MARIA

MARIA

1. Keluarga Hubrecht

1942,

"Mister... Mister... Ini gawat,"

Tampak seorang laki-laki dengan celana komprang hitam dan atasan baju putih lusuh datang tergopoh-gopoh,

Laki-laki itu lantas terlihat duduk di lantai, menghadap Tuan besar berdarah Belanda yang berpakaian putih-putih lengkap dengan tongkat dan topi,

Laki-laki tinggi putih yang jelas sekali Tuan besar yang dihormati itu duduk di kursi ruangan depan rumahnya yang luas khas rumah orang Belanda,

"Ada apa? Gawat apa?"

Tanya si Tuan besar pada laki-laki yang baru datang tersebut,

Laki-laki berkulit sawo matang khas orang Nusantara itu terlihat wajahnya begitu tegang, saking tegangnya mungkin jika terlalu dekat bisa nyetrum,

"It... It... Itu,"

"Jangan gagap! Atau saya tembak!"

Kata si Tuan besar, membuat si laki-laki celana komprang jadi makin tegang,

"It... Itu Tuan, ten... tentara sipon kabarnya sudah sampai Cirebon,"

Kata si laki-laki celana komprang, membuat si Tuan besar seketika terlonjak,

"Apa?!"

Jegeeer! Petir menyambar di langit di luar sana, hujan deras mengguyur seperti air ditumpahkan begitu saja dari langit,

"Iy... iya Tuan, tentara sipon telah masuk ke dalam keranjang, eh maksud saya sudah masuk wilayah Cirebon,"

"Kenapa mereka cepat sekali? Apa mereka pake paket kilat ekspres? Oh Oh... Tunggu, Cirebon itu sudah dekat, berarti kita harus segera bersiap mengungsi,"

Si Tuan besar yang panik lantas memanggil isteri dan anak-anaknya,

"Johanaaaa... Lunaaaaa... Mariaaaaa... Albert..."

Si Tuan Besar memanggil semua anggota keluarganya yang tercantum di dalam Kartu Keluarga,

Tak lama, para anggota keluarganya pun berdatangan,

"Ada apa Pap?"

Tanya perempuan bule yang rambutnya disanggul begitu anggun,

Rambut yang berwarna macam rambut jagung manis,

Sementara itu, gaun putihnya yang berenda tampak semakin menambah kecantikan dirinya,

Di dekatnya tampak dua anaknya, laki-laki dan perempuan,

Keduanya terlihat masih belia, yang laki-laki sekitar tiga belas tahun, sedangkan yang perempuan sekitar tujuh tahun,

"Cepat berkemas, kita harus mengungsi,"

Kata si Tuan besar tanpa babibu,

"Mengungsi? Kenapa? Apa mau banjir? Atau gunung meletus? Kenapa begitu tiba-tiba?"

Tanya si perempuan yang begitu cantik dan anggun itu, bola matanya yang biru mengarah kepada sang suami, lalu pada sang abdi mereka bergantian, seolah menuntut penjelasan dari kedua laki-laki itu,

"Nippon, mereka sudah sampai Cirebon, sudah bisa dipastikan tak akan lama lagi mereka sudah akan masuk ke wilayah kita tinggal,"

Kata si Tuan besar akhirnya,

"Nippon? Maksudnya... Tentara Jepang?"

Perempuan yang cantik nan anggun itupun kembali bertanya, yang kemudian dijawab anggukan kepala oleh Tuan Besar,

"Papi... Kita mau mengungsi ke mana Pap?"

Anak laki-laki yang bernama Albert itu pun mendekati Papi nya,

"Ke rumah istirahat kita di kaki gunung Slamet, kita akan sembunyi di sana sementara waktu sampai semua aman,"

Ujar si Tuan besar,

"Rum... rumah istirahat kita yang angker itu Pap?"

Tanya Albert, yang tentu saja langsung mendapat respon dari Luna, adiknya,

"Tidak mau, tidak mau tinggal di rumah angker,"

Kata Luna sambil mulai menangis,

"Haiish, Albert, kamu ini jangan suka mengatakan hal-hal yang tidak jelas keakuratannya,"

Kesal jadinya perempuan anggun yang pastinya adalah Mami mereka itu, isteri si Tuan Besar, si Nyonya Belanda, Nyonya Johana,

"Sungguh Mam, aku tidak bohong... aku benar-benar pernah melihat perempuan dengan tubuh ular di danau dekat rumah istirahat kita, dia sedang berjemur,"

Kata Albert,

"Ah itu hanya khayalanmu, kamu pikir hantu juga ingin punya kulit coklat sampai harus berjemur?"

