Di tempat lain tepatnya di kamar Adrian dan Tiara, pasangan suami istri itu terlihat bersantai sembari menonton televisi. Tiara mulai menceritakan apa yang terjadi saat dia membawa Renata pada Arya. Bagaimana gadis itu meladeni ucapan sarkas putra mereka.
Adrian sontak tertawa mendengar cerita istrinya.
"Sepertinya dia sudah menemukan lawannya, Sayang," ucap Adrian di sela-sela tawanya.
"Aku juga pikirnya begitu, Sayang," Tiara menimpali ucapan suaminya.
Keheningan untuk sejenak tercipta di antara pasangan suami istri paruh baya itu. Tiara berkali-kali melirik ke arah suaminya, seperti ada hal yang sangat ingin dibicarakan oleh wanita itu.
"Kenapa, Sayang? apa ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?" tanya Adrian, menyadari lirikan istrinya.
"Emm, Sayang ... sebenarnya aku ada sebuah ide. Sedikit gila memang, tapi aku harap kamu setuju dengan ideku ini."
Adrian langsung mematikan televisi dan menatap ke arah istrinya. Begitulah pria itu, ketika sang istri sedang ingin serius berbicara, tanpa berpikir panjang dia akan menghentikan aktivitasnya dan fokus mendengar sang istri.
"Ya udah, sekarang kamu jelaskan dulu apa ide kamu, baru aku bisa pikirkankan aku setuju atau tidak," Adrian menatap istrinya dengan serius.
"Emm, begini Sayang, bagaimana kalau kita meminta Renata menikah dengan Arya? karena menurutku gadis seperti Renata lah yang cocok pada putra kita,"
Mata Adrian membesar, terkesiap kaget mendengar ide gila dari istrinya itu. Kemudian, pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya, berarti pria itu kurang setuju dengan ide itu.
"Sayang, kamu jangan gila! pernikahan itu bukan hal main-main. Harus didasari dengan cinta. Mereka berdua sama sekali tidak saling mencintai, dan seperti yang kamu katakan tadi, kalau mereka selalu berdebat. Jadi, hentikan pemikiran kamu untuk menikahkan mereka!"
Tiara mengerucutkan bibirnya, merasa kesal mendengar penolakan Adrian suaminya.
"Sayang, tapi feeling aku mengatakan kalau mereka nantinya akan bisa saling jatuh cinta. Lagian, menurutku hanya ini jalan satu-satunya agar bisa membuat Arya melupakan Salena. Aku sangat yakin kalau Renata akan mampu membuat putra kita jatuh cinta padanya," Tiara tetap kekeuh dengan ide gilanya.
"No, No, No, Sayang. Kalau kamu meminta mereka berdua menikah, itu sama saja dengan pemaksaan. Kalau apa yang kamu yakini tadi, itu tidak benar bagaimana? kalau nantiny, Renata selalu makan hati karena sikap kasar Arya bagaimana? itu akan jadi beban buat kita nantinya, Sayang. Secara tidak langsung kita sudah merengut kebahagian gadis itu. Kamu tahu sendiri Arya mencintai Salena sudah cukup lama, pastilah sulit baginya untuk mencintai gadis lain. Jadi, tolong kamu singkirkan pikiranmu yang ingin menikahkan mereka!" tegas Adrian.
"Aku tidak mau! pokoknya aku mau tetap menjadikan Renata menantu kita. Sekarang dia itu perawat pribadi Arya, jadi pastinya Renata akan banyak menghabiskan waktu di kamar putra kita. Aku tidak mau nantinya Arya khilaf, melakukan sesuatu pada Renata, saking seringnya mereka berdua dalam satu ruangan. Jadi sebelum hal itu terjadi, sebaiknya kita nikahkan mereka!" Tiara mulai mencari alasan lainnya demi agar suaminya menyetujui idenya.
Adrian tersenyum tipis. Dia tahu benar kalau sang istri sekarang sedang berusaha mencari-cari alasan.
"Sayang, kamu lupa kalau putra kita lumpuh? jadi apa yang kamu pikirkan itu tidak akan mungkin terjadi,"
"Yang lumpuh itu kakinya. Kalau perkututnya kan masih normal? Dia tetap pria normal yang memiliki hasrat," sahut Tiara tidak mau kalah.
"Tapi__"
" Tidak ada tapi-tapi! pokoknya kamu harus setuju dan mendukungku! kamu harus percaya dengan apa yang istrimu yakini. Percayalah, kalau Renata pasti mampu membuat Arya jatuh cinta. Kalau pun nanti yang kamu takutkan itu terjadi, aku akan bertanggung jawab atas hidup Renata. Aku akan mengangkat dia jadi putri kita dan memberikan sebagian harta kita padanya,"
Adrian menghela napasnya dengan berat. Mendengar ucapan tegas istrinya, Adrian merasa tidak ada gunanya lagi untuk mendebat sang istri.
"Baiklah, kalau memang itu maumu, Sayang. Aku akan tetap mendukungmu. Mudah-mudahan apa yang kamu yakini itu benar-benar terjadi nantinya." Pungkas Adrian akhirnya, mengalah.
" Sekarang, yang jadi masalah, bagaimana caranya kamu membuat mereka berdua setuju untuk menikah? pasti Arya akan menolak keras," imbuhnya.
