Ana tidak bereaksi lebih duluan. Namun, pukulan sontak berhasil dia tepis ketika itu menuju kearah perutnya. Arah tepisan menuju kiri. Saking kerasnya sampai mengenai orang lain yang kemungkinan besar akan terlibat dalam pertarungan tanpa senjata tajam kali ini.
Belum sempat beberapa detik, Ana sudah harus menendang ************ orang yang berlari kearahnya dengan sedikit lompatan. Orang tersebut tertunduk menahan sakit yang dia rasa mampu merobek organ vital.
Sikutnya digunakan untuk menusuk wajah pemuda sombong berbadan besar tadi dengan kencang. Pinggangnya sempat ditarik untuk menerima bantingan. Namun, memanfaatkan berat badan orang tersebut diapun membanting balik lewat apitan kedua kakinya.
Penonton bersorak sorai, tetapi Iriana terpaku di sana melihat kakaknya yang mencoba untuk mempertahankan kehormatannya.
Erick menerobos kerumunan untuk menarik Iriana menjauh dari sana. Sementara Ana masih saja berkelahi dengan segerombol pria sok jagoan.
Orang yang Ana tendang selangkangannya mengalami kebocoran dan retak tulang; saking kencangnya tendangan yang diberikan.
Pelipis Ana bocor, tetapi itu bukan masalah yang besar. Yang menjadi masalah adalah bahwa Ana selalu mencoba untuk mencari tahu keberadaan adik yang menghilang dari pandangannya.
Akhirnya Ana kabur menghindari kerumunan, meninggalkan penonton yang bersorak najis kepadanya sembari menahan darah yang merembes hingga ke bajunya.
Ana bersembunyi di gang kecil, yang di sana terdapat Erick sedang menenangkan Iriana. Ana sempat terhuyung, walau akhirnya dia bisa mengontrol diri dan duduk dengan tenang.
"Ku bilang apa? Kau tidak pernah pantas pergi ke luar rumah." napas Ana serasa tercekat di kerongkongan, dia mengatakannya patah demi patah kata.
Iriana tetap menangis. Dirinya tidak bisa membayangkan bila kakaknya tidak membela—maksudnya mencoba untuk mengecoh perhatian lawan. Sudah pasti dia habis di sana sekarang juga.
"Sudahlah Iriana. Ayo kita pulang, aku akan memasakanmu sesuatu." Ana telah beranjak dari sana, meninggalkan Erick dan Iriana.
Erick mengusap air mata Iriana dengan tatapan yang mendalam. Tangan kanannya tetap mengelus lembut kepalanya.
"Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja." dia tersenyum lembut.
"Ayo pulang."
Di rumah, Ana lebih banyak diam daripada berkomentar mengenai kejadian di pasar lalu. Tangannya sibuk mencincang daging untuk dijadikan topping dari makanan buatannya.
Resep makanan ini juga sangat mudah, dia ciptakan hanya karena tidak memiliki kegiatan di siang hari.
Blender daging ayam bagian paha fillet yang telah dibersihkan, kemudian masukanlah bumbu sederhana. Pada masakan Ana, dia menambahkan sedikit cabai giling.
Opsional, bisa ditambahkan potongan daun bawang. Jika semua bahan sudah digiling dan dimasukkan potongan daun bawang, kukus selama 15 menit.
Untuk kuah, bisa menggunakan 1.) 1 sendok minyak wijen, 2.) bumbu penyedap, 3.) 3 sendok kecap manis, 4.) (opsional) cabai giling.
Setelah selesai di kukus, Ana pun memasukkan siomay tadi ke dalam kuah. Setelah dimasak selama 5 menit, taruhlah di mangkuk dan jadilah makanan tak bernama, tetapi Ana sangat menyukainya!
Iriana menyendokkan siomay tersebut ke mulutnya. Rasa gurih dan pedas menyeruak, menciptakan kesan hangat pada lambung.
Dinginnya percakapan menghantui, sampai Iriana wajib membuka mulut terlebih dahulu.
"Terimakasih atas yang tadi." ucapnya.
"Iya."
"Jangan harap aku memaafkanmu soal kejadian Mimo. Itu tidak akan pernah terjadi."
Ana tidak merasa dia bersalah, kenapa harus meminta maaf?
Dan kasus ini akan dilanjutkan bersama Erick, malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments