Bab 4# Ledakan Tak Terduga

"Ama, pakai body armour ku."

Purnama hanya menggeleng ke Ragil-- timnya yang menawarkan baju pelindung. Bukan sok hebat, tetapi waktu bom di atas meja yang mereka temukan di dalam kado sebelumnya, terus berjalan. Ia tidak mau buang buang waktu barang sedetik saja.

"Kalian menjauhlah!"

Meski berseru, tangan dan atensinya masih setia pada benda mematikan di depannya.

Ragil dan lainnya mematuhi keinginan Purnama tanpa berkata kata lagi karena mereka paham, Purnama harus berkonsentrasi.

"Bom ini...?" Semakin dipandang, alat peledak jenis time bomb di depan mata Purnama tidak asing baginya. Ingin memastikan, Purnama sedikit memiringkan kepalanya guna mencari tanda khusus. "Benar, ini rakitanku sendiri," batinnya bingung maksimal. Meski bekerja untuk SSA, ia selalu memberi watermark kecil nan samar yang bertuliskan CPP, berarti Coklat Panas Purnama buatannya tanpa ada satu orang pun yang tahu.

Pertanyaan dalam kebingungan Purnama, Kenapa bom milik SSA yang sudah bekerja sama dengan TNI dan Kepolisian tertinggi malah ada di depannya?

"Ama, apa ada masalah? Kenapa kamu diam saja? Cepat bergerak atau kita semua akan mati!"

"KALAU KALIAN TIDAK MAU MATI, MAKA PERGILAH, SIALAN...!" Purnama membentak Clara, salah satu wanita timnya di SSA. Ia kesal sendiri dalam kebingungannya. Sejurus, ia begitu cekatan menghentikan bom yang tinggal sepuluh detik dalam hitungan mundur, dengan mudah karena memang yang membuat peledak itu adalah dirinya dan tentu saja tau cara seluk-beluk menonaktifkannya.

"Selesai!" seru Purnama. Para timnya mengangkat masing-masing jempolnya untuk Ama yang gadis itu hanya datar dibalik helm curiannya.

Tapi tiba tiba... Booom. Ledakan dahsyat terjadi di lantai dua puluh, salah satu unit kamar menyambar api akibat letusan yang tidak dikira kira keberadaannya.

Boomm...

Belum selesai keterkejutan dari pihak Purnama serta tim SSA - nya, kepolisian dan orang orang, mereka semua menyaksikan lagi ledakan susulan di lantai lima. Keadaan mulai ricuh. Semua para penghuni dan orang sekitar kembali dievakuasi lebih jauh dari gedung. Beberapa jalan juga ditutup untuk sementara oleh kepolisian yang menuju ke arah gedung apartemen mewah itu.

Tentu saja, para pewarta yang berhasil menghebohkan dunia maya, mereka terlalu menggebu gebu dalam pemberitaan yang belum akurat, tetapi sudah mengklaim adanya ******* yang melakukan pengeboman yang berencana.

"SSA all, apa yang terjadi?" Simi dan petugas lain yang bekerja di balik layar pusat, di buat tak kalah panik. Tidak ada yang menjawab. Ama dan timnya segera pergi dari gedung karena masalah pasti sudah diambil oleh pihak kepolisian.

"Kami menunggu kalian semua di pusat. Terutama kamu Purnama!" Luxi, petinggi SSA mengambil alih komunikasi.

Purnama mendengar demikian, tetapi masih membisu seribu kata. Ia terus kepikiran, kenapa bom hasil rancangannya malah tersebar tiga titik yang tak terduga meledakkan dua unit kamar. Bukannya, setiap dia diminta Negara membuat senjata peledak tersebut, maka nanti akan masuk kesatuan TNI dan kepolisian sebagai persediaan senjata kenegaraan? Damn it... Purnama mengumpat. Kepalanya jadi berdenyut memikirkan hal buruk kalau pihak TNI, kepolisian atau SSA nya sendiri ada yang berkhianat. Siapa di antara ketiganya yang berkhianat?