"Kalau urusan Arya, serahkan padaku, Sayang. Aku yakin kalau dia nanti pasti akan bersedia," ucap Tiara dengan senyum misterius.
"Bagaimana dengan Renata? jangan bilang kamu memintanya menikah dengan memanfaatkan kondisi penyakit mamanya? kamu membuat dia setuju menikah dengan menjanjikan kalau pengobataan mamanya kita yang tanggung. Kamu tidak akan melakukan hal seperti itu kan, Sayang?"
Tiara cengengesan memamerkan deretan giginya yang tertata rapi. Melihat ekspresi istrinya itu, Adrian sudah bisa menarik kesimpulan kalau memang istrinya itu akan menggunakan cara seperti yang dia katakan tadi.
"Sayangnya, memang aku ingin menggunakan cara itu, Sayang. Tapi, aku tambah satu lagi, aku juga akan menawarkan, kalau kita akan membiayai pendidikan adiknya sampai kuliah. Bagaimana, Sayang? kamu setuju kan?" Tiara mengerjab-erjabkan matanya merayu sang suami.
"Emangnya persetujuanku masih dibutuhkan? apa kalau aku mengatakan kalau aku tidak setuju kamu mau dengar? tidak kan? jadi, terserah kamu sajalah! aku tinggal mendukungmu saja," pungkas Adrian, pasrah.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Hei, gadis sialan, aku sudah selesai! kamu masuk bersihkan bekas pup ku!" teriak Arya dari dalam kamar mandi. Padahal pria itu sebenarnya sama sekali tidak. BAB.
Tidak terdengar sahutan sama sekali dari Renata, hingga membuat kening Arya berkerut bingung.
"Hei, gadis sialan! kamu dengar aku tidak? kamu buruan masuk ke dalam!" teriak Arya lagi dan lagi-lagi Renata tidak memberikan respon sama sekali dari luar sana.
"Hei, Renata, kamu mendengarku atau tidak?" Arya mulai kehilangan kesabaran.
"Iya, kamu memanggilku?" akhirnya Renata mau memberikan respon.
"Jadi kamu pikir aku memanggil siapa? Yang jadi perawatku kan kamu!" Arya berusaha menahan kegeramannya.
"Kamu memanggil gadis sialan kan? itu bukan namaku. Jadi, aku tidak merasa kalau kamu memanggilku.Kalau tadi, aku menyahut, itu sama saja, aku setuju kalau aku gadis sialan. Kalau sudah begitu, kasihan mamaku yang sudah memberikan nama bagus yang disertai dengan doa, kamu malah seenaknya mengganti jadi gadis sialan," tutur Renata yang tentu saja masih berdiri di depan kamar mandi.
"Arghhhh, kamu jangan bicara! sekarang cepat masuk dan lakukan perintahku yang tadi!" titah Arya .
"Bukannya kamu masih punya tangan? kenapa kamu tidak mengunakakan tanganmu?" Renata memberanikan diri untuk menolak.
"Jadi gunanya kamu apa?bukannya kamu itu perawat pribadiku? jadi sudah jadi tugasmu membantu apa pun yang aku perintahkan. Masuk sekarang!" titah Arya dengan tegas tak terbantahkan.
"Dasar pria menyebalkan!" umpat Renata sembari membuka pintu dengan perlahan.
Wanita itu masuk dengan mata yang terpejam, karena merasa kalau Arya dengan posisi membuka celana.
"Buka matamu! kalau kamu tutup mata, bagaimana bisa kamu membersihkan bekas kotorannya dengan bersih?" Arya tersenyum licik.
"Bagaimana aku mau membersihkan kalau kamu buka celana? kamu mau aku melihatnya?" Renata masih setia menutup matanya.
"Apa salahnya kamu melihatnya? kamu menyentuhnya juga tidak apa-apa! ayo lakukan! kamu itu harus profesional. Bagaimana? apa kamu takut? mas kaya begitu saja takut. Di mana sikap menatangmu tadi? masa sekarang kamu berubah jadi pengecut!"tantang Arya masih dengan senyum licik di sudut bibirnya. "Rasakan kamu! aku yakin setelah ini kamu akan menyerah dan memutuskan untuk pergi!" batin Arya, menatap sinis ke arah Renata yang masih setia memejamkan matanya.
Mendengar ucapan Arya yang seakan sedang mengejeknya, Renata pun benar-benar merasa tertantang. Wanita itu kemudian melangkah, hingga hampir tepat berdiri di depan pria yang sangat menyebalkan itu.
"Baik, kalau itu maumu, siapa takut! aku akan tetap melakukan perintahmu," dengan perlahan Renata membuka matanya, membuat Arya yang panik sendiri.
" Eh, apa yang kamu lakukan?" pekik Arya, hingga tanpa sadar mendorong tubuh Renata.
Renata yang berusaha untuk menahan diri untuk tidak jatuh ke belakang, justru malah jadi terjerembab ke tubuh Arya.
"Hei, apa yang kalian berdua lakukan?" pekik Tiara yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Lisa Halik
begitu pula
2024-09-12
0
Ita Mariyanti
ws Bu Tiara....srh merid ae mreka d kena gep gt 😂😂
2024-06-29
0
Eity setyowati
waduh bakalan langsung dinikahkan ini
2024-03-09
1