5. Di Anggap Matre

Mayang gelagapan saat pertanyaan yang dilontarkan oleh nyonya Nina membuatnya tersentak. Iapun terdiam sesaat lalu menarik nafasnya dalam.

Nyonya Nia menunggu jawaban Mayang saat melihat wajah Mayang yang terlihat sendu." Tidak apa kalau kamu tidak ingin menjawabnya. Maafkan ibu. Mungkin kamu punya alasan tersendiri untuk tidak....-"

"Karena aku perempuan matre yang membuat kekasihku tidak betah bersamaku. Aku menginginkan segalanya dari membeli apartemen ini berserta perabotannya.

Biaya kuliah, mobil dan masih banyak lagi yang aku minta darinya hingga ia mulai bosan dan meninggalkanku di saat aku hamil anaknya." Ucap Mayang membohongi nyonya Nia.

"Itu hal wajar jika ia benar-benar mampu. Kalau cewek dianggap matre itu, kecuali kekasihnya tidak bisa memenuhi kebutuhannya lalu dipaksakan harus ada dengan cara yang salah entah itu harta hasil rampok, nipu orang atau korupsi." Timpal nyonya Nia berdasarkan sudut pandangnya menilai perempuan Matre itu.

"Tidak tahu nyonya. Aku tidak mempermasalahkan keputusannya untuk meninggalkanku. Yang jelas kehadiran bayiku menjadi penghibur ku saat ini. " Jelas Mayang lalu menidurkan bayinya di tempat tidurnya.

Hari itu nyonya Nia membawa satu pelayan dan satu lagi baby sitter untuk membantu Mayang. Mayang menjelaskan apa saja tugas pelayan dan baby sitter nya di apartemennya.

Keduanya mengerti dan mulai mengemas koper mereka di kamar khusus untuk pelayan. Mayang kembali beristirahat setelah nyonya Nia meninggalkan apartemennya.

Sementara di Jakarta, Firza tidak pernah lagi bermain wanita setelah percintaan panasnya dengan Mayang. Entah mengapa hatinya membatu setiap kali bertemu dengan wanita cantik.

Ia lebih fokus dengan pekerjaannya sebagai pengacara. Walaupun kadang ada saja klien yang terlihat nakal ingin menggodanya dan ia dengan halus menolak mereka.

Sikap dingin Firza yang tak tersentuh sama sekali dengan wanita, membuat staf wanita dikantornya berpikir jika Firza adalah gay. Desas desus itu makin berkembang di kantor firma hukum itu namun Firza tidak menganggapnya serius.

Entah mengapa wajah Mayang yang selalu hadir dalam pikirannya dan itu sangat kuat hingga ia tidak mampu menahan kerinduannya pada Mayang sampai ia menangis.

"Andai saja saat itu aku langsung menyatakan cintaku padanya, mungkin aku tidak akan kehilangannya." Batin Firza sambil mengetik sesuatu di laptop miliknya.

Dreeett...

Firza mengambil ponselnya dan melihat ada panggilan dari Mona. Mona adalah putri dari hakim agung yang saat ini menjabat sebagai jaksa penuntut umum.

Firza agak enggan menerima telepon dari gadis itu, tapi ia juga takut kalau ada hal penting yang ingin disampaikan gadis itu mengenai perkara yang sedang ia tangani.

"Hallo selamat sore nona Mona..!"

"Sore Firza..! Apakah anda ada waktu?"

"Jika ini urusan pekerjaan saya dengan senang hati meluangkan waktu untuk anda, tapi jika ini ada urusan pribadi mohon maaf saya tidak tertarik." Ucap Firza tegas.

"Sial... ! Baru saja Aku mau ngajak dia ngedate, sudah ada penolakan duluan. Apakah benar pengacara Firza itu seorang gay? Tapi aku penasaran, apakah ini hanya alasannya saja ataukah dia sedang patah hati dengan wanita lain." Batin Mona.

Merasa tidak ada ucapan lagi dari Mona, Firza segera mengakhiri pembicaraannya saat Mona ingin bicara lagi kepadanya.

"Ha'...! Ko, di matiin sih. Nggak sopan banget jadi cowok." Umpat Mona gregetan dengan sikap angkuh dan datar Firza.

"Mayang...! Di mana kamu sayang? Aku sangat merindukanmu." Gumam Firza lirih.

Ia kembali melanjutkan lagi pekerjaannya usai mengenang percintaan panasnya dengan Mayang.

...----------------...

Setelah istirahat satu Minggu, Mayang kembali ke aktifitasnya sebagai mahasiswa. Kegigihannya untuk bisa meraih gelar sarjana kedokteran, membuat Mayang tidak begitu mempermasalahkan kesehatannya pasca melahirkan.