"Ama, kamu mau kemana? Mobil SSA ada di parkiran sebelah barat." Ragil menahan tangan Purnama yang ingin menuju ke arah selatan.

"Motor ku ada di parkiran lain," terang Purnama. Ia sebenarnya ingin berkelit dari timnya yang hari ini malas mau ke pusat. Dalam diamnya, ia ingin menyelidiki keganjilan tentang pengeboman tersebut seorang diri. Ia sekarang tidak mau menaruh kepercayaan pada tiga kesatuan itu.

"Tidak bisa, Ama. Kita harus ke pusat. Dan kalau kamu ingin keluar dari area gedung, jalan satu satunya harus naik mobil SSA, polisi akan meloloskan kita dari pemeriksaan tanpa membuka penyamaran wajah kita semuanya , hanya dengan cara mobil kesatuan kita. Paham!"

Saking kalutnya, Purnama melupakan hal demikian. Meski SSA bekerja sebagai bayangan pihak berwajib, semua identitas apalagi wajah mereka tidak ada yang diketahui oleh polisi mana pun. Terpaksa, Purnama menurut kepada Ragil. Hingga akhirnya mobil SSA diberi akses jalan tanpa ada satu polisi yang berani menggeledah akurat mobil mereka. Cukup Clara yang bersuara tegas mereka adalah SSA, dua polisi itu pun memberi hormat untuk membalas ucapan Clara.

Di perjalanan ke pusat, Purnama tidak sengaja melihat Abian di pinggir jalan yang berusaha mengelak diwawancarai oleh beberapa pewarta. Sedikit menurunkan kaca mobil hiace promino yang berkapasitas sepuluh orang itu demi bisa menguping, mengapa Abian terlihat penting oleh pewarta. Itulah yang membuat Purnama penasaran.

"Pak, kenapa bisa ada bom di apartemen yang Anda kelola?

" Apa yang diinginkan oleh ******* itu? "

" Lantai dua pukul dan lantai lima, apa di dua unit ada orang spesial yang tinggal di sana sampai ada bom yang di taruh di sana, Pak?"

Karena macet, Purnama mendengar pertanyaan demi pertanyaan beruntun para pewarta ke Abian yang tidak sama sekali dijawab oleh pria tersebut. Abian malah naik ke mobilnya yang baru tiba.

Satu yang Purnama prediksi akan pertanyaan salah satu pewarta tadi, kalau Abian itu adalah owner gedung apartemen mewah tersebut.

"Halo..."

Mobil timnya yang di kemudi Widi, Purnama lanjut menghubungi temannya.

"Rafael, bisa minta tolong?"

"Eum, apa, Ama?

"Tolong nanti ambil motor ku di apartemen X kalau polisi sudah membuka akses jalan. Jangan banyak tanya kenapa dan ini itu segala, tinggal nurut saja. Kunci? Hem, ambil saja serepnya di apartemen ku. Ya... Kode pintunya masih yang biasa."

Rafael adalah orang yang pertama menolongnya satu tahun lalu saat ia lontang lantung awal perjalanan jadi gembel buronan Abian. Seiring waktu, mereka berdua sering balapan liar demi taruhan besar. Dan Purnama sudah menganggap pria muda yang bekerja di bengkel langganannya itu sebagai adiknya sendiri saking akrabnya mereka disaat suka dan duka. Tapi tetap, Purnama tidak menceritakan jati dirinya sebagai anggota SSA.

Sampai di kantor pusat yang gedung mereka terletak di pinggir perkotaan, Purnama dan tujuh SSA lainnya segera mengakses kunci sistem masing masing dengan cara memamerkan wajah di depan pintu yang sudah di setting teknologi konsep Artificial Intelligence atau sering disingkat AI. Tidak ada yang bisa masuk kecuali orang-orang SSA.

