Renata kini sudah berdiri di depan pintu kamar yang sedang tertutup bersama dengan Tiara.
Wajah Renata terlihat tenang, tapi tidak dengan hatinya. Kalau telinga didekatkan ke dada wanita itu, pasti bisa terdengar jelas bunyi jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat dari detak jantung normal.
Tiara mengetuk pintu dengan perlahan, namun tidak terdengar sahutan dari dalam sana. Wanita paruh baya itu pun kemudian membuka pintu dengan perlahan, yang memang sengaja tidak dikunci dari dalam.
"Ayo, masuk Nak Renata!" Renata menganggukkan kepalanya, dan berjalan menyusul Tiara dari belakang.
Kamar terlihat kosong, tidak tampak seorangpun.
"Kok bisa kosong? di mana anak Tante Tiara? atau jangan-jangan, anaknya itu tiba-tiba bisa berjalan? aduh kalau begitu, aku tidak dibutuhkan lagi, dong," batin Renata,mulai berasumsi negatif.
"Dia pasti di balkon. Dia biasa duduk di sana untuk menenangkan pikirannya, Nak Renata. Ayo kita ke sana saja!" Tiara kembali melangkah menuju balkon dan Renata kembali mengikuti wanita itu dari belakang.
Benar saja, di balkon tampak sosok laki-laki yang duduk di kursi roda sedang menatap lurus ke depan. Entah apa yang menarik di depan sana, Renata pun tidak tahu dan tidak mau tahu.
"Kamu di sini ternyata, Nak!" Tiara tersenyum dan merangkul pundak putranya itu dari belakang.
"Oh ya, Nak, Mama mau mengenalkankanmu dengan seseorang. Dia akan jadi perawat pribadimu," lanjut Tiara lagi sembari berpindah ke depan dan berlutut di depan putranya itu.
"Aku tidak butuh perawat. Aku bisa menolong diriku sendiri, Ma. Usir saja dia!" suara pria yang duduk di kursi roda itu, terdengar sangat dingin.
"Cih, sombong banget dia! sok bisa dan sok kuat!" umpat Renata dalam hati. "Tapi tunggu dulu, suara itu sepertinya aku pernah dengar," sambung Renata kembali, yang tentu saja masih tetap dalam hati.
"Kamu tidak boleh seperti itu, Nak. Mama sudah membawa dia ke sini dan kamu harus menerimanya," Tiara melirik ke arah Renata, benar-benar merasa tidak enak hati pada gadis itu.
"Apa Mama sudah tidak mau mengurusku? kalau Mama sudah tidak mau, tidak apa-apa. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku tidak butuh siapapun. Jadi, tolong usir dari sini! kalau Mama tidak mau, biar aku sendiri yang mengusirnya! pria itu berbicara masih dengan pandangan lurus ke depan dan nadanya masih sangat dingin.
"Tante, kalau anak Tante tidak mau, aku lebih baik pergi. Tante jangan memaksanya," akhirnya Renata yang dari tadi berusaha menahan geramnya, memberanikan diri untuk. buka suara, dan berbalik hendak pergi.
"Tidak boleh seperti itu, Nak. Tante mau kamu tetap menjadi perawat pribadi putraku. Tante mohon!" Tiara bangkit berdiri dan melangkah menghampiri Renata untuk mencegah wanita itu untuk tidak pergi.
Setelah Renata menghentikan niatnya untuk pergi, Tiara kemudian kembali melangkah menghampiri putranya yang sepertinya enggan untuk berbalik.
"Nak, mama tidak pernah mengatakan kalau Mama tidak mau mengurusmu lagi. Hanya saja, waktu mama terbatas, Nak. Tolong maklumi Mama. Kamu mau ya punya perawat pribadi? kalau kamu tidak mau, itu berarti kamu sudah tidak menyayangi mama lagi. kamu memang suka melihat mama tetap bersedih. Apa itu memang maumu, Nak?" Tiara mulai memasang raut wajah sedih di depan sang putra yang disertai dengan air mata yang membasahi pipi, karena dia tahu jelas kalau putranya itu sangat tidak mau melihat mamanya menangis.
"Baiklah, Ma!" pungkas pemuda itu, yang seperti biasa akan selalu luluh melihat air mata mamanya.
Raut wajah Tiara seketika langsung berbinar. Wanita paruh baya itu kini tersenyum lebar mendengar ucapan putranya.
"Nak kalau gitu kamu berbalik, biar Mama kenalkan dengan perawat pribadimu," Tiara memegang kursi roda putranya dan membantu pria itu untuk berbalik.
"Tuh, dia perawat pribadimu, namanya __"
"Kamu!" seru pria itu, ketika pertama kali melihat Renata, membuat Tiara mengrenyitkan keningnya, bingung.
"Kamu!" demikian juga dengan Renata. Wanita itu juga terkesiap kaget begitu melihat wajah putra Tiara yang ternyata pria yang sudah dia kenal. Ya, dia adalah Arya, pemuda yang dia tahu selalu berusaha untuk mendekati Salena, sahabatnya. Akan tetapi cinta pria itu tidak berbalas, karena sahabatnya itu kini sudah menikah dengan pria yang dia cintai.
