"Nih makanan kamu!" Renata memberikan bungkusan makanan ke tangan Arya dengan wajah cemberut.
"Yang sopan dong, ngasihnya!" cetus Arya. " Eh, kamu mau kemana?" sambung Arya lagi melihat Renata yang sepertinya ingin beranjak keluar.
" Mau, ke bawah lah. Aku mau masak makan siangku! kamu benar-benar tega hanya pesan satu saja," bibir Renata semakin mengerucut.
"Kalau kamu mau, kamu itu harusnya ngomong, jangan berlagak sok tidak mau!"
Renata kini memilih untuk menanggapi lagi. Ia hanya bisa berdecih dan memilih untuk pergi.
"Tunggu aku! aku mau makan di bawah saja" Renata yang nyaris pergi, terpaksa berhenti.
"Kenapa kamu tidak makan di sini saja? aku akan meminta Bibi mengantarkan minum untukmu," protes Renata.
"Terserah aku mau makan di mana. Aku mau di bawah ya di bawah, kamu jangan banyak protes. Kamu tidak punya hak untuk protes!"
Renata mengembuskan napasnya, berusaha untuk menahan rasa kesalnya. Dia tidak mau membuang energinya untuk mendebat pria itu lagi, karena sudah cukup banyak energinya terbuang terbuang hari ini.
Renata kemudian melangkah menghampiri Arya dan mendorong kursi roda suaminya itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari kini sudah berganti. Tampak meja makan sudah kembali diisi oleh keluarga Adrian.
Tidak terjadi pembicaraan di antara mereka ketika makan. Semuanya fokus pada makanan masing-masing.
Kini piring masing-masing sudah kosong pertanda semuanya sudah selesai makan.
"Arya kemarin mama sudah mencari pengganti Dokter Raka. Seperti yang kamu inginkan, mama sudah mencari dokter yang perempuan. Mama tidak mau kamu berubah lagi lagi hari ini!" Tiara mulai buka suara sembari menyeka sudut bibirnya menggunakan tissue.
"Kenapa bisa secepat itu, Ma?" raut wajah Arya terlihat tidak suka.
"Emangnya ada alasan kamu untuk menunda? hal baik tidak perlu ditunda-tunda!" Kali ini bukan Tiara yang menjawab melainkan Adrian papanya.
"Iya,Pa," sahut Arya singkat. Kalau sudah papanya yang buka suara, Adrian pasti akan sulit membantah ucapan papanya itu
Setelah menjawab papanya, Arya kemudian kembali menoleh ke arah Tiara mamanya.
"Ma, bisa tidak mama meminta dokternya saja yang datang ke sini?" nada bicara Arya terkesan sangat hati-hati.
"Tidak bisa!" tanpa berpikir panjang, Tiara langsung menjawab dengan tegas tanpa keraguan.
"Kenapa tidak bisa? aku pikir, dengan dia datang ke sini akan membuat waktu lebih efisien."
"Mama rasa akan sama saja. Karena kalau kamu melakukannya di rumah, kamu bisa saja semakin mengintimidasi dokter itu. Jadi mama sarankan, kamu dan Renata yang menemui dokter itu di tempat prakteknya,"
"Tapi, Ma, aku .... "
"Tidak ada tapi-tapi.Titik no debat!" pungkas Tiara tidak terbantahkan.
"Tapi aku takut, Ma! takut melewati jalanan yang penuh dengan mobil dan motor itu,"ucap Arya yang sayangnya hanya berani dia ucapkan dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Renata dan Arya kini sudah berada di tempat terapi Arya yang baru.
"Maaf, Mbak, Dokter Gina nya ada?" tanya Renata dengan sopan pada seorang wanita yang berpakaian seragam perawat.
"Ada, Mbak! apa Tuan ini yang namanya Arya?" tanya perawat itu balik dan Renata menganggukkan kepala.
"Oh, kalau begitu silakan ikuti saya aja, Mbak. Tuan Arya sudah ditunggu sama dokter Gina dari tadi!" perawat itu pun mulai melangkahkan kakinya dan Renata menyusul dari belanjaan, sembari mendorong kursi roda Arya.
Pria itu dari tadi tampak kebanyakan diam, sembari menundukkan raut wajah datarnya. Pria itu terlihat benar-benar kesal sekarang. Kenapa? karena akhirnya dia tahu kalau kartu nama dokter Raka yang sudah dia buang kemarin ternyata sudah ada di tangan Renata. Dia tahu, karena di mobil tadi Renata mendapat panggilan dari laki-laki yang tidak disukainya, semenjak pertama melihat dokter pria itu.
Dia juga bingung kenapa dia bisa-bisanya tidak menyukai pria itu, sementara pria itu sama sekali tidak pernah menyinggungnya. Namun, Arya selalu yakin dengan asumsinya sendiri kalau alasan dia tidak menyukai pria itu adalah karena dia menganggap dokter itu tidak profesional.
"Selamat siang, Tuan Arya! kenalkan, namaku Gina. Aku dokter yang akan membantu anda melakukan terapi," tanpa Arya sadari, ternyata mereka sudah berada di depan seorang dokter wanita yang cukup cantik dan masih muda.
Dokter itu terlihat melemparkan senyumnya yang paling manis, tapi Arya sama sekali tidak membalas sedikitpun.
"Aku Arya. Sekarang, bisa kita langsung saja terapinya?" tanya Arya tanpa basa-basi, membuat senyum dokter Gina itu langsung menyurut.
Namun, itu hanya sebentar saja. Agar terlihat professional, dokter Gina kembali mengukir senyuman manis di bibirnya.
"Baiklah, Tuan! mari kita mulai!" ucap dokter Gina masih tetap tersenyum.
Tanpa menyapa Renata, dokter Gina langsung meraih gagang kursi roda dari tangan Renata dan bersiap mendorong kursi roda itu.
"Stop!"ucap Arya tiba-tiba, membuat dokter Gina menghentikan langkahnya dan mengrenyitkan keningnya.
"Ada apa Tuan Arya?" tanya dokter Gina.
"Apa anda tidak melihat wanita yang datang bersamaku sampai-sampai kamu main ambil saja kursi rodaku dari tangannya tanpa izin?" suara Arya terdengar sangat dingin, membuat tenggorokan dokter Gina tercekat sehingga membuat dia sulit untuk menelan ludahnya sendiri.
"Oh, Maaf!" sahut dokter Gina gugup.
"Kamu jangan minta maaf padaku, tapi minta maaf padanya!" aura Arya terdengar semakin dingin. Sementara itu, ada rasa hangat yang timbul di hati Renata, melihat reaksi suaminya yang sepertinya merasa tidak suka kalau kehadirannya dianggap seperti tidak ada, oleh orang lain. "Benar kata mama Tiara, kalau di balik sikap dan kata-katanya yang selalu pedas, dia ternyata adalah orang yang peduli," bisik Renata pada dirinya sendiri.
"Maaf, Nona ...." dokter Gina menggantung ucapannya, karena jujur saja dia sama sekali tidak tahu nama gadis yang bersama Arya. Dia hanya yakin kalau yang datang bersama Arya itu adalah hanya perawat pribadi pria itu saja.
"Renata! panggil saja aku Renata!" akhirnya untuk pertama kali Renata buka mulut di depan dokter itu.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ahsin
sekolah tinggi tp gak ada etika percuma..
2024-03-10
0
kezia desta
pendidikan tinggi tapi sopan santun n adab ga ada sungguh percuma
2023-11-29
1
Edah J
Sopan santun itu sangatlah diperlukan untuk sesama Dr GINA😉
2023-11-09
2