"Purnama dimana? Mengapa hanya kalian bertujuh?" Simi, dan dua pria lainnya, sudah menyambut Ragil, Clara dan lima anggota lainnya di dalam ruangan yang seluruh dinding penuh dengan layar monitor pengintai. Meja kaca berbentuk oval lebar ada di tengah tengah ruangan yang cukup besar tersebut.

" Purnama izin mau mengganti baju formal, Bu Simi." Clara yang menjawab takzim dengan sedikit menundukkan kepalanya di depan Simi dan dua pria petinggi tersebut.

Sementara, orang yang ditunggu oleh mereka, malah sengaja mengaret waktu. Purnama leha leha seenak jidat merendam tubuhnya di dalam bak mandi penuh busa. Memang, semua anggota SSA memiliki kamar pribadi masing masing dengan fasilitas mewah. Saat ini, hanya kepala wanita itu yang terlihat dengan mata tertutup sembari mengingat ledakan bom yang tak terduga. Ia kira, bom cuma ada satu. Ternyata....

"Aaarggh...!" Purnama berteriak sembari menggebrak air dengan kesal.

"TNI, Kepolisian atau SSA sendiri yang berkhianat?" Purnama sudah mencium aroma yang tidak beres. Masalahnya, ia masih bingung siapa otak pelakunya.

"Purnama, keadaan dalam genting. Saya perintahkan segera bergabung untuk membahas masalah kegagalan timmu!"

"Ck..." Purnama berdecak malas. Ia malah menenggelamkan seluruh kepalanya setelah mendengar suara samar Simi di kamarnya melalui panggilan suara yang memang sudah terpasang otomatis di setiap kamar anggota. Gadis yang aslinya anak dari pengusaha ternama itu, memang terkenal pembangkang dari semua anggota SSA.

"Huawwa..." Nafas Purnama yang sudah tipis menahan di dalam air. Kepalanya muncul dengan pergerakan kasar. Berdiri tanpa busana dengan busa menempel di seluruh tubuhnya. Siap membilasnya di bawa shower. Terlihat ia menyeringai karena sudah memiliki rencana sendiri.

" Abian... Biasanya kamu suka menguber aku sebagai buronan mu, kan? Sekarang, kamu lah yang aku uber! Awal penyelidikanku, ada pada mu, Sayang...!"

