Episode 2 Dasar Perawat Gemuk

“Saya sudah baik-baik saja, bisakah saya pulang?”

Itu, dan itu, terus yang diucapkannya tiap kami bertemu. Saat ini aku lagi berada di depan hidungnya. Biasa, melakukan rutinitasku mengurusinya. Aku nggak menghiraukan, bosan! Lagian, kenapa dia minta padaku? Kenapa nggak ke dokter? Dia kan tahu aku nggak punya wewenang tersebut, aneh!

Aku memeriksa denyut nadinya, dan mencatatnya di kertas laporan. Dia bangun dari ranjang menatapku tajam.

“Hei, Anda punya kuping nggak?”

Aku bergerak mengambil obat, dan peralatan yang menunjang kebutuhanku untuk mengobatinya. Di rak obat beroda yang kubawa, yang kuparkir di sebelah ranjangnya. Aku duduk di sampingnya. Mendorong tubuhnya secara perlahan biar dia berbaring. Biar aku mudah mengerjai lukanya. Secara hati-hati aku membuka perban di depanku. Jarak wajah kami sangat dekat. Pandangannya tetap tidak berubah penuh kilatan amarah.

“Hei, Anda tuli ya?!”

".........."

"Hei, Anda dengar tidak?"

Karena aku terus diam saja, akhirnya dia hanya melototinku saja. Setelah selesai dengan apa yang kukerjai. Aku baru buka suara.

“Luka Anda sudah mulai mengering. Tapi biar bagaimanapun kondisi Anda belum pulih. Istirahatlah...,” ucapku tenang.

Segera aku bangkit dari ranjang, membereskan bekas kain kasa yang habis kubongkar di dadanya untuk mengganti yang baru, dan beberapa obat, juga peralatan lain yang telah kupakai. Semua masuk ke rak. Pria itu buang nafas kasar setelah aku merapihkan semua itu dan berlalu.

Kenapa dia keki begitu? Karena telah beberapa kali dia melakukan percobaan kabur, tapi ternyata tak mudah menghadapiku. Karena aku melakukan pelbagai cara untuk menahannya. Apa lagi terakhir, aku mengancamnya akan berhenti kerja dari tempat ini karena aku sudah gagal mengurus pasienku sampai sembuh hehe... Biarin saja dia mikir apa. Pria dengan predikat tentara tentu punya beribu cara. Aku juga harus punya taktik, meski ideku lebay.

Habis, bayangankan saja! Terakhir dia mau kabur dengan membongkar sperai, sarung bantal dan guling. Sperai itu dirobeknya panjang-panjang, diikatnya semua bersamaan bantal dan guling. Alhasil, ujung ikatan kain yang dibuatnya diikatnya ke jendela. Sisanya, di lemparnya menjuntai ke bawah. Kamar inapnya berada di lantai 3. Untunglah pas kejadian itu bertepatan aku datang. Kalau tidak, dia sudah berhasil lolos.

Sepanjang pagi dan siang ini dia tampak baik. Tiap aku periksa dan beri obat, selalu bilang 'terima kasih'. Mungkin otaknya sudah jernih, atau gara-gara memikirkan ancamanku yang lebay itu. Sorenya, dia bilang ingin duduk di taman. Katanya, bosan kelamaan di kamar. Memang, gara-gara keributan yang terjadi diantara kami. Aku hanya datang merawatnya. Selebihnya, aku mengawasinya, tidak pernah sekalipun mengajaknya jalan-jalan keluar kamar.

Sambil mendorong tiang infus, aku menuntutnya. Sesampai di sana, aku membantunya duduk di bangku taman, aku menyusul duduk di sebelahnya. Tiang infus kuparkirkan diantara kami. Dia melihat-lihat pemandangan. Aku curi-curi mata melihatnya. Senang dia seperti ini, seperti kucing penurut.

Saat aku sedang menemaninya, dari kejauhan rekanku memanggilku, mengatakan dokter sedang mencariku. Setelahnya, rekanku pergi. Yang mencariku itu merupakan dokter ortopedi yang menangani sakit pria di sebelahku ini. Aku bingung mau pergi, bagaimana nanti dia balik ke kamar?

“Pergilah...,” katanya. Tentu, dia turut mendengar.

“Anda bisa?”

Dia tersenyum. “Hanya mendorong tiang infus saja, masa saya nggak bisa?”

Ya! Masa nggak bisa?! Ah, aku terlalu khawatir. Akhirnya kuputuskan pergi. Rupanya sikap penurutnya itu hanya akal-akalannya saja, biar dia bisa kembali kabur ketika aku lengah. Aku memang sejak kejadian terakhir itu semakin super ekstra memantaunya. Aku terkesiap, ketika seorang security menggedor pintu datang memberi laporan, dimana aku dan dokter sedang berbicara di dalam.

