"Lapor, kami tidak menemukan jejak apapun."
Tim sar yang memakai perahu karet di bawah sungai, melapor kepada atasannya yang berada di atas permukaan. Terlihat pun, bangkai mobil milik Lautan yang sengaja diledekkan Purnama semalam, sudah di evaluasi ke permukaan dengan bantuan mobil pengangkat beban berat.
"Sebelum kita mendapat mayatnya, maka jangan mengambil kesimpulan buronan sudah mati."
Luxi dan beberapa anggota SSA pun, ada di lokasi mendengar betapa gigihnya komandan polisi di depannya ini yang tidak mau menyerah.
"Tenggelam plus meledak, apa itu masih kurang meyakinkan buronan sudah mati, Pak?" Luxi mengejek ketus. Meski Purnama adalah anggota yang pembangkang, tetapi menurutnya ia masih ragu mempercayai pelaku pengeboman itu adalah Purnama.
"Ini bagian kami, SSA tidak diwajibkan lagi membantu."
"Ck.." Luxi cuma mendengus kesal. Lalu pergi dari TKP yang langsung di ikuti Clara dan Ragil bersamanya.
***
Pemberitaan semakin panas, dua hari berlalu akan menghilangnya Purnama dan Lautan, kini kembali masyarakat dibuat geger. Pasalnya, kriminal pengeboman terjadi lagi yang ditargetkan pelaku itu di kantor polisi sendiri.
Lima anggota polisi luka luka dan satu dikabarkan meninggal akibat bom itu.
Adanya kriminal tersebut, membuat para petinggi meyakini kalau Purnama lagi tersangka utamanya dengan dalih, wanita yang sudah dianggap ******* itu ingin membalas dendam.
Akibat bom susulan, wajah Purnama kini sudah dipublikasikan di media. Baik di surat kabar, televisi dan lain sebagainya sudah diviralkan sebagai buronan Negara. Dan oleh sebab itu, kabar tersebut menggegerkan ke semua keluarga Purnama.
Kini, Jum-Mami Purnama itu dilanda shock berat. Memang, sudah dijelaskan kalau Purnama masih hidup dan sedang berjuang, akan tetapi namanya seorang ibu pasti bersedih akut mendengar sang anak ditimpa musibah. Gema - Papi Purnama hanya bisa diam seribu bahasa menghadapi pemberitaan. Gara gara anaknya tersandung masalah besar, aset asetnya sekarang dibekukan oleh Negara. Sadis memang, tetapi Gema tidak bisa apa apa. Ia cuma berharap, Purnama secepatnya kembali membersihkan nama semua keluarga.
Di tempat lain, Kurcil Smart - mantan klan sukses Purnama pada masanya, kini terlihat berkumpul kembali membahas kasus Purnama yang saat ini Guruh - kakak Purnama itu memimpin brefing yang di hadiri delapan orang termasuk dirinya.
"Masalahnya, Purnama tidak mengizinkan kita semua ikut campur. Cukup Lautan saja yang katanya Purnama pun sangat terpaksa karena Utan terlanjur bersamanya," tutur Guruh yang kemarin Purnama sempat meneleponnya melalui telepon umum.
"Kenapa kita dilarang? Padahal kita sudah lama hiatus menjalankan misi baku hantam, loh. Gatal tangan saya ingin menangkap pelaku sesungguhnya." Angkasa, si Twins-nya Bhumi menggebu - gebu.
"Alasan nya simpel, kata Purnama padaku ... pihak polisi pasti memantau kita semua. Kita memang sahabatan, tetapi tidak dipungkiri kalau kita semua termasuk keluarga besar. Nama Batara grup sedang dipantau ketat. Jangan lupakan itu. Ama hanya meminta saran pada kita, bagaimana cara dia bisa pergi ke negara Thailand tanpa tertangkap? Jadi, apa di antara kalian ada ide?" tanya Guruh diakhir kalimat yang cukup dimengerti semua para sahabatnya itu akan alasan Purnama yang ada benarnya.
Hening cipta bersama karena berpikir keras masing-masing.
"Bagaimana kalau bikin identitas palsu?" ide Vay.
"Saranmu bisa juga, tapi tidak semudah itu lolos dari Bandara." Guruh kurang setuju. Sekarang, tempat tempat umum dijaga ketat oleh kepolisian. Bahaya kalau ketahuan.
"Bandara memang harus dihindari Purnama dan Utan. Mungkin jalur kapal laut lebih epik!" Topan, mantan ketua Kurcil Smart itu mengeluarkan idenya yang langsung di setujui semuanya.
"Tapi, lewat laut pun butuh identitas, kan? Apalagi, ini akan menempuh perjalanan internasional." Petir memikirkan demikian.
"Aha..." Pelangi, menjentikkan jarinya. "Guntur besok ada pengiriman barang secara besar besaran ke Negara tetangga, dan saya lihat di surat jalannya itu ada daftar Negara Thailand juga. Otomatis, Ama dan Utan bisa menyusup sebagai pekerja suamiku."