"Lho, kalian sudah saling kenal?" seru Tiara menatap putranya dan Renata bergantian.
"Iya Tante. Aku sahabatnya Salena," mata Tiara semakin berbinar ketika mengetahui kalau gadis yang menarik perhatiannya itu adalah sahabat Salena, gadis yang sangat dicintai oleh putranya.
Arya, mengalami kecelakaan, di malam resepsi pernikahan Salena dua bulan yang lalu. Putranya itu merasa frustasi sehingga tidak fokus saat mengemudikan mobilnya, sehingga kecelakaan pun tidak bisa dihindari lagi.
"Wah, kebetulan sekali ya. Kalau kalian sudah saling mengenal, berarti tidak sulit buat kalian berdua untuk beradaptasi!" senyum Tiara mengembang dengan sempurna.
"Aku tidak mau dia jadi perawatku! kalau Mama memang mau mencari perawat untukku, jangan dia!" cetus Arya tiba-tiba sembari memutar kembali kursi rodanya, untuk membelakangi Renata.
"Kenapa kamu tidak mau? apa karena aku sahabatnya Salena? kalau iya, berarti kamu pengecut!" sindir Renata.
Mendengar ucapan Renata, Arya menggeram dan kembali memutar kursi rodanya, menatap sengit ke arah Renata.
"Siapa yang kamu katakan pengecut, hah! aku sama sekali tidak pengecut!" napas Arya terlihat memburu, karena emosinya sudah memuncak.
"Kalau kamu tidak pengecut, kamu disebut apa lagi? pecundang? coba pikir, kita sama sekali tidak punya masalah tapi kamu langsung menolakku begitu saja, kan aneh! apa karena kalau aku yang merawatmu, kamu semakin sulit untuk melupakan Salena?" Renata balas menatap Arya dengan tajam dan dengan tangan bersedekap.
Sementara itu, Tiara yang melihat perdebatan keduanya, tidak merasa kesal ataupun marah melihat keberanian Renata mendebat putranya. Wanita paruh baya itu justru merasa senang, merasa kalau dirinya benar-benar tidak salah memilih orang untuk merawat putranya. Karena memang wanita seperti Renatalah, yang cocok untuk menghadapi putranya itu. Karena dia melihat kalau Renata pasti tahan banting sepedas apapun ucapan putranya itu nanti.
Napas Arya terdengar semakin memburu mendengar ucapan Renata yang menurutnya tidak ada takutnya. "Kamu jangan sembarangan bicara ya! aku tidak mau kamu jadi perawatku bukan karena membuat aku sulit melupakan Salena. Karena aku memang tidak berniat untuk melupakannya. Kenapa kamu berpikir dengan hanya melihatmu saja aku akan mengingat Salena? Apa kamu mengira kamu bisa dibandingkan dengannya? tidak sama sekali! bahkan seujung rambut pun kalian tidak sebanding," ucapan Arya benar-benar terdengar pedas dan menyakitkan.
"Arya!" tegur Tiara dengan mata yang melotot. Kali ini dia merasa kalau Renata pasti akan sangat sakit hati dan menangis mendengar ucapan putranya itu.
"Emangnya siapa yang mau dibandingkan dengan Salena? tanpa kamu katakan pun aku sudah sadar diri. Tapi, dengan ucapanmu tadi, aku semakin yakin kalau kamu menolakku hanya karena aku sahabatnya Salena, tapi kamu berusaha untuk menyangkalnya."
Mata Tiara membesar, karena dugaanya salah. Gadis 19 tahun itu justru terlihat menantang putranya.
" Sudahlah Tuan muda yang terhormat, semakin kamu menyangkal, semakin memperlihatkan kalau aku benar. Sekarang coba sebutkan alasan yang masuk akal kenapa kamu menolakku?" tantang,Renata lagi.
Arya terdiam, karena sebenarnya dia juga bingung kenapa dia bisa menolak keras wanita itu.
"Sudah, sudah! sekarang keputusan Mama sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Renata akan tetap jadi perawat pribadimu!" pungkas Tiara tegas tak terbantahkan.
"Tapi, Ma ...."
"Tidak ada tapi-tapi!" ayo nak Renata, Tante akan tunjukkan di mana kamarmu!" Tiara berjalan meninggalkan Arya dan Renata pun mengekor dari belakang. Namun, sebelumnya, Renata masih sempat menoleh dan menjulurkan lidahnya ke arah Arya.
"Sial! lihat saja, aku akan membuatmu tidak betah bekerja di sini!" batin Arya sembari mengepalkan tangannya.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Eli Elieboy Eboy
𝚔𝚠 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚁𝚎𝚗𝚊𝚝𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚝𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚔𝚎𝚛𝚓𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚔𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚔𝚠 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚔𝚊𝚔𝚊𝚔 𝚘𝚝𝚑𝚘𝚛 𝚋𝚊𝚔𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚓𝚍 𝚋𝚞𝚌𝚒𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚛𝚎𝚗𝚊𝚝𝚊 🤣🤣🤣
2024-09-04
1
Ita Mariyanti
tdk betah krj tp dialah calon istri mu Arya...😍😍👍
2024-06-29
0
Eity setyowati
keten Renata ,ayo buat Arya nurut pasti seru nanti mereka bakalan saling berdebat
2024-03-09
2