Terpopuler

Comments

Leng Loy

Leng Loy

Wah ada penghianat,skrg Purnama mau nguber si Abian untuk misinya ☺️

2023-09-26

0

Itarohmawati Rohmawati

Itarohmawati Rohmawati

seruuuu

2023-04-02

0

Ariestha Malelak

Ariestha Malelak

seru thor..seakan.menonton.film aktion

2023-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1# Teringat Kesalahan 1 Tahun Lalu
2 Bab 2# Ada Bom
3 Bab 3# Operasi Penyelamatan SSA
4 Bab 4# Ledakan Tak Terduga
5 Bab 5# Awal Penyelidikan
6 Bab 6# Dua Unit, Satu Identitas
7 Bab 7# Dicap Buronan Negara
8 Bab 8# Bersiasat
9 Bab 9# Memaksa Ikut Misi
10 Bab 10# Keadaan Semakin Kacau
11 Bab 11# Penyamaran Di Atas Kapal Laut
12 Bab 12# Mendengar Niat Jahat Seseorang
13 Bab 13# Siap Siaga
14 Bab 14# Baru Sadar Dalam Konspirasi
15 Bab 15# Pertarungan Sengit Di Atas Kapal
16 Bab 16# Aku?
17 Bab 17# Menyusul
18 Bab 18# Ternyata, Aroon Polisi!
19 Bab 19# Memasang Penyadap
20 Bab 20# Ingin Membantu
21 Bab 21# Membujuk Ama
22 Bab 22# Mengintai Di Club
23 Bab 23# Apa Mau Kalian?
24 Bab 24# Disalahkan dan Menyadari
25 Bab 25# Menyerahkan Diri
26 Bab 26# Defector Ulung
27 Bab 27# Rasa Penasaran yang Terjawab
28 Bab 28# Kembalinya The Kurcil Smart
29 Bab 29# Setuju dengan Terpaksa
30 Bab 30# Mencari Titik Lokasi
31 Bab 31# Mendengar Percakapan
32 Bab 32# Bebas
33 Bab 33# Mati karena Kebodohan
34 Bab 34# Pertolongan Di Waktu yang Tepat
35 Bab 35# Terjebak Gas Beracun
36 Bab 36# Pengaktifan Sistem Peluncuran Nuklir
37 Bab 37# Penjinakan yang Gagal
38 Bab 38# Senjata Makan Tuan
39 Bab 39# Menuju Ke Indonesia
40 Bab 40# Kedatangan Sang Buronan
41 Bab 41# Nama Baik yang bersih
42 Bab 42# Datang Melamar
43 Bab 43# Menghampiri Abian
44 Bab 44# Menyadari Perasaan Berujung Galau
45 Bab 45# Seperti Kucing
46 Bab 46# Tunangan Langsung
47 Bab 47# Merelakan
48 Bab 48# Pasrah Oleh Takdir
49 Bab 49# Menyatukan Orang yang Saling Mencintai
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1# Teringat Kesalahan 1 Tahun Lalu
2
Bab 2# Ada Bom
3
Bab 3# Operasi Penyelamatan SSA
4
Bab 4# Ledakan Tak Terduga
5
Bab 5# Awal Penyelidikan
6
Bab 6# Dua Unit, Satu Identitas
7
Bab 7# Dicap Buronan Negara
8
Bab 8# Bersiasat
9
Bab 9# Memaksa Ikut Misi
10
Bab 10# Keadaan Semakin Kacau
11
Bab 11# Penyamaran Di Atas Kapal Laut
12
Bab 12# Mendengar Niat Jahat Seseorang
13
Bab 13# Siap Siaga
14
Bab 14# Baru Sadar Dalam Konspirasi
15
Bab 15# Pertarungan Sengit Di Atas Kapal
16
Bab 16# Aku?
17
Bab 17# Menyusul
18
Bab 18# Ternyata, Aroon Polisi!
19
Bab 19# Memasang Penyadap
20
Bab 20# Ingin Membantu
21
Bab 21# Membujuk Ama
22
Bab 22# Mengintai Di Club
23
Bab 23# Apa Mau Kalian?
24
Bab 24# Disalahkan dan Menyadari
25
Bab 25# Menyerahkan Diri
26
Bab 26# Defector Ulung
27
Bab 27# Rasa Penasaran yang Terjawab
28
Bab 28# Kembalinya The Kurcil Smart
29
Bab 29# Setuju dengan Terpaksa
30
Bab 30# Mencari Titik Lokasi
31
Bab 31# Mendengar Percakapan
32
Bab 32# Bebas
33
Bab 33# Mati karena Kebodohan
34
Bab 34# Pertolongan Di Waktu yang Tepat
35
Bab 35# Terjebak Gas Beracun
36
Bab 36# Pengaktifan Sistem Peluncuran Nuklir
37
Bab 37# Penjinakan yang Gagal
38
Bab 38# Senjata Makan Tuan
39
Bab 39# Menuju Ke Indonesia
40
Bab 40# Kedatangan Sang Buronan
41
Bab 41# Nama Baik yang bersih
42
Bab 42# Datang Melamar
43
Bab 43# Menghampiri Abian
44
Bab 44# Menyadari Perasaan Berujung Galau
45
Bab 45# Seperti Kucing
46
Bab 46# Tunangan Langsung
47
Bab 47# Merelakan
48
Bab 48# Pasrah Oleh Takdir
49
Bab 49# Menyatukan Orang yang Saling Mencintai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!