DATANG LAGI :: 06

...Memang, Anastasia kalau tidak sadis, ya gila....

...-...

Duk.

"Selamat datang! Kami memasakkanmu ikan panggang." Iriana terlihat ceria, bahkan setelah kejadian yang menimpanya.

Fitasha mencoba menampakkan sisi keibuannya. Dia pura-pura mengeluarkan loyang ikan dari pemanggangan, padahal Ana yang memanggangnya dan tidak melakukan itu.

Karena Fitasha mengunci dirinya di kamar. Setelah Ana membuat Iriana menangis histeris, maka Ana akan mendapatkan sanksi sosial yang tepat. Dikunci di kamar itu membuat Ana merasa semakin tenang, lebih tenang daripada biasanya. Itu artinya dia akan banyak menghindari kontak dengan orang-orang.

'Alergi' keramaian.

"Kemana kakakmu?" Radislav duduk sembari melemparkan pertanyaan itu kepada mereka.

Fitasha tersenyum lembut, menahan debaran kuat dalam jantung yang sangat menyiksanya.

"Dia tidur, mungkin kelelahan."

 

Bahkan, Ana tidak tertidur. Dia masih terjaga saat ini, bahkan ketika anggota keluarga Lenkov lainnya sedang makan malam.

Ana belum makan, karena dia begitu kelelahan dan tidak membutuhkan makanan saat ini; dia jarang makan.

Ana membaca buku misteri yang tadi Iriana singgung. Sesekali, berbicara dengan Ikan peliharaannya yang diberi nama Sakana.

Ikan tersebut diperoleh dari seorang kakek-kakek tua saat keluarga mereka tersesat dan akan pindah ke kota Nositisen.

Sekarang, Sakana adalah Ikan resmi milik Ana dan Ana adalah satu-satunya orang di rumah itu yang bisa mengklaim bahwa Sakana adalah hewan peliharaan pribadinya.

Karena itulah nama panjang Sakana tidak menggunakan Lenkov, tetapi Sakana Nastasia. Walaupun Ana tidak tahu jenis kelamin Sakana, tetapi Ana punya prinsip bahwa Sakana adalah betina.

"Na, nanti, aku akan seperti apa, ya?" Tanpa mengalihkan pandangannya dari buku, dia bertanya kepada Sakana.

Jelas bahwa Sakana tidak dapat membalas perkataannya. Dia hanyalah seekor Ikan yang kerjaannya berenang dan makan.

Kini, dia melirik kearah Sakana yang tengah mondar-mandir ke sana dan kemari untuk menunjukkan eksistensinya sebagai makhluk hidup.

"Apakah aku akan menjadi seorang detektif? Seorang dokter? Atau bahkan ... tukang gali kubur?"

Tubuh Ana menghadap kearah akuarium kecil di samping tempat tidurnya, tempat bermain Sakana. Hanya ada bebatuan dan tanaman hias di situ, tidak ada Ikan lain.

Sakana merepresentasikan perasaan Ana yang selalu merasa sendiri, walau hidup di lingkungan yang ramai.

"Tukang gali kubur memang pekerjaan yang baik, tetapi aku tak mau mengambil risiko kalau orang itu bangkit lagi,"

Ana mengalihkan pandangannya kecut. "Bisa-bisa aku ditodong suntikan berisi Euthanasia."

Dia mengerjap. Dalam kamarnya juga terdapat sebuah kaktus kecil yang dia panggil Yika.

Memang, Anastasia kalau tidak sadis, ya gila.

Seringkali dia berbicara dengan dua makhluk hidup kesayangannya itu. Selain mengasyikkan karena tak perlu berharap respon positif atau mendapatkan respon negatif, berbicara dengan mereka juga dapat diakhiri kapan saja.

Mata yang sudah lelah semakin memaksanya untuk tidur, dan Ana menuruti keinginan dari hati kecilnya. Bagaimanapun juga, Ana tidak suka menyiksa dirinya sendiri.

Melepaskan kacamata, menggerai rambut dan bersiap untuk tidur. Bahkan dia sudah berada di dalam selimutnya.