Tok! Tok! Tok!

“Masuk!” teriak dokter untuk orang berada di luar.

“Lapor Dok! Pasien itu kabur lagi!” Seorang pria berkisar usia 40 tahun, berdiri di pintu dengan raut wajah panik.

Ya... itu, itu... Siapa lagi kalau bukan dia satu-satunya pasien yang selalu bikin susah seisi rumah sakit. Karena bukan hanya aku, dokter, juga security. Semua yang bekerja di rumah sakit ini, jika ada waktu senggang pasti pada sibuk membantu mencarinya.

“Apa?!” kaget dokter berdiri, begitu pula aku.

Kami berdua panik berhambur keluar. Security bilang dia sudah berada di luar area rumah sakit. Dokter menyarankan kami berpencar. Aku segera mengambil langkah sendiri memasuki pemukiman penduduk. Rumah sakit tempat kerjaku berdampingan dengan rumah penduduk.

Aku berlari ke sana-sini disemua gang tapi sosoknya tidak kutemukan. Aku sudah tak perduli lagi hak sepatuku yang patah, hingga luka di telapak kakiku. Akibat lari tak hati-hati, dan tergesa-gesa. Kakiku jadi terkena serpihan beling.

Aku yakin dia masih sekitaran sini. Nggak mungkin dia pergi jauh. Karena dia tidak punya uang sepeserpun. Ya, kecuali, kalau dia mencuri motor ya... Ya! Pasti dia lihai mengutak-atik motor nggak berkunci. Tak perlu diragukan lagi itu jika kita bicara latar belakangnya.

Aku melihatnya, dia sedang menyeberang jalan. Aku berlari cepat, diiringi berteriak sekeras-kerasnya buat menghentikan langkahnya.

Mobil berdecit.

Ciiiiiit...

Dia menoleh, terkejut aku berada di tengah-tengah jalan. Dikelilingi mobil yang salah satu hampir menabrakku. Dia memutar haluan langkahnya menghampiri aku.

“Apa Anda sudah gila?!” kesalnya.

“Ya, saya sudah gila!” rutukku.

Semua mobil memainkan klakson menandakan agar kami segera pergi dari sana. Kami pun pindah lokasi menepi di pinggir jalan. Namun baru saja langkah kami berhenti, dia lanjut mengumpat.

“Apa susahnya Anda melepas saya? Apa untungnya saya dibawah terus perawatan Anda? Kenapa saya harus sembuh total baru bisa pergi?! Lihatlah... Saya sudah sembuh! Dan baik-baik saja! Sembuh total seperti apa yang Anda maksud?! Jadi, tunggu apa lagi...?!”

“Menurut Anda, menurut kami tidak.”

“Apanya yang tidak?”

“Anda hanya orang awam nggak tahu apa-apa tentang medis. Memang tampak didepan baik tapi tidak didalam.”

“Cih! Mau didepan kek, didalam kek, bagi saya sudah sembuh!”

“Itu bagi Anda, bagi kami tidak.”

“Cih! Dasar perawat keras kepala!”

“Terserah Anda mau ngatain saya apa, sekarang kembalilah..."

Dia makin geram. “Dasar perawat gemuk!”

Hah?! Apa? Gemuk?! Kupingku nggak salah dengar, 'kan? Tidak, tidak. Sumpah! Dia ngatain aku begitu. Baru kali ini aku dengar. Ada sih pasien yang mulutnya tajam namun nggak pernah menyerang ke fisik. Memang aku terlalu displin, tapi kan itu sudah kewajibanku. Lagi pula, untuk saat ini, itu semua karena ulahnya.

Lagian juga, kurasa nggak ada satupun pasien di Dunia ini bicara kasar dengan perawatnya. Mau itu perawatnya bawel, gak ada senyum, angkuh, maupun modelan kayak aku. Tapi ini, ckckck... Sulit dipercaya! Apa lagi yang bicara begini seorang tentara...?? Wow... banget, 'kan?

Apa dia sudah diubun-ubun ya, karena tak pernah berhasil kabur dari aku jadi perkataannya lolos begitu saja? Apa lagi dia seorang tentara mungkin harga dirinya serasa diinjak-injak selalu kalah dari aku. Kalau alasan itu, aku dapat memaklumi. Terlihat sih dia berbicara dengan raut muka luar biasa emosi.

