Dan, sesuai arahan si Tuan Besar, akhirnya sekeluarga itupun berkemas dengan cepat,
Mereka tampak hanya membawa pakaian seadanya dan juga beberapa bahan makanan saja untuk bertahan sementara,
Sang abdi setia yang selama ini bekerja sebagai penjaga rumah dan juga pengurus kebun akhirnya Tuan Besar bawa serta karena mengingat ia hidup sebatang kara,
Mereka mengungsi menggunakan mobil pribadi si Tuan Besar,
Namun, berhubung untuk ukuran mobil yang ukurannya tak selebar mobil jaman sekarang, si abdi setia yang sebatang kara diputuskan mengungsi menggunakan angkutan dan begitu sampai di kota kecil menuju kaki gunung slamet, Tuan Besar akan meminta pekerja di rumah istirahatnya menjemput Sepul, nama si Abdi,
Tuan Besar memilih waktu untuk mengungsi saat hari sudah mulai gelap, berharap dengan begitu tak akan banyak mata melihat pergerakan ia dan keluarga yang pergi meninggalkan rumah tiba-tiba,
Mobil bergerak meninggalkan rumah dan kemudian keluar dari kota tempat mereka tinggal selama ini,
"Perjalanan akan membutuhkan waktu dua jam lebih, jika kalian mengantuk, tidur saja,"
Kata Tuan Besar yang berada di belakang kemudi,
"Perkebunan tebu kita bagaimana nasibnya Pap?"
Tanya Nyonya Johana seraya menerawang keluar kaca pintu mobil Chrysler mereka,
"Tidak usah memikirkan kebun tebu lagi, kita sudah tidak aman, yang harus kita pikirkan sekarang adalah kita bisa pulang ke Belanda dengan selamat,"
Ujar Tuan Besar,
Nyonya Johana tampak menghela nafas mendengar jawaban suaminya, terbayang luas kebun tebu milik keluarga mereka rasanya hatinya sebagai perempuan tentu saja berat jika harus melepaskan semuanya,
Oh rasanya sayang sekali membiarkan apa yang telah mereka raih kini terlepas begitu saja,
"Kita bisa memulai bisnis lain saat sudah sampai ke Belanda,"
Kata si Tuan Besar,
"Bisnis apa? Tidak semudah itu membangun bisnis Pap,"
"Ya bisnis apalah, jual sambel kacang kek, apa rendang jengkol kek,"
Sahut si Tuan Besar asal bunyi macam buang angin, membuat Nyonya Johana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya,
Sungguh mendengar Tuan Besar memberikan ide bisnis jual sambel kacang dan rendang jengkol, Nyonya Johana jadi membayangkan berjualan di tengah guyuran salju,
Tak berbeda jauh dengan kedua orangtua mereka, anak-anak Tuan Besar juga sibuk kasak-kusuk debat soal hantu bertubuh ular yang diyakini betul oleh Albert jika sosok itu adalah penunggu rumah istirahat mereka,
"Aku melihatnya dengan kedua mata kepalaku Maria, bahkan mata kaki aku pun melihatnya,"
Kata Albert benar-benar ngotot,
Maria menghela nafas, sesungguhnya ia sama sekali tak percaya dengan hal-hal semacam itu,
Sama seperti Papi nya, Maria merasa jika hantu hanyalah imajinasi manusia saja, mereka tidak nyata, mereka hanya sesuatu yang dibuat-buat oleh orang yang lebih tua untuk menakuti anak-anak kecil agar mau menurut,
"Kita buktikan saja nanti setelah sampai di sana, bila perlu kamu aku ceburin ke danau,"
Kesal Albert membuat Maria mengangguk,
"Ayok, siapa takut, kita buktikan kalau kamu cuma berkhayal,"
Kata Maria penuh percaya diri.
