Firza menatap wajah bayi tampan itu sesaat. Bayi itu kemudian menangis seakan sedang merengek manja pada sang ayah. Firza mengajaknya bicara sebentar, namun ia masih terus merengek.
"Hai baby...! Assalamualaikum. Paman mau mengumandangkan adzan di telinga kananmu setelah itu membaca Iqamah di telinga kiri mu. Mami, tolong dekatkan ponsel mami ke kupingnya, baby! pinta Firza.
Nyonya Nia menuruti permintaan putranya. Tangis bayi itu sesat berhenti saat mendengarkan lantunan suara ayahnya yang begitu merdu. Ia seakan khusu menikmati suara azan itu.
Tapi, entah mengapa di tengah azan itu berlangsung, Firza tiba-tiba merasakan sesak di dadanya. Ia akhirnya menangis sesaat lalu melanjutkannya lagi melantunkan azan dengan suaranya yang mulai terdengar serak.
"Selamat malam sayang..! Semoga kamu tidak menyusahkan ibumu, selamat bobo, tampan." Bisik Firza lirih.
Putranya itu seakan sedang di nina bobokan oleh sang ayah dengan azan, hingga kembali tertidur. Firza tersenyum melihat wajah tampan putranya.
Tidak lama berselang, bayinya juga ikut tersenyum dalam tidurnya. Nyonya Nina baru ingat saat bayi itu tersenyum.
"Astaga.. .. ! senyum itu seperti miliknya Firza saat masih bayi." Batinnya.
Nyonya Nina menjauhi kamar bayi itu dan melanjutkan lagi obrolannya dengan sang putra.
"Kenapa kamu tadi menangis, sayang? saat mengumandangkan azan pada bayi itu?"
"Tidak tahu mami, entah mengapa aku merasa ada ikatan emosional dengan bayi itu saat mendengar rengekan manjanya lalu ia terdiam saat mendengar aku melantunkan azan." Ucap Firza.
"Apakah kamu ingin menjadi ayah dari bayi itu, sayang?" Tanya nyonya Nia menggoda putranya.
"Apaaaa...? Tidak mami. Aku tidak suka menikah dengan gadis bekas dari pria lain. Aku ingin menikah dengan gadis yang masih suci." Ucap Firza.
"Kau ini, pemilih sekali." Desis nyonya Nia.
"Makanya jangan asal saja menjodohkan aku dengan gadis sembarangan, Mami." Gerutu Firza dengan wajah kesal.
"Baiklah. Terserah kamu saja. Tapi mami berharap padamu, agar kamu bukan hanya ingin menikahi seorang gadis perawan tapi dia juga harus baik sama mami." Ucap nyonya Nia lalu mengakhiri pembicaraannya dengan Firza.
Nyonya Nia kembali ke kamar Mayang untuk pamit pulang pada gadis itu dan menawarkan bantuan kecil pada Mayang.
"Sayang...! Ibu pulang dulu. Apakah ada yang kamu butuhkan dari ibu?" Tanya nyonya Nia.
"Aku sangat membutuhkan seorang pelayan, nyonya. Saat ini aku masih kuliah dan aku butuh pelayan untuk menjaga baby ku." Ucap Mayang.
"Kenapa tidak sekalian saja cari baby sitter, sayang?"
"UMM...! Pasti bayarannya lebih mahal lagi dan aku...-"
"Tidak usah memikirkan gaji mereka, biar ibu yang akan membayarkan gaji mereka." Ucap nyonya Nia.
"Tapi nyonya, saya tidak mau merepotkan Anda."
"Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Kamu baru saja melahirkan dan jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berat karena itu akan mempengaruhi ASI mu." Ucap nyonya Nia lalu mengecup kening Mayang.
"Masalahnya kita baru kenal Nyonya. Tapi nyonya langsung menawarkan bantuan dan itu membuat saya sangat takjub. Saya tidak menyangka saja, tiba-tiba bertemu dengan orang yang sebaik nyonya dan satu lagi, kita berasal dari negara yang sama. Itu yang membuat aku sangat bahagia." Ucap Mayang haru.
"Besok kamu sudah bisa membawa pulang bayimu. Nanti ibu yang akan menjemput kamu." Ucap nyonya Nia.
"Terimakasih sebelumnya, nyonya. Hati-hati di jalan." Ucap Mayang tanpa banyak tanya tentang nyonya Nia.
"Kamu harus istirahat! Biasanya usai melahirkan, kita sangat ngantuk dan kelelahan. Tidurlah sayang. Besok ibu akan ke sini lagi." Ucap Nyonya Nia.