“Ya, saya perawat gemuk! Perawat keras kepala! Perawat yang waktunya tidak ada habis-habisnya memantau Anda. Mengamati Anda, menjaga Anda, biar Anda tidak kabur dari rumah sakit! Puas?... Sekarang, baliklah. Jika Anda nggak ingin dengar saya menjerit sekeras-kerasnya mengatakan ke semua orang bahwa Anda pasien gila yang kabur dari rumah sakit! Lalu meminta bantuan orang-orang untuk menggiring Anda ke rumah sakit, maka patuhlah!”

Seketika dia melotot. Siapa yang bakal nggak percaya kalau aku bilang begitu? Aku memakai seragam suster, tentu saja dia memakai seragam pasien. Bola matanya saat ini seperti ingin keluar dari tempatnya. Merah, meraaah sekali... Tanpa bicara dia langsung balik badan berjalan pergi. Aku mengikutinya di belakang. Hehe... Kalah lagi, 'kan?

Terpopuler

Comments

erna sutiyana

erna sutiyana

segemuk apa sih mbak perawat ny

2021-05-21

0

Lina Susilo

Lina Susilo

menarik

2021-03-07

0

Nia Purwakantina

Nia Purwakantina

ngikutin cerita descendant of the sun ya

2020-05-11

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Pasien Menyebalkan
2 Episode 2 Dasar Perawat Gemuk
3 Episode 3 Minta Maaf
4 Episode 4 Kapten?
5 Episode 5 Ditembak, Dilamar, Putus!
6 Episode 6 Kesepakatan
7 Episode 7 Kenapa Kris Tidak Mengabari?
8 Episode 8 Kan AKu Mau Ikut... T_T
9 Episode 9 Jalan Lagi?
10 Episode 10 Kenapa Tidak Diberi tahu part. 2
11 Episode 11 Kamu Harus Sadar Posisimu!
12 Episode 12 Menunjukkan Bisa-nya...
13 Episode 13 Gemuk Juga Dijemput
14 Episode 14 Wanita Lain? Pria Lain?
15 Episode 15 Provokasi Lagi
16 Episode 16 Diajak
17 Episode 17 Kemenangan Setitik
18 Episode 18 Pertemuan Pertama
19 Episode 19 Dikerjai
20 Episode 20 Rena Mencuri Waktu Kris
21 Episode 21 Pertemuan Tidak Terduga
22 Episode 22 Judulnya Sakit
23 Episode 23 Rubah Datang
24 Episode 24 Perpisahan
25 Episode 25 Lawan Jauh Tak Setara
26 Episode 26 Petuah Bijak
27 Episode 27 Ketemu Wanita Itu
28 Episode 28 Menghabiskan Malam Bersama 1
29 Episode 29 Menghabiskan Malam Bersama 2
30 Episode 30 Menghabiskan Malam Bersama 3
31 Episode 31 Menghabiskan Malam Bersama 4
32 Episode 32 Menghabiskan Malam Bersama 5
33 Episode 33 Dihampiri Wanita Itu
34 Episode 34 Tak Disangka
35 Episode 35 Dewi Sakit?
36 Episode 36 Dewi Jelek
37 Episode 37 Calon Mertua Yang Heboh
38 Episode 38 Membangun Kembali Kedekatan
39 Episode 39 Tingkat Kesetiaan
40 Episode 40 Tarzan Kota
41 Episode 41 Dewi... Oh, Dewi...
42 Episode 42 Kris Tidak Datang
43 Episode 43 Kenapa Kris Jadi Marah?
44 Episode 44 Lusa Tetap Datang
45 Episode 45 Cincin Masih Tersimpan
46 Episode 46 Pengganggu Ikut
47 Episode 47 Muka Tembok Geram
48 Episode 48 Nanti Dapat Bantuan Dari Kia
49 Episode 49 Shift Malam Yang Menyenangkan 1
50 Episode 50 Shift Malam Yang Menyenangkan 2
51 Episode 51 Ke Surabaya
52 Episode 52 Pergi Ketemu Tasya
53 Episode 53 Obrolan Group Wanita Dan Pria
54 Episode 54 Kenapa Semakin Tak Berperasaan
55 Episode 55 Mood Yang Berubah-Ubah
56 Episode 56 Buket Bunga
57 Episode 57 Rubah Bersiap-Siap
58 Episode 58 Janji
59 Episode 59 Rena VS Laras
60 Episode 60 Lanjutan Keributan
61 Episode 61 Ke Pertemuan Kawan-Kawan Lama Kris
