...🥀🥀🥀...
Di sebuah rumah dengan gaya kolonial modern, terlihat interaksi sendu antara anak dan Ibunya.
" Ibu, apa Oma sama opa tidak jadi kesini?"
Seorang bocah laki-laki berusia 5 tahun terlihat menatap muram sang Ibu. Hatinya resah sebab baru saja mendengar kabar jika Oma dan Opanya tidak jadi berkunjung ke rumahnya.
Ya, Claire selama ini memilih tinggal sendiri setelah kakeknya sering sakit-sakitan dan kembali pulang ke kota asalnya.
Kenyamanan dan ketenangan membuat Claire menolak untuk kembali ke tanah air. Lagipula, ia tak ingin mengecewakan sang kakek yang sudah memberikan ultimatum keras, terkait Sadawira bahkan sejak ia masih mengandung anaknya.
Pun dengan sang Papa, Leo.
Selain itu, bisnis produk skincare dan brand kecantikan miliknya yang menggurita dan memiliki cabang dimana-mana, membuat Claire enggan untuk berpindah.
Meski resikonya, ia kini harus berada jauh dari orang tua, adik dan para sepupunya. Tapi itu bukan suatu masalah, Claire bisa fight dengan hidupnya sendiri yang kini menjadi single mother untuk anak semata wayangnya itu.
" Nanti kalau sudah libur sekolah, kita jenguk Oma sama Opa ya sayang! Kan sayangnya Ibu baru masuk sekolah, nanti gak dapat bintang banyak dong dari Bu guru!" seru Claire bertutur kata halus, sembari mengusap lembut rambut hitam berkilau milik putranya itu.
Bocah bermata jernih itu mengangguk patuh.
" Ibu, kata Bu guru bulan depan adalah hari ayah. Apa aku juga boleh merayakan hari ayah? Kata ibu, aku hanya punya ibu. Tapi kata Bu guru, semua anak itu ada karena ada ayah dan ibu!"
Air mata ibu mana yang tidak jatuh saat mendengar ucapan polos seperti itu. Ini adalah pertama kalinya Neo berada di sekolah kanak-kanak. Tapi ia lupa mengantisipasi jika menjadi orang tua tunggal itu rupanya tak semudah seperti yang di bayangkan.
Apalagi, Neo hanyalah seorang anak kecil yang belum tahu apa-apa, persoalan kedua orangtuanya yang mungkin tak akan pernah Claire ungkapkan.
" Kita bisa minta tolong om Edwin nanti ya?" balasnya mencoba menahan air mata yang sudah berdesakan ingin keluar.
" Apa Om Edwin itu ayahku?" tanya Neo lagi dengan wajah polos, seolah ingin tahu segalanya.
Claire menggeleng dengan senyum ironi, " Bukan, dia teman Ibu.Tapi kita bisa meminta tolong kepadanya kan? Om Edwin baik dan sayang sama Neo!"
Tapi bocah itu langsung murung, sebab yang dia inginkan ayah, bukan om.
" Tidak usah Ibu. Neo akan tetap datang bersama Ibu saja, aku akan mengatakan pada Bu guru jika aku memiliki Ibu yang sayang padaku!" seru Neo sembari memeluk tubuh Claire.
" Ibu juga sayang sama Neo!"
Hati Claire semakin teriris. Kesalahan di masa lalunya kini harus di tanggung sang anak, bahkan di usia sekecil itu.
" Maafkan ibu nak. Kita memang tak akan pernah bisa menghindar dan bersembunyi dari kenyataan pahit. Tapi Ibu akan selalu berusaha untukmu."
-
-
" Kakekmu sedang sakit, kalau kau ada waktu berkunjunglah sebentar!" kata mama Bella yang memberikan kabar jika kakek Edi sedang tidak sehat. Bahkan Deo dan Demas juga barusaja berkirim pesan kepadanya.
Claire bimbang. Neo baru masuk sekolah,dan tak enak sekali rasanya jika harus izin. Apalagi, jika ia kembali ke Indo, itu artinya ia seperti menegang masalalu.
" Tapi Neo baru masuk Ma!" jawabnya kepada Mama Bella dengan wajah muram meski mamanya tak akan melihat hal itu sebab mereka berbicara melalui sambungan telepon.