"Mungkin dia bukan sedang ingin kulitnya coklat Pap, mungkin dia ingin kering,"

Kata Albert ngotot,

Iya kali hantu apa keripik melinjo harus berjemur sampai kering,

"Albert, tidak ada hantu di dunia ini, kamu jangan suka berkhayal macam orang kampung yang suka sekali cerita-cerita hantu pocong, kunti dan cewek gembel ya,"

Kata Tuan Besar,

"Wewe gombel Tuan, bukan cewek gembel,"

Abdi si Tuan Besar meralat,

Tuan Besar jadi tambah kesal karena didebat,

"Pokoknya Albert tidak mau mengungsi ke rumah angker itu Pap!"

Albert tetap ngotot,

"Kalau begitu, kamu ditinggal di sini supaya menghadapi Nippon sendirian, masih bagus ketemu hantu saja, daripada ketemu tentara Nippon, kamu mau di dor?"

Kesal si Papi jadinya,

Oh sungguh menyebalkan berdebat dengan sang anak, begitu pasti pikiran Tuan besar,

"Sudah... sudahlah, pokoknya kita harus mengungsi, lebih baik bertemu hantu, daripada kita yang akan jadi hantu karena ditembak mati tentara Nippon,"

Kata Tuan Besar lagi, mengabaikan kedua mata Albert yang kini tampak merah,

"Bagaimana dengan Batavia Pap? Apa tidak lebih baik kita menuju Batavia saja?"

Tanya Nyonya Johana pada sang suami, berusaha menengahi antara Tuan besar dan juga anaknya,

"Ah Mam, apa kamu sedang ingin bercanda? Batavia jelas jadi target utama mereka, bagaimana bisa kaj malah punya ide pergi ke sana?"

Tanya Tuan Besar heran dengan isi kepala isterinya,

Perasaan dia sudah memenuhi asupan gizi keluarganya dengan baik, tapi kenapa terkadang seperti otaknya tak berfungsi dengan baik dan benar,

Apa mungkin baut nya kendor atau bagaimana?

"Cepat, berkemas sekarang, waktu kita tidak banyak, kita harus bersembunyi sampai nanti kita bisa pergi pulang ke Amsterdam,"

Kata si Tuan Besar,

"Lalu... saya... saya bagaimana Tuan?"

Si laki-laki bercelana komprang bertanya,

"Hah kamu nanye? Kamu bertanye-tanye?"

"Tuan, saya takut ditinggal sendiri,"

Laki-laki bercelana komprang tampak ingin menangis karena takut nanti juga jadi sasaran tembak tentara dari Jepang,

Mereka terkenal sangat sat set dalam menembak target,

Sudah banyak sekali orang Belanda yang mati di tangan mereka, pun juga warga pribumi yang kedapatan bekerja dan mengabdi pada orang-orang Belanda yang tinggal di sini,

"Kami adalah saudara tua kalian, kami datang akan membantu kalian merdeka,"

Begitulah janji para Nippon, yang membuat mereka disambut gegap gempita oleh rakyat yang selama ini menginginkan kemerdekaan,

Berbeda dengan orang-orang Belanda dan juga orang-orang pribumi yang ikut Belanda yang menganggap para Nippon adalah ancaman, bagi rakyat dan juga pejuang kemerdekaan, kedatangan Nippon membuat harapan mereka atas berhasilnya perjuangan seolah semakin berada di depan mata,

"Kamu tinggal pilih saja, tinggal di sini, atau lari juga,"

"Tapi lari ke mana Tuan? Saya ikut Tuan saja, saya... saya..."

Belum lagi si laki-laki bercelana komprang itu melanjutkan kalimatnya yang belum selesai, tiba-tiba...

"Ada apa ini? Ada apa?"

Sebuah suara seorang gadis terdengar seiring dengan langkahnya yang mendekati Tuan Besar,

Gadis berparas cantik luar biasa, yang selalu membuat mata para laki-laki yang melihatnya tak rela berkedip itu tampak berdiri di dekat Nyonya Johana sambil merangkul Luna, adik perempuannya,

"Maria, kita harus berkemas, kita akan mengungsi,"

Kata Nyonya Johana pada anak sulungnya,

Maria...

Ya Maria Hubrecht, gadis tercantik yang bagaikan boneka Barbie.

...****************...

Terpopuler

Comments

Krisna Adhi

Krisna Adhi

lah ngelawaak /Facepalm/

2024-08-07

0

Tika Meirdhany S

Tika Meirdhany S

wahhh...ini ni yg aku suka dari karya mba Cila , suka bikin ngakak🤣🤣🤣

2023-07-31

0

bunda_iu

bunda_iu

ontyyyy mariaaaaaa im comiiiiinnnnnnggggg🤗🤗🤗🤗

2023-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!