62 Episode 62 Malam Minggu Kelabu
63 Episode 63 Rena Dapat Bunga Dari Kris
64 Episode 64 Ungkapan Hati Rena
65 Episode 65 Ibu Dewi Menyinggung Pernikahan
66 Episode 66 Dewi Sadar
67 Episode 67 Pupus
68 Episode 68 Ayahnya Bicara
69 Episode 69 Bergegas Menemui Penakluk Laut
70 Episode 70 Saling Bicara
71 Episode 71 Pertempuran 1
72 Episode 72 Pertempuran 2
73 Episode 73 Bersama
74 PRAKATA DARI AUTHOR
75 Episode 74 Extra Part
76 Episode 75 Extra Part Tambahan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Episode 1 Pasien Menyebalkan
2
Episode 2 Dasar Perawat Gemuk
3
Episode 3 Minta Maaf
4
Episode 4 Kapten?
5
Episode 5 Ditembak, Dilamar, Putus!
6
Episode 6 Kesepakatan
7
Episode 7 Kenapa Kris Tidak Mengabari?
8
Episode 8 Kan AKu Mau Ikut... T_T
9
Episode 9 Jalan Lagi?
10
Episode 10 Kenapa Tidak Diberi tahu part. 2
11
Episode 11 Kamu Harus Sadar Posisimu!
12
Episode 12 Menunjukkan Bisa-nya...
13
Episode 13 Gemuk Juga Dijemput
14
Episode 14 Wanita Lain? Pria Lain?
15
Episode 15 Provokasi Lagi
16
Episode 16 Diajak
17
Episode 17 Kemenangan Setitik
18
Episode 18 Pertemuan Pertama
19
Episode 19 Dikerjai
20
Episode 20 Rena Mencuri Waktu Kris
21
Episode 21 Pertemuan Tidak Terduga
22
Episode 22 Judulnya Sakit
23
Episode 23 Rubah Datang
24
Episode 24 Perpisahan
25
Episode 25 Lawan Jauh Tak Setara
26
Episode 26 Petuah Bijak
27
Episode 27 Ketemu Wanita Itu
28
Episode 28 Menghabiskan Malam Bersama 1
29
Episode 29 Menghabiskan Malam Bersama 2
30
Episode 30 Menghabiskan Malam Bersama 3
31
Episode 31 Menghabiskan Malam Bersama 4
32
Episode 32 Menghabiskan Malam Bersama 5
33
Episode 33 Dihampiri Wanita Itu
34
Episode 34 Tak Disangka
35
Episode 35 Dewi Sakit?
36
Episode 36 Dewi Jelek
37
Episode 37 Calon Mertua Yang Heboh
38
Episode 38 Membangun Kembali Kedekatan
39
Episode 39 Tingkat Kesetiaan
40
Episode 40 Tarzan Kota
41
Episode 41 Dewi... Oh, Dewi...
42
Episode 42 Kris Tidak Datang
43
Episode 43 Kenapa Kris Jadi Marah?
44
Episode 44 Lusa Tetap Datang
45
Episode 45 Cincin Masih Tersimpan
46
Episode 46 Pengganggu Ikut
47
Episode 47 Muka Tembok Geram
48
Episode 48 Nanti Dapat Bantuan Dari Kia
49
Episode 49 Shift Malam Yang Menyenangkan 1
50
Episode 50 Shift Malam Yang Menyenangkan 2
51
Episode 51 Ke Surabaya
52
Episode 52 Pergi Ketemu Tasya
53
Episode 53 Obrolan Group Wanita Dan Pria
54
Episode 54 Kenapa Semakin Tak Berperasaan
55
Episode 55 Mood Yang Berubah-Ubah
56
Episode 56 Buket Bunga
57
Episode 57 Rubah Bersiap-Siap
58
Episode 58 Janji
59
Episode 59 Rena VS Laras
60
Episode 60 Lanjutan Keributan
61
Episode 61 Ke Pertemuan Kawan-Kawan Lama Kris
62
Episode 62 Malam Minggu Kelabu
63
Episode 63 Rena Dapat Bunga Dari Kris
64
Episode 64 Ungkapan Hati Rena
65
Episode 65 Ibu Dewi Menyinggung Pernikahan
66
Episode 66 Dewi Sadar
67
Episode 67 Pupus
68
Episode 68 Ayahnya Bicara
69
Episode 69 Bergegas Menemui Penakluk Laut
70
Episode 70 Saling Bicara
71
Episode 71 Pertempuran 1
72
Episode 72 Pertempuran 2
73
Episode 73 Bersama
74
PRAKATA DARI AUTHOR
75
Episode 74 Extra Part
76
Episode 75 Extra Part Tambahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!