Celana bahan hitam, kemeja putih yang dilapisi jas hitam melekuk sempurna di body Purnama dipadu padamkan dengan sepatu hitam hak tahu. Formal, gadis itu siap menghadiri meeting yang memang kehadirannya sudah dinanti nanti oleh SSA lainnya. Harusnya, yang menunggu dimari itu adalah bawahan, tetapi di sini adalah Purnama Batara, sipembangkang yang kadangkala tidak suka dengan aturan yang ada. Menyebalkan memang sikap suka sukanya, tetapi itulah dirinya.
Kedatangannya di ambang pintu, sudah mendapat tatapan tidak suka dari orang orang yang berada di dalam ruangan. Tanpa peduli, Purnama dengan santainya berlenggok indah ke arah meja oval elegan tersebut. Rambut hitam panjangnya yang dikuncir kuda, bergerak berirama sesuai langkahnya. Cantik, tapi terkesan sangar juga. Wajah lugunya saat ini yang biasanya terlihat polos serta humoris, tidak ada sama sekali. Adanya penuh aura tegas mematikan.
"Tolong untuk profesional!" Luxi - ketua tertinggi dari SSA berceletuk sinis. "Kalau semua anggota SSA memiliki sifat Non profesional sepertmu, maka nama SSA pasti sudah tinggal nama!" sambungnya penuh penekanan.
Braak...
Bukannya jiper, Purnama malah menggeprak meja dengan mata kucing bersoflen coklat itu, melawan tatapan tajam Luxi.
" Purnama__" Simi terjeda yang akan melerai bawahannya karena sudah melewati batas kesopanan akan tangan Purnama yang terangkat. Lanjut Purnama yang berbicara, "Apa ketua lupa? SSA dulu memang hampir tinggal nama dibawah kemimpinan Anda. Kedatangankulah yang bergabung di sini tempo dulu, adalah penyelamat SSA."
Tidak ada yang menepis ucapan sombong Purnama karena memang betul adanya. Purnama adalah inti pembuatan bom yang bisa memuaskan Jenderal kepolisian dan TNI sakalipun. Purnama adalah aset SSA yang berharga tetapi wanita di depannya itu enggan juga menjadi pemimpin mereka karena memang suka bekerja sesuka hati, katanya. Tanpa ingin diagung-agungkan namanya. Benar benar agen yang mirip bayangan tak haus pujian.
"Ayo kita mulai__"
Ken - wakil Luxi tak luput dari sergaan Purnama. "Sebelum membahas berita panas, sebaiknya kita rileks dahulu."
Mereka kebingunan. Purnama menuang isi ransel hitamnya di tengah tengah meja. Pistol mentah yang belum dirangkai berhamburan keluar.
"Mari berlomba merakitnya."
"Jangan bermain main, Purnama!" Simi naik pitam. Urat urat lehernya sudah menjimbul tegang.
"Saya tidak main main. Cepat rakit pistol kalian masing masing. Setelah selesai, acungkan pada orang yang ingin kalian bidik." Purnama membaginya dengan cepat tanpa berdiri dari kursinya. Mereka sigap semuanya menangkap lemparan spontan Purnama. Mau tak mau, mereka patuh juga berlomba merakit pistol masing masing. Purnama unggul, pistolnya ia acungkan ke Luxi. Yang lainnya juga selesai dengan bersamaan. Purnama ditodong sepuluh orang langsung.
"Hahaha..." Anehnya, Purnama malah tertawa sendiri. Dan itu kian membingungkan semua rekannya.
Apa sebenarnya yang Purnama inginkan? Begitulah pertanyaan mereka dalam diam.
"Kalau kamu sedang stres karena kegagalan mu menangani bom tadi, maka lebih baik kamu balik ke ruangan pribadi mu." Luxi sudah tidak tahan dengan sikap songong Purnama. Senjata kosong tanpa peluru, ia lempar kembali ke hadapan Purnama.
"Ya ... saya memang pusing memikirkan itu. Lebih tepatnya, saya merasa dikhianati oleh SSA. JANGAN memasang tampang bodoh kalian." Purnama mengeluarkan bom yang tadinya ia jinakkan di TKP. "Peledak ini adalah buatanku sendiri. Pertanyaannya, siapa yang MEMASANGNYA, HAH?" Purnama terus memperhatikan satu persatu wajah orang orang yang ada di depannya ini untuk mencari celah, kira kira siapa yang mencurigakan? Tapi, tidak ada yang raut wajah mencurigakan. Semuanya memang terlihat terkejut.
