"Ama, pakai body armour ku."
Purnama hanya menggeleng ke Ragil-- timnya yang menawarkan baju pelindung. Bukan sok hebat, tetapi waktu bom di atas meja yang mereka temukan di dalam kado sebelumnya, terus berjalan. Ia tidak mau buang buang waktu barang sedetik saja.
"Kalian menjauhlah!"
Meski berseru, tangan dan atensinya masih setia pada benda mematikan di depannya.
Ragil dan lainnya mematuhi keinginan Purnama tanpa berkata kata lagi karena mereka paham, Purnama harus berkonsentrasi.
"Bom ini...?" Semakin dipandang, alat peledak jenis time bomb di depan mata Purnama tidak asing baginya. Ingin memastikan, Purnama sedikit memiringkan kepalanya guna mencari tanda khusus. "Benar, ini rakitanku sendiri," batinnya bingung maksimal. Meski bekerja untuk SSA, ia selalu memberi watermark kecil nan samar yang bertuliskan CPP, berarti Coklat Panas Purnama buatannya tanpa ada satu orang pun yang tahu.
Pertanyaan dalam kebingungan Purnama, Kenapa bom milik SSA yang sudah bekerja sama dengan TNI dan Kepolisian tertinggi malah ada di depannya?
"Ama, apa ada masalah? Kenapa kamu diam saja? Cepat bergerak atau kita semua akan mati!"
"KALAU KALIAN TIDAK MAU MATI, MAKA PERGILAH, SIALAN...!" Purnama membentak Clara, salah satu wanita timnya di SSA. Ia kesal sendiri dalam kebingungannya. Sejurus, ia begitu cekatan menghentikan bom yang tinggal sepuluh detik dalam hitungan mundur, dengan mudah karena memang yang membuat peledak itu adalah dirinya dan tentu saja tau cara seluk-beluk menonaktifkannya.
"Selesai!" seru Purnama. Para timnya mengangkat masing-masing jempolnya untuk Ama yang gadis itu hanya datar dibalik helm curiannya.
Tapi tiba tiba... Booom. Ledakan dahsyat terjadi di lantai dua puluh, salah satu unit kamar menyambar api akibat letusan yang tidak dikira kira keberadaannya.
Boomm...
Belum selesai keterkejutan dari pihak Purnama serta tim SSA - nya, kepolisian dan orang orang, mereka semua menyaksikan lagi ledakan susulan di lantai lima. Keadaan mulai ricuh. Semua para penghuni dan orang sekitar kembali dievakuasi lebih jauh dari gedung. Beberapa jalan juga ditutup untuk sementara oleh kepolisian yang menuju ke arah gedung apartemen mewah itu.
Tentu saja, para pewarta yang berhasil menghebohkan dunia maya, mereka terlalu menggebu gebu dalam pemberitaan yang belum akurat, tetapi sudah mengklaim adanya ******* yang melakukan pengeboman yang berencana.
"SSA all, apa yang terjadi?" Simi dan petugas lain yang bekerja di balik layar pusat, di buat tak kalah panik. Tidak ada yang menjawab. Ama dan timnya segera pergi dari gedung karena masalah pasti sudah diambil oleh pihak kepolisian.
"Kami menunggu kalian semua di pusat. Terutama kamu Purnama!" Luxi, petinggi SSA mengambil alih komunikasi.
Purnama mendengar demikian, tetapi masih membisu seribu kata. Ia terus kepikiran, kenapa bom hasil rancangannya malah tersebar tiga titik yang tak terduga meledakkan dua unit kamar. Bukannya, setiap dia diminta Negara membuat senjata peledak tersebut, maka nanti akan masuk kesatuan TNI dan kepolisian sebagai persediaan senjata kenegaraan? Damn it... Purnama mengumpat. Kepalanya jadi berdenyut memikirkan hal buruk kalau pihak TNI, kepolisian atau SSA nya sendiri ada yang berkhianat. Siapa di antara ketiganya yang berkhianat?
"Ama, kamu mau kemana? Mobil SSA ada di parkiran sebelah barat." Ragil menahan tangan Purnama yang ingin menuju ke arah selatan.
"Motor ku ada di parkiran lain," terang Purnama. Ia sebenarnya ingin berkelit dari timnya yang hari ini malas mau ke pusat. Dalam diamnya, ia ingin menyelidiki keganjilan tentang pengeboman tersebut seorang diri. Ia sekarang tidak mau menaruh kepercayaan pada tiga kesatuan itu.
"Tidak bisa, Ama. Kita harus ke pusat. Dan kalau kamu ingin keluar dari area gedung, jalan satu satunya harus naik mobil SSA, polisi akan meloloskan kita dari pemeriksaan tanpa membuka penyamaran wajah kita semuanya , hanya dengan cara mobil kesatuan kita. Paham!"
Saking kalutnya, Purnama melupakan hal demikian. Meski SSA bekerja sebagai bayangan pihak berwajib, semua identitas apalagi wajah mereka tidak ada yang diketahui oleh polisi mana pun. Terpaksa, Purnama menurut kepada Ragil. Hingga akhirnya mobil SSA diberi akses jalan tanpa ada satu polisi yang berani menggeledah akurat mobil mereka. Cukup Clara yang bersuara tegas mereka adalah SSA, dua polisi itu pun memberi hormat untuk membalas ucapan Clara.