"Baik nyonya."
Mayang segera memejamkan matanya karena ia juga memang saat ini merasa sangat ngantuk berat malam ini usai melahirkan putranya.
...----------------...
Nyonya Nia menempati janjinya untuk menjemput Mayang dan cucunya. Sopir pribadi nyonya Nia yang mendorong kursi roda Mayang sampai ke lobby sementara nyonya Nia menggendong cucunya sendiri.
"Pelan-pelan sayang...!" Ucap nyonya Nia begitu Mayang masuk ke mobil.
Mayang tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seistimewa ini. Mobil itu meluncur ke apartemen kecilnya yang berpusat di tengah kota.
"Ibu ingin kamu tinggal di mansion milik ibu. Dari pada kamu tinggal sendirian bersama baby sitter." Ucap nyonya Nia.
"Apartemen itu ruang geraknya dekat Nyonya, di bandingkan dengan mansion yang cukup luas dan itu sangat melelahkan." Ucap Mayang menolak secara halus permintaan nyonya Nia.
Nyonya Nia mengerti akan penolakan Mayang. Sepertinya gadis ini terlalu mempertahankan prinsipnya untuk tidak terlalu merepotkan orang lain. Sikap tegas dan tegar nya Mayang membuat nyonya Nia makin kagum dengan gadis ini.
"Ibu heran dengan kekasihmu itu, kenapa dia begitu tega meninggalkan kamu, padahal kamu adalah seorang gadis yang baik-baik dan memiliki pendirian yang sangat teguh.
Andai saja ibu tahu orangnya, akan ibu tarik lehernya untuk menikahimu." Umpat nyonya Nia yang sangat prihatin dengan kehidupan Mayang yang dipikirnya perkataan Mayang adalah kebenaran.
"Tolong jangan membahas ayah bayiku lagi nyonya. Aku justru lebih bahagia jika bisa hidup bersama bayiku saja tanpa lelaki itu." Ujar Mayang yang tidak ingin terus membohongi nyonya Nia.
"Apakah kamu tidak berniat ingin menikah dengan pria lain yang lebih baik daripada kekasih bajingan mu itu, sayang?"
"Aku hanya ingin fokus pada pendidikan ku sambil membesarkan putraku. Aku tidak begitu tertarik untuk mencintai pria manapun. Cukup ayah bayiku saja, nyonya."
"Apakah kamu tidak ingin memberikan putramu seorang ayah?"
"Cintaku sudah cukup untuknya. Putraku tidak membutuhkan seorang ayah. Putraku hanya milikku."
"Kenapa kamu begitu keras kepala, sayang?"
"Karena lingkungan telah mendidik aku untuk tidak bergantung pada orang lain selama aku mampu melakukannya sendiri, nyonya.
Cinta hanya memberiku rasa sakit dan itu tidak bisa aku obati. Dan aku rasa adanya putraku mampu menyembuhkan semua luka itu. Putraku adalah obat jiwaku, nyonya."
.
"Baiklah. Kalau keteguhan hatimu tidak mampu lagi digoyahkan oleh cinta yang lain, pertahankan itu agar suatu saat nanti, ayah dari bayimu akan kembali kepadamu. Biasanya cinta tumbuh setelah satu sama lain merasa kehilangan." Balas nyonya Nia.
Tidak lama kemudian, benda mewah milik nyonya Mayang sudah tiba di apartemennya Mayang. Keduanya turun sambil berjalan menuju lift yang langsung ke ke lantai kamar Mayang.
Nyonya Nia cukup terkesan dengan kamar apartment milik Mayang. Ia sangat tahu, apartemen yang Mayang tempati bukan di tinggal oleh kalangan biasa.
Perabotan mewah yang ada di dalam kamar apartemen itu cukup membuat nyonya Nia bertanya-tanya, bagaimana Mayang dapat membeli apartemen mewah dan perabot mahal sementara dia mengaku seorang yatim piatu.
Jika memiliki kekasih, belum tentu seorang kekasih bisa seroyal itu pada Mayang. Merasa penasaran akhirnya, nyonya Nia memberanikan diri untuk bertanya kepada Mayang walaupun itu dianggap tidak sopan.
"Sayang...! Apakah kekasihmu sangat kaya? Apa pekerjaannya hingga bisa membelikan mu apartemen mewah dan perabot mahal? kalau dia tidak mencintaimu, mana mungkin dia menggelontorkan uang sebanyak ini untuk memberikanmu kemewahan?" Tanya Nyonya Nia membuat Mayang tersentak.
Duaaarrr....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Aisyah ais
next
2023-02-21
2