" Kenapa bisa, Pak Luxi? Anda adalah ketua yang tentu tau SEGALA buatan SSA masuk kemana, negara, atau malah kepihak yang salah?" Purnama menuntut jawaban. Ia sudah tidak memandang atasan dan siapa bawahan dari awal ia masuk ke ruangan tersebut.
"Saya pun bingung dan tidak tau adanya pengkhianat. Saya selalu mengirim buatan SSA ke tangan yang seharusnya. Setelah masuk ke gudang persenjataan milik TNI dan kepolisian, saya tidak ada urusan lagi. "
Purnama sudah bosan di antara timnya yang mungkin saja salah satu pengkhianatnya ada di antara mereka.
"Baiklah, saya anggap pernyataan Pak Luxi sudah menuduh pihak polisi atau TNI yang bertugas di bagian persenjataan secara tidak langsung. Saya akan menyelidikinya sendiri. Permisi!"
Lagi dan lagi, tidak ada yang mencegah Purnama. Wanita itu beranjak pergi dari ruang meeting tanpa peduli kelanjutannya, apa yang akan di bahas oleh mereka semuanya.
***
Di luar sana, berita adanya ******* masih saja tranding topik.
Luxi dan Ken serta Simi, diundang oleh para petinggi kepolisian. Ketiga SSA itu adalah orang orang yang sudah tidak asing bagi petinggi negara. Tidak seperti anggota SSA yang memang sengaja di sembunyinya secara total dari publik.
Purnama? Ia malah leha leha di apartemennya, menikmati sereal sembari menatap lekat lekat video dirinya yang memakai helm dengan meneriaki ada bom.
"Hufft... Kenapa harus ada video jelek itu sih?"
Purnama lanjut menelepon sahabat oroknya - Anevay, mantan calon istri Abian yang pernah ia gagalkan pernikahan mereka atas suruhan Petir - sepupunya. Anevay atau kerap disapa Vay adalah ahli hacker.
"Wiihh ... Super women berhelm akhirnya ada kabar juga."
"Bacot!" Purnama yang digodain Vay, jadi judes. Anevay dan beberapa orang sahabatnya serta kakaknya yang bernama Guruh, tentu saja mengetahui apa pekerjaan sesungguhnya. Hanya Maminya yang sampai saat ini belum tahu karena takut di larang. Papi nya? Ya... Papinya yang super kulkas dua pintu itu tahu yang mempunyai pendirian untuk membebaskan sang anak memilih jati diri masing-masing.
"Cepat hapus semua video itu yang sudah beredar, Vay. Saya tidak mau tahu kalau Mami ku yang super duper heboh itu melihatnya. Meski aku pakai helm, orang tua tetap saja mengenali postur tubuh anaknya."
"Siap, Bos. Ada lagi permintaan mu?"
Tau saja.
"Mi-minta nomer telepon Abian dong." Duh, kenapa bawaannya selalu jadi kutu kalau berurusan dengan Abian. Sampai tergagap mengungkapkan kalimatnya.
"Ehem... Abian itu kan?" Vay memastikan.
"Siapa lagi?"
"Owh ... oke, oke."
Sialan, Vay sepertinya suka sekali menggodanya.
Tut...
Ting ... ting ... ting.
Baru juga dimatikan, chat dari para sahabat mantan klannya dari kecil yang mereka namai Kurcil Smart serta kakaknya sendiri, masuk memberondong mempertanyakan kabar. Ama membalasnya singkat dan jelas.
Drrrt...
"Hais, Papi nelpon?"
Ehem... Berdehem dulu biar tidak gugup bertukar sapa dengan orang yang ia segani. Meski tadinya kabur dari rumah dan jarang berkomunikasi dengan keluarga nya, Ama tau kok kalau sang Papi yang sempat murka itu sangat menyayanginya.
"Halo, Pi."
"Eem ... Papi masih beruntung mendengar suaramu. Cepat hubungi Mamimu, dia memaki maki semua ART di rumah karena yang ditanya apa benar orang berhelm di berita berita itu kamu atau bukan? Dan mereka semua menjawab bukan. Kena sasaran jadinya."
"Ba-baik, Pi. Ama sehat kok."
Tut...
