Malam itu Vard membuka pintu kamar Queena, melihat gadis itu sudah bergulung selimut di tempat tidur.
"Sayang, Daddy bawa obat. Minum dulu."
Tanpa bersemangat Queena bangun, dia mengambil obat dan gelas berisi air dari atas nampan memasukkan obat ke mulutnya lalu mendorong obat dengan air putih.
Gadis itu membaringkan kembali kepalanya, menutup mata.
"Kamu boleh marah, sedih, menangis, tapi jangan memancing amarah Daddy. Kamu tau Daddy masih berusaha menahan semuanya."
Vard menaruh nampan yang dibawanya di atas nakas di samping tempat tidur, lalu naik ke atas tempat tidur menarik tubuh Queena ke dalam pelukannya.
Queena tidak nyaman di peluk oleh Daddy-nya, merasa dadanya sesak. Tapi dia tak berani bergerak, hanya diam tak bergeming dalam pelukan pria yang dibencinya tak ingin memancing kemarahan Vard.
Vard mengecup tengkuknya, tapi untungnya perilaku pria itu berhenti disana. Queena kembali menutup matanya, ingin sekali dia menutup mata untuk selamanya.
Keesokan malamnya, Queena dijemput oleh supir Tuan besar Bernard karena Vard masih ada pertemuan dengan relasi bisnisnya. Gadis cantik itu memakai gaun malam pemberian dari Vard, membuat penampilannya terlihat memukau.
Saat diluar kediaman utama keluarga Bernard, ia dihadang Rossi. Gadis itu mencekal lengan Queena menarik ke arah bangku di taman.
"Duduk! Gue mau bicara!" Rossi mendorong Queena.
Queena duduk menurut, dia sudah terbiasa dengan sikap Rossi padanya. "Ada apa?"
"Kamu jadi parasit harus tau diri! Apa kamu tau Paman Vard memutuskan hubungan dengan kak Soppie?! Itu pasti karena kamu, Queena. Kak Soppie bilang paman Vard terlalu memanjakanmu, kau juga semakin manja pada Paman. Paman Vard jadi semakin tidak memperdulikan kak Soppie."
Queena menghembuskan nafas, "Rossi, aku akui. Aku salah terlalu manja pada Daddy, aku sekarang menyesalinya. Tapi soal kak Soppie, aku benar-benar tak bisa berbuat apapun. Itu urusan Daddy dan kak soppie, aku tidak bisa mencampuri hubungan mereka."
Kening Rossi mengerut, dia terkejut Queena mengatakan menyesal telah manja pada Pamannya. "Kau sedang bertengkar dengan Paman? Tidak biasanya kau bicara tentang paman dengan nada sedih."
Queena membuka mulutnya ingin menjawab tapi sudut matanya melihat sosok sang Daddy yang mendekat. "Rossi, selamat atas kelulusan mu. Hadiah dariku dibawa oleh Daddy, itu Daddy sudah datang."
"Sayang, kenapa disini? Ayo masuk." Ujar Vard mendekat.
Rossi memutar tubuhnya, merasa bersyukur Queena tadi menyelamatkannya. Tunggu! Kenapa Queena menyelamatkan ku?!
"Malam Paman, hadiahku mana?" Rossi tersenyum menyembunyikan rasa gugup nya.
"Ini," Vard memberikan paper bag pada Rossi, ia lalu berbalik pada Queena. "Ayo," memberikan lengannya untuk digandeng Queena.
Queena berdiri, mengaitkan lengannya di lengkungan sikut sang Daddy.
"Kamu sangat cantik, sayang. Kamu suka gaun-mu?"
"Ya, Dad. Suka." Jawab Queena datar.
Vard mengelus pelan kepala Queena, jika orang lain melihatnya seperti kasih sayang seorang Ayah pada putrinya. Ia berbisik di telinga Queena, "Malam ini puaskan Daddy, ya. Jangan menolak, Daddy tak segan-segan akan melukai Rick dengan kejam. Daddy tak perduli dengan apapun selain kamu, sayang."
Tubuh Queena menegang, dia mengeratkan kedua tangannya merasa ji jik pada dirinya sendiri karena sepertinya malam ini dia harus melayani hasrat Daddy-nya dengan sukarela.
Mereka masuk ke dalam rumah, di meja makan sudah ada Tuan besar Benard yang duduk di tengah di kursi utama. Ada juga kedua orang tua Rossi yang menatap tak suka pada Queena, mereka duduk di sebelah samping kiri Tuan Besar.
"Queena, duduk di samping kakek," panggil sang kakek.
Tapi Vard lebih dulu duduk di samping Ayahnya, dia menarik kursi untuk Queena di samping kanannya.
Tuan besar Bernard cemberut, "Kau tidak pernah mau mengalah, Vard. Aku juga ingin berdekatan dengan cucuku."
"Aku juga cucumu, kek. Cucu asli. Kenapa kakek tak memintaku duduk di samping kakek?"
"Kau mempunyai kedua orang tuamu, Queena hanya memiliki aku dan Pamanmu. Sudah, jangan ribut lagi. Kita akan mulai makan."
"Tunggu, aku sedang menunggu tamuku." Ujar Rossi.
"Tamu? Siapa?" tanya sang kakek.
"Kakek mengenal mereka, sebentar tunggu mereka. Ah, itu mereka datang." Kepala Rossi berbalik ke arah pintu.
Saat melihat siapa yang datang seketika tatapan Vard berubah dingin, dia menatap tajam Rossi lalu menatap benci pada Rick dan Soppie seraya tangannya menggenggam pisau makan di meja dengan erat.
Queena melihat Daddy-nya, tatapannya mengarah pada tangan sang Daddy yang menggenggam erat pisau. Dia lalu berbalik pada Rick, Kenapa kamu datang kesini, Rick?!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sandisalbiah
ini beneran cinta atau sekedar obsesi mu, Verd..??
2024-05-31
0
Titin Sampita
Cinta buta tanpa mengenal batasan menjadikan hubungan tidak sehat karena ada pihak yang terpaksa.
2024-01-02
1
watashi tantides
astagfirullah daddy🥺
2023-03-23
2