlihat sangat antusias bercerita mengenai kejadian menyenangkan yang dia alami hari ini.
" Pokonya seru banget Bu. Ibu tahu, aku tadi di temani Paman tampan. Dia jadi ayahku, aku jadi gak duduk sendirian deh. Dia sangat baik, dan punya banyak cokelat!"
Yang di ujung telepon hanya tersenyum dalam menanggapi celotehan riang Neo. Meskipun dalam relung hatinya sedikit heran, kenapa Neo bisa se sumringah ini.
" Ganteng sama sama Pakde?" Demas yang malam itu sudah ada di sana tiba-tiba bergabung mengeroyok Neo. Dan membuat bocah itu senyam-senyum sendiri.
" Emmmmm, sama sih Pakde, tapi... ganteng om itu lah, soalnya kata Bu guru Wahhab hampir mirip sama aku hehehe, aku kan paling ganteng Pakde!"
Maka semua orang yang ada di ruang keluarga itu tergelak demi mendengar celoteh ngasal yang membuat mereka terpingkal-pingkal itu.
" Oh iya, happy Father's day ya Pakde, Kak Bima sama Kak Sena udah ngucapin belum?"
Membuat seluruh dinasti keluarga Darmawan sangat terharu. Neo adalah manifestasi dari dewa kecerewetan.
" Ya sudah, ini udah malam Neo bobo ya. Besok Ibu telpon lagi. Handphonenya kasih mbak Juwi dulu Ya?"
Dan dalam sekejap ponsel itu kini berpindah tangan kepada Juwita.
" Iya Bu?" jawab Juwita yang kini keluar dari kamar Neo.
" Memangnya siapa Wi yang jadi temannya Neo tadi?" masih penasaran dengan sosok yang di gembar-gemborkan oleh Neo dengan sangat heboh itu.
" Waduh saya lupa namanya Bu, orangnya ganteng memang Bu. Tapi...saya tidak sempat melihat lama acaranya tadi..."
" Memangnya kamu kemana?" tanya Claire sambil mengerutkan keningnya.
" Saya... biasa Bu hehehehe, habis makan yang kemarin itu ( menyebutkan makanan pedas yang rasanya seperti racun)"
" Kamu ini!" dengus Claire yang membuat Juwi semakin meringis.
" Saya pulang mungkin lusa, tolong jangan lupa buatin susu kalau Neo mau tidur ya. Sama saya mau bilang, jangan terima sembarang tamu yang enggak kita kenal!"
" Baik Bu!"
Claire akhirnya menghela nafasnya usai sambung video call itu terpungkasi dengan wajar. Bersamaan dengan itu, Arimbi yang kini datang dengan beberapa cangkir teh juga cemilan menambah hangatnya keluarga yang ada.
" Tehnya Claire, sambil nunggu Mama Papa keluar!"
" Hemm makasih kakak ipar!"
Anak-anak terlihat bermain bersama di ruang tengah bersama Melodi yang tak henti-hentinya bersikap jahil kepada para keponakannya. Hanya Eva yang tak terlihat sebab baru saja melahirkan anak ketiganya.
" Kenapa muram begitu?" tanya Demas sambil membuka toples yang berisikan kue kering yang barusaja di bawa oleh Arimbi.
Claire kembali menghela napas.
" Aneh aja. Gak biasanya Neo mudah akrab sama orang, nah ini malah cerita heboh soal orang lain!"
Deo langsung terkekeh, " Bagus dong, siapa tahu emang ganteng beneran!" ucapnya turut mencomot kudapan gurih buatan istrinya. Sus keju.
" Ya jelas mungkin ganteng beneran lah, secara Neo itu kan gak hisa bohong. Ingat gak waktu kita nyuruh dia bohong biar Om Leo gak tahu kalau kita baru saja pergi, eh dia malah ngomong!" seru Demas yang teringat dengan kepolosan sikap Neo.
Membuat Arimbi turut tertawa karena dia juga turut ada di kejadian itu. Keponakannya itu sejak kecil memang sangat renyah dalam berucap.
Dan saat mereka sibuk berbincang, muncullah salah satu tunas keluarga Darmawan yang pasti kesal dengan seseorang.
Ya, Bimasena merupakan anak sulung Deo. Bocah yang duduk di bangku sekolah dasar itu datang dengan wajah cemberut cenderung kesal.
" Kenapa lagi Kak?" tanya Arimbi yang menyambut putranya itu dengan wajah muram.
" Si Sena itu, bikin malas aja!" gerutu Bima yang kesal terhadap Antasena yang memang usil cenderung tengil.
Dan Antasena, dia merupakan anak pertama Demas yang memiliki kecenderungan sifat seperti ibunya yang bar-bar.
" Kak Bim, ayo main!" seru si biang kerok yang merasa tidak bersalah.
Kini Deo tergelak demi melihat keponakannya yang benar-benar mirip seperti Ibunya.
" Eva banget ya?" timpal Claire yang mengomentari sifat dan sikap keponakannya yang satu itu.
" Sen, jangan di ganggu terus kak Bima nya. Ayo yang bener kalau main! " kata Demas yang tahu bila Bima ini memang sedikit introvert seperti dirinya.
Benar-benar persilangannya sifat yang aneh bukan?
" Ih Papa, namanya juga sedang berkumpul keluarga. Ya pasti harus saling mengganggu dong!" jawab Antasena yang memanyunkan bibirnya.
Membuat Demas geleng-geleng kepala.
Namun saat mereka mendebatkan para bocil, pintu kamar Opa tiba-tiba terayun. Menegaskan jika para orang tua itu akan keluar.
" Ini kenapa lagi pada ribut sih?"
Membuat semua orang menatapnya Mama Bella yang nampak kesal. Orang tua lagi berbagai, yang diluar malah heboh sendiri.
" Biasa anak-anak Ma!" sahut Deo yang meletakkan cangkir kosong ke atas meja.
" Ya sudah, kalian masuk kalau begitu. Opa nunggu di dalam!" seru Leo yang juga baru keluar dari kamar Opa Edi. Menegaskan jika giliran para cucu untuk menghadap telah tiba.
" Sen, Bim sini ikut Oma. Opa buyut mau bicara sama papa- mama sama Tante kalian!" seru Mama Jessika lembut.
" Oke Oma!" jawab Sena yang lebih energik dan langsung menghambur ke pelukan Mama Jessika.
" Bim, sini!" panggil David kepada cucu tertuanya itu yang terlihat selalu diam. Membuatnya Arimbi mengembuskan napas.
Saat semua orang sudah mulai berjalan masuk, ia melihat adiknya yang malah sibuk dengan anak-anak.
" Mel!" panggil Claire kepada adiknya yang masih sibuk bermain dengan adik Bimasena dan adik dari Antasena!"
" Ok Ok otewe!" sahutnya santai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣jadi ngebayangin nih suasana seru nyah
2023-06-01
1
moerni🍉🍉
semangat semangat ...bkin karya² yg nagih
2023-04-08
1