" Biar dia dirumah bersama Juwi. Kakekmu sangat ingin bertemu denganmu, Mama takut kalau...."
" Mama ngomong apa sih? Kakek pasti sehat terus. Aku akan kesana setelah rapat di sekolah Neo selesai!" Claire tak suka jika mamanya membicarakan kondisi sang kakek sebab ia pun takut terjadi sesuatu.
Rupanya memiliki orang tua yang tinggal berjauhan lebih banyak mendatangkan ketidaksinkronan.
Siang ini Claire hendak menjemput Neo di sekolahnya, namun saat baru mau masuk ke dalam gedung, ia melihat anaknya menangis sambil di gendong oleh gurunya.
Membuatnya cepat-cepat memajukan langkah.
" Astaga, ada apa ini Bu?" seru Claire panik saat menyongsong kedatangan anaknya.
Guru itu menatap muram Claire yang tampak panik. Neo adalah anak yang baik, tak mungkin jika dia nakal.
" Kami sangat menyesali kejadian ini Bu. Neo dan Brandon berkelahi di dalam kelas. Saya mohon maaf!"
" Apa?"
Claire langsung memindai tubuh anaknya sebab takut kalau-kalau Neo terluka. Tapi syukurlah, Neo menangis tanpa ada luka yang terpampang di sana.
" Tapi, kenapa ini bisa terjadi?" tanya Claire yang menyayangkan kejadian ini sebab mereka baru masuk sekolah, tapi malah muncul kejadian seperti ini.
" Neo enggak suka Brandon, Neo gak mau sama dia!"
Rupanya Brandon mengolok-olok Neo saat membahas hari ayah yang bakal datang bukan depan. Mereka rencananya memang akan melakukan pentas seni dimana semua orang tua akan hadir, sebab setiap tahun mereka memang menggelar acara yang sama, yakni hari ibu dan hari ayah.
Sesampainya di rumah, Claire meminta mbak Juwi untuk menemani Neo sebab ia masih harus kembali ke kantornya untuk menyelesaikan pekerjaan. Tapi kesemrawutan pikir, membuat Claire menerima ajakan Edwin yang mengajaknya coffe break.
" Aku akan datang untukmu!" kata Edwin begitu mengetahui permasalahan yang di alami Neo.
Edwin merupakan pria yang memiliki kewarganegaraan asli kota itu, ia mengenal Claire saat wanita itu melahirkan Neo di rumah sakit tempatnya bekerja dan saat itu di tangani oleh rekannya.
Edwin adalah seorang dokter spesialis obgyn yang bekerja di rumah sakit terbesar kota itu.
" Apa tidak merepotkan?" tanya Claire ragu.
Edwin menggeleng cepat, " Bahkan aku sudah berkali- kali menawarkan diri untuk menikahimu Claire!"
Membuat wanita itu menelan ludah cepat sebab kena skakmat.
Claire yang kini duduk di sebuah tempat makan bersama Edwin lagi-lagi merasa canggung. Itu memang benar, Edwin memang sudah lama menyatakan perasaannya kepada Claire tapi ia yang sulit membuka hati.
" Kau masih bisa mencari wanita yang lebih pantas menemani dokter hebat seperti dirimu Edwin!" balas Claire yang merasa jika dirinya memang kotor.
Edwin tertawa sumbang, " Kalau bagiku kau yang pantas bagaimana?"
Claire menggeleng, " I'm not good person!" katanya yang menatap lurus jalanan yang kini menyuguhkan hilir mudik kendaraan yang tak pernah sepi.
Edwin menatap Claire yang menundukkan kepalanya seraya membantin pilu. Sudah enam tahun ini ia dekat dengan Claire, tapi wanita itu masih saja menganggapnya tak lebih dari seorang teman. Membuat hati Edwin terasa nyeri.
" Sampai kapan kau akan menutup dirimu seperti itu Claire? Apa sebenarnya kau masih berharap dengan ayah Neo yang bajingan itu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
M akhwan Firjatullah
namane Neo to le JD inget kupi ma obat
2023-05-01
1
M akhwan Firjatullah
aku mo komen ah biar bisa nangkring d depann... wkwkwk Mak aku datang setelah sekian lama nabung bab jg lama" up ya
2023-05-01
1
Nur Denis
kesian Neo😞😞
2023-04-02
1