Di perjalanan ke pusat, Purnama tidak sengaja melihat Abian di pinggir jalan yang berusaha mengelak diwawancarai oleh beberapa pewarta. Sedikit menurunkan kaca mobil hiace promino yang berkapasitas sepuluh orang itu demi bisa menguping, mengapa Abian terlihat penting oleh pewarta. Itulah yang membuat Purnama penasaran.
"Pak, kenapa bisa ada bom di apartemen yang Anda kelola?
" Apa yang diinginkan oleh ******* itu? "
" Lantai dua pukul dan lantai lima, apa di dua unit ada orang spesial yang tinggal di sana sampai ada bom yang di taruh di sana, Pak?"
Karena macet, Purnama mendengar pertanyaan demi pertanyaan beruntun para pewarta ke Abian yang tidak sama sekali dijawab oleh pria tersebut. Abian malah naik ke mobilnya yang baru tiba.
Satu yang Purnama prediksi akan pertanyaan salah satu pewarta tadi, kalau Abian itu adalah owner gedung apartemen mewah tersebut.
"Halo..."
Mobil timnya yang di kemudi Widi, Purnama lanjut menghubungi temannya.
"Rafael, bisa minta tolong?"
"Eum, apa, Ama?
"Tolong nanti ambil motor ku di apartemen X kalau polisi sudah membuka akses jalan. Jangan banyak tanya kenapa dan ini itu segala, tinggal nurut saja. Kunci? Hem, ambil saja serepnya di apartemen ku. Ya... Kode pintunya masih yang biasa."
Rafael adalah orang yang pertama menolongnya satu tahun lalu saat ia lontang lantung awal perjalanan jadi gembel buronan Abian. Seiring waktu, mereka berdua sering balapan liar demi taruhan besar. Dan Purnama sudah menganggap pria muda yang bekerja di bengkel langganannya itu sebagai adiknya sendiri saking akrabnya mereka disaat suka dan duka. Tapi tetap, Purnama tidak menceritakan jati dirinya sebagai anggota SSA.
Sampai di kantor pusat yang gedung mereka terletak di pinggir perkotaan, Purnama dan tujuh SSA lainnya segera mengakses kunci sistem masing masing dengan cara memamerkan wajah di depan pintu yang sudah di setting teknologi konsep Artificial Intelligence atau sering disingkat AI. Tidak ada yang bisa masuk kecuali orang-orang SSA.
"Purnama dimana? Mengapa hanya kalian bertujuh?" Simi, dan dua pria lainnya, sudah menyambut Ragil, Clara dan lima anggota lainnya di dalam ruangan yang seluruh dinding penuh dengan layar monitor pengintai. Meja kaca berbentuk oval lebar ada di tengah tengah ruangan yang cukup besar tersebut.
" Purnama izin mau mengganti baju formal, Bu Simi." Clara yang menjawab takzim dengan sedikit menundukkan kepalanya di depan Simi dan dua pria petinggi tersebut.
Sementara, orang yang ditunggu oleh mereka, malah sengaja mengaret waktu. Purnama leha leha seenak jidat merendam tubuhnya di dalam bak mandi penuh busa. Memang, semua anggota SSA memiliki kamar pribadi masing masing dengan fasilitas mewah. Saat ini, hanya kepala wanita itu yang terlihat dengan mata tertutup sembari mengingat ledakan bom yang tak terduga. Ia kira, bom cuma ada satu. Ternyata....
"Aaarggh...!" Purnama berteriak sembari menggebrak air dengan kesal.
"TNI, Kepolisian atau SSA sendiri yang berkhianat?" Purnama sudah mencium aroma yang tidak beres. Masalahnya, ia masih bingung siapa otak pelakunya.
"Purnama, keadaan dalam genting. Saya perintahkan segera bergabung untuk membahas masalah kegagalan timmu!"
"Ck..." Purnama berdecak malas. Ia malah menenggelamkan seluruh kepalanya setelah mendengar suara samar Simi di kamarnya melalui panggilan suara yang memang sudah terpasang otomatis di setiap kamar anggota. Gadis yang aslinya anak dari pengusaha ternama itu, memang terkenal pembangkang dari semua anggota SSA.
"Huawwa..." Nafas Purnama yang sudah tipis menahan di dalam air. Kepalanya muncul dengan pergerakan kasar. Berdiri tanpa busana dengan busa menempel di seluruh tubuhnya. Siap membilasnya di bawa shower. Terlihat ia menyeringai karena sudah memiliki rencana sendiri.
" Abian... Biasanya kamu suka menguber aku sebagai buronan mu, kan? Sekarang, kamu lah yang aku uber! Awal penyelidikanku, ada pada mu, Sayang...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Leng Loy
Wah ada penghianat,skrg Purnama mau nguber si Abian untuk misinya ☺️
2023-09-26
0
Itarohmawati Rohmawati
seruuuu
2023-04-02
0
Ariestha Malelak
seru thor..seakan.menonton.film aktion
2023-04-02
1