Masuk wilayah kota kecil yang menandakan perjalan sudah tinggal sebentar lagi, anak-anak akhirnya sudah tak terdengar berisik,
Mereka tidur terlelap sambil saling menyandar satu sama lain, begitu pula dengan Nyonya Johana,
Perempuan cantik nan anggun itupun tampak tertidur pulas sambil kepalanya menyandar di kaca pintu mobil,
Tuan Besar menguap lebar, matanya sejatinya juga sudah mulai mengantuk, badannya juga sudah mulai pegal-pegal karena lelah mengemudi,
Tapi, ia ingin cepat sampai dulu ke rumah istirahatnya, rumah yang ia beli dari seorang kawan yang memutuskan kembali ke Belanda dua tahun lalu itu tinggal setengah jam lagi, maka Tuan Besar memilih memaksakan diri meneruskan perjalanan,
Gelap, sangat gelap, jalan menuju rumah istirahat sangat gelap dan juga sepi,
Melewati sawah ladang yang membentang sepanjang jalan, bahkan juga hutan yang konon banyak monyet yang kadang juga turun ke jalanan dari pohon-pohon yang tumbuh di sana,
Mobil terus melaju, saat kemudian di sebuah tikungan yang setelah itu ada tanjakan cukup tinggi,
Mata Tuan Besar tanpa sengaja melihat seorang perempuan berdiri di pinggir jalan,
Perempuan itu mengenakan daster putih sambil memegangi tongkat,
Hanya sekilas saja Tuan Besar melihatnya ketika mobil melintas, namun anehnya ketika Tuan Besar melihat lagi ke spion mobil, perempuan itu sudah tidak ada,
Ah apa itu?
Batin Tuan Besar mulai bertanya-tanya,
Dirinya yang selama ini tak ingin percaya dengan hal semacam itu, akhirnya kini mulai sedikit terusik,
Kenapa ada perempuan di pinggir jalan sendirian seperti itu? Di kegelapan dan pula di dekat hutan,
Dan...
Bagaimana mungkin ia langsung tak kelihatan lagi begitu dilihat dari spion?
Tuan Besar terus bertanya-tanya atas kejanggalan yang baru saja ia temui, bahkan hingga kemudian mobilnya akhirnya sampai di rumah istirahatnya, Tuan Besar masih saja memikirkan sosok perempuan di pinggir jalan tadi,
Mobil yang dikendarai Tuan Besar berhenti di depan rumah Istirahat miliknya,
Rumah satu lantai dengan desain khas rumah-rumah Belanda yang tinggi dan juga bangunannya terlihat kokoh itu pintunya dibuka seseorang dari dalam rumah,
Tuan Besar turun dari mobil, sementara seorang pemuda yang muncul dari dalam rumah lalu segera mendatangi Tuan Besar tampak mengulurkan tangannya mengajak Tuan Besar bersalaman,
"Jadi, kamu yang menggantikan Pak Komar?"
Tanya Si Tuan Besar,
Pemuda itu mengangguk,
"Betul Tuan, saya menggantikan Bapak saya, karena ia sudah sakit-sakitan,"
Jawab si pemuda,
Tuan Besar pun mantuk-mantuk tanda mengerti,
"Baiklah, siapa namamu?"
Tanya si Tuan besar, yang bersamaan dengan itu Nyonya Johana turun, baru kemudian anak-anaknya,
Dan...
Pemuda yang merupakan penjaga serta pengurus rumah peristirahatan Tuan Besar itu tanpa sengaja matanya melihat sosok anak gadis Tuan Besar,
Ya, gadis yang sangat cantik, yang bahkan si pemuda itu tak pernah sekalipun melihat wajah secantik itu sebelumnya,
Bahkan, saking kagumnya, si pemuda itupun sampai tak berkedip, dan juga jadi mematung menatap anak gadis Tuannya,
Sungguh, ternyata benar anak Tuan Besar cantik luar biasa. Dia benar-benar seperti dipahat dengan sangat hati-hati oleh Sang Maha Pencipta,
Sebuah karya yang sempurna, dari ujung kepala hingga ujung kaki,
Ya setidaknya itulah yang bisa si pemuda lihat, karena di dalamnya ternyata ada panu, kudis, kurap tentu si pemuda tidak tahu,
Namun, tiba-tiba...
"Ehm... ehm..."
Suara Tuan Besar kembali terdengar dan mengagetkan si pemuda,
"Aku tanya kepadamu anak muda, siapa namamu?!"
Tanya si Tuan Besar lagi mengulang, membuat si pemuda terlihat langsung wajahnya memerah karena malu,
Maria, gadis cantik itu, yang melihat pemuda tampan penjaga rumah istirahat mereka itu wajahnya tampak memerah menahan malu jadi tersenyum simpul,
"Sa... saya... Yusuf, Tuan,"
Jawab si pemuda kemudian sedikit tergagap.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
neng ade
kedua jenis makanan itu udah jadi favorit nya keluarga Belanda itu ternyata 😁🤩
2025-03-05
0
Karoh Mucharomah
saking lamanya di indonesia... jadi hapal menu kesukaan kak cila.
.
2023-02-23
0
Putrii Marfuah
aunty macam Barbie ya
2023-02-23
0