"Dari tadi kek ngomongnya, Pe. Sekarang, tinggal ngomong ke Guntur. Kalau tidak bisa membantu, maka tak tendang jadi ipar gitu." Badai tersenyum sudah berhasil membuat bibir kakak kembarnya itu manyun manyun suaminya akan disepak.
"Ck... Dasar adik durhaka."
"Pokoknya, suami mu harus bisa kamu atur, Pe. Saya akan memberi tahukan Ama kalau dia sudah menghubungi kembali." Guruh segera menghentikan perdebatan unfaedah yang akan terjadi antara Badai dan Pelangi.
Brefing tersebut berlanjut mengobrol santai, sampai satu jam kemudian yang ditunggu tunggu akhirnya menelepon. Tapi, kali ini Ama nelponnya malah ke nomer Bhumi dengan alasan takut nomer Guruh sudah disadap oleh orang orang hebat dari SSA atau petugas lainnya.
Dan rencana tentang menjadi buru barang milik suami Pelangi, sudah sampai ke telinga Ama dan Lautan. Keduanya saat ini berada di telepon umum. Hodie hitam bertudung besar yang dikenakan Purnama cukup membantu menutupi wajahnya dari orang orang sekitar. Gerak geriknya sekarang penuh kata terbatas. Sekali ada yang mengenali wajahnya, maka skakmatlah dirinya tanpa mengungkapkan teka teki pembuat onar dalam hidupnya.
"Ama, boleh nggak aku ngabarin Vanila, sekali sajaaaa." Lautan merengek dengan gagang telepon umum sudah di tangannya.
"Ya, boleh..." Purnama sengaja menjeda. Lautan sudah girang. Beberapa angka sudah dipencet Utan, tetapi suara susulan Ama sangat menjengkelkan, "Tapi cukup berhenti sampai disini. Aku bisa pergi sendiri."
Ck, tidak jadi Lautan nelpon tunangan manjanya itu. Ia lanjut mengikuti Purnama yang bertujuan ke pelabuhan yang dimaksud oleh Pelangi tadi.
***
"Hiks... Hiks, belum apa apa uda jadi janda saja. Hiks... Utan, kok hidupmu jadi tragis sih. Uda jadi sandera, nyemplung ke sungai, meledak mobilmu dan sekarang dikabarkan meninggal terbawa arus pula. Hiks...hisk..."
Gadis manja yang di rindukan Lautan, sekarang lagi berduka di ruang tamu apartemennya. Sesekali menangis, namun sesekali juga menyuapi mulutnya dengan keripik pisang gurih. Kebiasaan, kalau sedang bersedih, gadis manis berambut ikal sepinggang itu selalu memilih makan.
" Berisik, tau nggak!"
Vanila berjengit kaget mendapat bentakan dari seorang pria yang tak lain adalah Abian. Seperti Purnama dan Lautan, kedua orang yang sedang duduk di sofa itu mempunyai persahabatan kuat.
Tanpa Lautan ketahui, dulu Vanila mendekati Lautan atas saran licik Abian dengan alasan, agar Lautan tidak lagi terlalu sibuk ikut campur pada masalah Purnama yang ia uber uber untuk membalas dendam. Akan tetapi, lambat laun, Vanila benar-benar mencintai Lautan.
"Kok kamu bentak bentak sih?" Satu keripik masuk paksa ke dalam mulut Abian, saat pria itu hendak menjawab.
Sambil ngunyah, Abian berkata, "Jelas! lagian kamu berisik sekali. Saya juga lagi pusing, tau nggak!"
"Nggak tau dan nggak mau tau. Intinya, Purnama itu orang yang paling mengerikan sedunia. Masa tega jadiin Lautan sandera dan berujung mati bersama. Kamu juga, gadis seperti Purnama dikejar kejar, Ihh... Nggak takut dibom apa."
Kepala Abian kian sakit mendengar suara cempreng Vanila.
" Eh, mau kemana? "
"Pergi lah!"
"Hiks... Jangan tinggalkan aku, Bian. Aku lagi sedih loh." Rengekan penuh iba Vanila, membuat Abian tidak tega juga. Pria itu duduk di sebelah Vanila lagi.
"Bian, kamu sedih karena nggak bisa balas dendam atau memang benar benar menyukai Purnama yang penuh dengan misteri menakutkan?" Vanila terus bergidik ngeri mengetahui kalau Purnama ternyata gadis sadis yang pernah ia kenal.
Abian tidak menjawab barang sedikit pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Leng Loy
Namanya disini keren" ya ada Purnama,Petir, Guntur,Lautan,Pelangi, Topan 😀
2023-09-26
1
Irma Tjondroharto
hayo lho vanila... nangis nya sambil nyemil... asik tuh... wkwkkw... selamat berjuang purnama dan lautan
2023-03-09
0
ᵉˡ̳𝐀𝐘𝐃𝐀⸙ᵍᵏ
makin seruuuuuuu 😍😍😍
2023-03-08
0