Malam kini sudah menjelang, dan keluarga Adrian baru saja selesai makan malam. Kalau Adrian dan Tiara menghabiskan waktu untuk menonton di ruang TV, sebelum masuk ke dalam kamar. Sementara Renata dan Arya sudah kembali ke dalam kamar.
Arya sudah naik ke atas ranjang dan menyender di sandaran ranjang sembari memainkan ponselnya. sementara Renata ke kamar mandi untuk menggosok giginyanya.
Beberapa saat kemudian, tampak Renata keluar dari kamar mandi dan langsung naik ke atas ranjang.
"Hei, mau ngapain kamu? jangan bilang kalau kamu akan tidur di ranjang ini?" Arya mendelik tajam.
"Maksud kamu, aku akan tidur di mana?" Renata mengrenyitkan keningnya.
"Tuh ada sofa. Kamu tidur di sana?" Arya menunjuk ke arah sofa.
"Sofa itu diciptakan orang untuk diduduki bukan untuk tidur. Sementara ranjang diciptakan untuk ditiduri, jadi sebagai manusia yang menghargai pembuat ranjang ini, ya aku harus mempergunakannya sesuai dengan fungsinya, yaitu ditiduri,"
Arya kembali menggeram karena gadis yang usianya masih 19 tahun itu, sama sekali tidak merasa takut padanya.
"Arghhh!" Arya yang kehabisan kata-kata langsung berbaring, malas berdebat.
"Awas aja kalau nanti kamu peluk aku!" Arya masih sempat mengucapkannya.
Renata tidak peduli sama sekali, dia juga ikut berbaring di samping Arya.
Arya tiba-tiba tersenyum smirk karena tiba-tiba ada sebuah ide yang menyelinap ke kepalanya.
"Kamu tidak mau pergi dari ranjang ini, aku yang akan buat kamu pergi sendiri," bisik Arya pada dirinya sendiri.
Arya kemudian, tiba-tiba merentangkan tangannya, dan dengan sengaja meletakkan tangannya ke dada Renata dan bahkan hampir menyentuh dua benda kenyal di dada wanita itu.
Renata sontak saja menutup matanya sembari meringis. Namun, wanita itu tahu kalau apa yang dilakukan Arya barusan, adalah salah satu cara untuk membuat dia pergi.
"Enak saja, kamu mau mengusirku dari ranjang ini? kamu tidak akan pernah berhasil. Cara kamu ini tidak akan mempan untukku," Renata membatin sembari mengangkat kakinya dan meletakkan di atas barang keramat milik Arya, bahkan hampir menyentuhnya.
Arya seketika menggeram dan melirik Renata dengan tajam. Pria itu sama sekali tidak mau kalah. Pria itu pun duduk kembali, sehingga mau tidak mau kaki Renata benar-benar menyentuh bagian vital Arya. Namun Arya sama sekali tidak peduli.
"Astaga, kakiku benar-benar menyentuhnya," batin Renata dengan mata membesar.
Tanpa didasarinya, wajah Arya kini sudah berada persis di dekat wajah Renata, membuat mata Renata semakin membesar saking kagetnya.
"Kamu mau menantangku? apa kamu kira karena aku tidak bisa menggerakkan kakiku, yang lain juga tidak berguna? dia tentu saja masih bisa bekerja dengan normal," embusan napas Arya menyapu wajah Renata, sehingga membuat seluruh tubuh Renata, merinding.
Bau mint yang berasal dari mulut pria itu, menambah sensasi yang sulit untuk dideskripsikan oleh Renata.
Setelah terpaku untuk beberapa saat, Renta seketika tersadar dan kini balik menantang. Wanita itu malah semakin mendekatkan wajahnya, berharap Arya yang kalah dan menjauhkan wajahnya. Namun, harapan Renata meleset. Arya justru juga mendekatkan wajahnya, hingga hampir tidak ada jarak pada bibir keduanya.
"Bagaimana? apa kamu benar-benar siap sekarang? tinggal se inci lagi, Dan kalau sudah bersentuhan, aku tidak bisa menjamin kalau aku tidak akan meminta lebih," Arya kembali buka suara dengan mata yang mengerling, meledek.
Saking dekatnya, bau mint itu semakin terasa, membuat Renata seakan terhipnotis.
Sementara itu, Arya yang memang terlihat seakan sedang menantang, siapa tahu kalau ternyata pria itu sudah mulai hampir terhanyut melihat bibir Renata yang menantang, bahkan di bawah sana sudah mulai sedikit menggeliat.
"Sial, kenapa dia belum menyerah sih? kalau begini, bisa-bisa aku yang kalah," batin Arya.
Arya kemudian mulai meletakkan tangannya di atas perut Renata dan mulai meraba.
"Aaaaaa!" tindakan Arya itu membuat Renata kaget, sehingga dia mendorong tubuh Arya dengan kuat.
"Dasar me*sum!" pekik Renata sembari turun dari atas ranjang.
"Kenapa? kamu takut juga rupanya. Seperti yang kamu katakan tadi kalau untuk menghargai pembuat ranjang ini, harus dipakai sesuai fungsinya. Dan begitu juga dengan surat nikah. Agar surat nikah itu berfungsi ya kita harus melakukan kewajiban sebagai suami istri, benar kan?"
"Ihh aku nggak mau ... aku nggak mau!"Renata seketika bergidik dan meraih bantal dari atas ranjang.
"Kamu tidur saja sendiri di sini!" pungkas Renata sembari beranjak menuju sofa.
Sementara itu, Arya tersenyum puas dan kembali membaringkan tubuhnya.
"Akhirnya, aku berhasil menghalaumu dari sini!" sorak Arya sembari merentangkan tangannya.
Mendengar seruan Arya, membuat Renata merasa kembali tertantang. Wanita itu kembali berdiri dan mengayunkan kaki melangkah menuju ranjang.
"Kamu mengira aku sudah kalah. Tidak akan! Kalau kamu mau melakukannya denganku ya udah, Ayo!" Renata merangkak naik ke atas ranjang, membuat Arya panik.
"Kamu mau apa? jangan macam-macam!" pekik Arya.
Namun, Renata tiba-tiba mengurungkan niatnya, karena tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Renata akhirnya kembali turun dari atas ranjang dan Arya pun mengembuskan napas lega.
"Wah, dia benar-benar berbahaya!" batin Arya sembari mengelus-elus dadanya.
Renata meraih ponselnya dan melihat kalau ada nomor Rico sang adik sedang menghubunginya. Wajah Renata sontak panik dan Jantungnya juga berdetak dengan kencang, merasa takut ada sesuatu yang terjadi pada mamanya.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
MakBarudakh
Wkwkwk bener2 pada absurd mereka
2024-03-03
0
Edah J
prinsip Renata "loe jual gue beli"😁😁😁👍👍👍
2023-11-08
4
Yunita Yahya
🤣🤣🤣🤣 wahhh Renata semangat
2023-03-11
0