Demi putranya yang ia beri nama Kiram, ia rela tubuhnya yang baru saja melahirkan, untuk kembali mengikuti perkuliahan. Ia tidak ingin mengambil cuti lahiran. Selama masih kuat, ia akan melakukannya. Itulah prinsip Mayang yang tidak mudah menyerah pada keadaan.

Karena hari pertamanya meninggalkan si baby, nyonya Nia sengaja menemani cucunya yang saat ini sedang menyedot ASI dari botol yang sudah di stok oleh Mayang di kulkas. Hanya di panasin sebentar di microwave.

Rupanya sang baby kuat nyusunya, hingga stoknya mulai menipis. Baby Kiram mulai menangis dan sulit di ajak diam. Sementara Mayang masih di dalam kereta.

Di saat kebingungan menenangkan sang cucu, Firza menghubungi ibunya. Nyonya Nia memberikan cucunya kepada baby sitter karena harus menerima telepon dari putranya, Firza.

"Hallo mami...!" Sapa Firza disertai salam.

"Ada apa Firza?"

"Kapan mami pulang ke Indonesia?"

"Mungkin tiga bulan lagi mami akan pulang sayang. Apakah kamu kangen sama mami?"

"Ya jelas mami. Firza bosan kalau pulang kerja tidak ada mami di rumah." Sungut Firza.

"Makanya kamu harus segera menikah supaya tidak kesepian."

"Nanti saja mami, belum ada yang cocok dengan Firza."

Tidak lama Baby Kiram kembali menangis. Nyonya Nia merasa cemas dan Firza mengernyitkan keningnya.

"Mami...! Apakah mami sedang di rumah wanita itu?"

"Iya sayang. Ibunya sang baby sedang kuliah dan hari ini pertama dia baru masuk kuliah. Mami tidak tega melihat bayinya hanya dirawat oleh baby sitter." Ujar nyonya Nia.

"Apakah bayinya lagi rewel mami?"

"Iya sayang. Kebetulan stok ASI yang ditinggalkan ibunya sudah habis dan ibunya tidak mau bayinya dikasih susu formula." Ucap nyonya Nia.

"Coba Firza lihat bayinya mami!" Pinta Firza.

"Baiklah. Tunggu sebentar. Mami ambil bayinya dulu dari baby sitter." Ucap nyonya Mayang lalu memanggil cucunya dari gendongan baby sitter.

Tidak lama, Firza kembali menghubungi maminya melalui video call. Nyonya Mayang memperlihatkan wajah baby ke arah Firza.

"Sayang....! Kenapa menangis? Haus ya?" Tanya Firza sambil tersenyum.

Mendengar suara ayahnya, sang baby langsung diam." Cup...cup...anak pintar. Jangan nangis lagi, ya sayang. Nanti juga mami kamu pulang. Apakah kamu kangen sama mami kamu atau haus? Atau kangen sama paman?" Goda Firza.

Bayi menjadi tenang mendengar suara ayahnya. Nyonya Nia meminta putranya untuk terus bicara agar babynya bisa tidur.

"Sepertinya ia menyukai kamu Firza. Bicaralah sebentar dengannya sampai ibunya pulang." Pinta nyonya Nia.

"Iya mami, sepertinya sang baby senang denganku, apa karena aku terlalu tampan membuatnya terpesona?" Tanya Firza membuat ibunya gregetan.

"Cih..! Kamu percaya diri sekali sayang. Tapi mami suka karena kamu telepon bisa membuatnya tenang."

Cek...lek..!

Mayang masuk sambil mengucapkan salam.. Nyonya Nia segera mengakhiri obrolan mereka.

"Sudah dulu ya sayang...! Ibu sang baby sudah pulang." Ucap nyonya Nia.

"Selamat malam Baby!" Ucap Firza

disertai kecupan sayang untuk putranya.

Sebelum nyoya Nia mematikan ponselnya, Firza sempat mendengar suara Mayang." Maaf Nyonya sudah merepotkan Anda." Ucap Mayang membuat mata Firza seketika melebar. Tapi bersamaan dengan itu, nyonya Nia mematikan ponselnya.

Deggggg....

"Suara itu...!" Gumam Firza mengenali suara Mayang.

Terpopuler

Comments

Yuliana Tunru

Yuliana Tunru

ihhh gemes bgt baby kiram tau suara papi x ingat waktu azanin itu jg naluri anak ..smoga firza datang dan bertemu mayang..yg byk up x thor makain seru..

2023-02-22

1

Aisyah ais

Aisyah ais

next

2023-02-22

1

Iqlima Al Jazira

Iqlima Al Jazira

next thor

2023-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!