"Yakh, dimatiin. Papi pasti takut ketahuan sedang rindu dan juga cemas padaku." Purnama tersenyum kecil. Tadi, suara Papinya itu terkesan bergetar. Sudah cukup bukti untuk nya kalau sang Papi peduli padanya meski tidak tercuat langsung.
Tidak mau lama lama, buat si Mami Jum, Purnama khusus video call.
"Hiks.... Hiks..."
"Loh, Mami. Kok nangis sih?"
"Itu, di berita. Orang pakai helm, Mami kira kamu."
Bohong sama orang tua memang kualat ya. Tapi, bagaimana dong. Nanti Maminya bisa jantungan kalau mengetahui pekerjaan sesungguhnya. Lebih lebih, nanti Purnama ngeri sendiri kalau sang Mami tau dan berujung memaksanya pulang dan akan dinikahkan langsung oleh Abian. Mampuslah dirinya jadi kacung pria itu.
"Mi, mau sereal?" Ama berkelit dengan cara berkelakar. Tidak mau berbohong, lebih baik menghindar dan mengubah topik.
"Ish, kamu ini. Mami lagi cemas, tau nya anaknya lagi asyik makan. Tapi Mami lega sih. Pulang lah, Nak!"
Jangan memohon, Mami. Ama galau nantinya, batinnya tidak tega juga.
"Belum saatnya, Mi. Nanti, bisa bisa Papi nyuruh Abian ke rumah untuk melamar lagi. Iiih, ogah."
"Makanya, cari pacar dan suruh nikahin kamu."
Tidak akan ada yang mau sama cewek berbahaya.
"Belum mau bahas itu, Mi. Hoaaammm... Ama ngantuk, Mi." Alasan saja. Padahal, kontak yang ia inginkan sudah diberi oleh Vay dengan catatan, video pun beres.
"Ya sudah, Nak. Jaga kesehatan. Husst, diam diam sama Papi ya. Mami sudah kirim uang untuk mu lagi."
Padahal, uang sang Mami masih utuh yang sebelum sebelumnya. Tidak mau ribet ditanya ini dan itu, seperti biasa Purnama selalu berterima kasih.
Lanjut Purnama menelepon nomer Abian. Tapi, pria itu tidak merespon.
Percobaan kedua. Akhirnya ada suara, "Halo."
"Ha-halo." Mengapa malah gugup sendiri. Bagi Ama, Abian itu adalah bom yang paling berbahaya daripada bom nuklir sekali pun.
"Siapa? Kalau tidak ada kepentingan, jangan ne__"
"Ini aku, Ama."
"What?!"
"Jangan lebay deh. Cepat beri tahukan posisi mu? Aku ingin bertemu!"
Abian tidak salah dengar kan?
"Kamu pasti ingin mengerjaiku kan? Cih, misal nih ya. Aku nunggu di taman, terus terus kamu aslinya tidak datang datang sampai saya kehujanan."
Laki kok kebanyakan nonton film drama mewek patah hati, batin Purnama ingin sekali berceletuk demikian.
"Tidak seperti itu juga konsepnya. Duh, gimana sih jelasinnya. Ah, gini deh. Saya ke tempat tinggal mu saja sekarang. Bagaimana?"
"Nah, itu lebih bagus. Dengan begitu kan, saya bisa mengurung mu langsung. Aku share loc. Awas bohong, saya tidak akan mengampuni mu nanti kalau pas lagi malam pertama."
Tut...
"Dih, uda ngancam jorok, malah matiin langsung." Purnama bergidik ngeri mendengar dua kata 'Malam pertama' dari Abian. Ah uh eh oh, tidak bisa dibayangkan bagaimana rasanya. Ngeri pokoknya dan Ama tidak akan pernah ada di situasi itu bersama dengan pria yang meresahkan dalam hidupnya.
"Saya yang akan menyumpel mulut mu di saat malam pertama... Eh, kok aku ikut ikutan mengatakan malam pertama?" Pukul jidat biar bersih. Berbicara dengan Abian memang harus butuh kesabaran baginya.
"Awal pencarian bukti." Purnama sudah rapi dengan stylish modis seksinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
YuWie
di bab ini bahasa nya seperti bahasa melayu..malaysiekah..atau manakah😀
2023-04-03
0
Rhiedha Nasrowi
kayaknya Abian beneran calon jodoh nya Ama ya🤔🤔
2023-03-06
3
Popy Desi Ana
🤣🤣🤣🤣 ayo Ama mulai perburuan mu 🤣🤣😂
2023-03-05
0