Tok, tok, tok!

Ah, sialan! Siapa yang berani-beraninya mengganggu jam tidur seorang Ana?

"Anastasia, kau sudah tidur?"

Aha,

Radislav. Entahlah, walau Ana jengkel padanya karena perilaku menyimpangnya, Ana juga berpendapat bahwa Radislav pilih kasih dan hanya mengutamakan dirinya.

Menurutnya, Iriana kurang mendapatkan peran asuh dari Radislav. Biarlah Iriana mendapatkan kehidupan yang layak,

Dia tidak mendapat kasih sayang juga tidak masalah, asalkan Iriana hidup dengan penuh keceriaan.

Tanpa persetujuan Ana, Radislav memutar kenop pintunya. Di sana berdiri sosok pria yang masih berumur 36 tahun, berperawakan tinggi dan memiliki bulu di sekitar wajahnya. Untuk hitungan pria yang mulai menua, dia dapat dikategorikan tampan.

Apakah ini masakannya? Kalau begitu, Ana akan menolak untuk memakan makanan itu. Dia sudah mendedikasikan Ikan bakar tersebut untuk anggota keluarga Lenkov yang lain, bukan untuk dia sendiri.

Ana tidak melakukan diet, apalagi diet ekstrem. Dia hanya makan semaunya saja. Sangat tidak sehat, bukan? Itulah mengapa dia sangat lesu dan terlihat seperti orang yang setengah mati.

"Makanlah. Ayah tahu, kamu belum makan dari tadi sore."

Radislav menyodorkan sepiring Ikan bakar besar yang sudah diolesi bumbu khas turun temurun dari keluarga Frederic yang menggunakan rempah-rempah.

"Aku sudah makan. Berarti, Ayah tidak tahu." Tidak, ini hanyalah akal-akalan Ana untuk menghindari perjamuan mendadak ini.

Dia tahu, bahwa makanan akan tetap tercerna walau sedang tidur. Tetapi, dia tidak suka melakukannya sebelum tidur, karena dia akan merasa sangat kenyang dan tidak bisa fokus membaca buku.

"Apa kau pernah mendengar cerita tentang anak yang dikutuk menjadi Ikan Pari karena tidak taat pada orangtuanya?" Radislav menunjuk kearah buku-buku di atas meja Ana. Padahal, Ana tidak memiliki buku dongeng yang seperti itu.

"Apakah makanan yang kau sodorkan berasal dari anak itu?"

"Kurang lebih, sepertinya."

Radislav meletakkan Ikan bakar tersebut di atas meja. Percuma berdebat dengan Ana, pria itu tidak akan pernah selesai—bahkan dengan putrinya sendiri.

Dia keluar dari kamar Ana, memutar kembali kenop tersebut seperti sedia kala. Sementara Ana tidak peduli mengenai hal itu. Dia bangkit dan mengambil secuil daging Ikan bakar tersebut dan memakannya.

"Ternyata, aku pintar memasak. Sekarang, aku merasa sebagai seorang Cinderella,"

Dia mengambil secuil Ikan kembali, dan memakannya sembari bergumam pelan. "Kapan aku bisa menemui cinta sejatiku?"

"Oh, Anastasia, lagipula, sejak kapan kau percaya dengan keberadaan hal bodoh bernama cinta?"

Hanya beberapa suap, dia merasa penuh. Mungkin, karena dia hanya mengonsumsi sedikit?

Sedikit saja kisah Ana sebelum tidur. Baiklah, ini waktunya untuk memejamkan matamu.

Waktunya tidur, Ana!

 

Langkah kaki mendominasi ruangan itu. Bukan di sebuah pertemuan mewah, tetapi hanyalah di sebuah prjalanan menuju dapur.

Keluarga Lenkov sudah menjemput mimpi sedari tadi. Hanya saja, orang yang satu ini beda lagi.

Dia terlihat sama, tetapi beda.

Mengerti, kan?

Saat ini, dia berada di depan kulkas. Ada di sana, menggeser pintunya. Matanya menerawang mencari sesuatu yang merupakan bagian dari tujuannya.

Aha, garam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!