Aku Akan Membalas Perbuatanmu Pada Mommy.

Justin sedang mengarahkan pistol pada target sasaran tubuh manusia di depan sana dengan jarak 15 meter, sebelah mata bocah itu tertutup dan sebelah mata sedang membidik sasaran.

Dorrrrr

Peluru mengenai bahu sasaran.

"Hebat! Hebat! Cucu kakek sangat keren!" Darish bertepuk tangan.

Sekali lagi Justin membidik target sasaran, kali ini bocah pemberani itu membidik bagian jantung.

Dorrrrr. Kena!

"Yesss!" teriak bocah itu senang.

"Justin, ternyata kamu sudah siap untuk menjaga Mommy-mu. Bahkan keahlianmu menjadi hacker sudah teruji, kau memang keturunan darah keluarga Oliver."

Justin tersenyum bangga, "Kapan Mommy bisa kembali pada tempat asalnya dan merebut kekuasaan dari para penjahat yang telah membunuh Nenek dan Kakek asliku?"

"Setelah kamu bisa mengalahkan seseorang yang sudah menyakiti Mommy-mu."

"Siapa dia?! Beraninya menyakiti Mommy!"

"Daddy-mu. Ayo... kakek akan menceritakan tentang Daddy-mu."

Mata Justin terbelalak, selama dia berusia 7 tahun tak pernah sekalipun Mommy-nya dan Kakek Darish menceritakan tentang siapa Daddy-nya yang sebenarnya padanya.

***

Vard menatap berkas dokumen di tangannya, pria itu berjalan diikuti assisten masuk ke dalam lift hotel. Saat pintu lift akan tertutup, pria itu mengangkat kepalanya yang tertunduk.

Degh! Queena!

Pintu lift tertutup, Vard dengan cepat memijit tombol lift dengan kasar.

"Ada apa, Presdir Vard?"

Pintu terbuka, Vard berlari keluar. Mencari ke kiri dan kanan lorong berlarian seperti orang gila. "Queena!" teriaknya.

"Presdir..."

Pria itu menarik rambutnya frustasi, "Kenapa di setiap tempat selalu ada bayanganmu, Queena... Arhggtht!" Vard memegang jantungnya yang kesakitan, bersandar di dinding untuk menarik nafas. Dadanya sangat sesak.

"Presdir, sebaiknya ke kamar Anda. Kita batalkan saja pertemuan dengan Tuan Pollan."

Vard mengangguk, tiba-tiba kepalanya berputar. Ia berjalan sempoyongan masuk ke dalam lift menuju kamar hotelnya.

Setelah di dalam kamar, Assisten yang bernama Taylor itu membawa makanan dan obat. "Anda sejak kemarin belum makan, tolong makan dan minum obatnya."

Taylor menatap kasihan pada Presdir-nya yang terbaring di atas ranjang dengan wajah pucat, selama 4 tahun atasannya itu hanya meminum minuman keras untuk melupakan kematian putri angkatnya. Bahkan makanan hanya masuk melalui infus oleh Dokter keluarga, keadaan Presdir-nya itu sangat menyedihkan bahkan tubuh sang Presdir seperti tengkorak hidup hanya tersisa tulang terbungkus kulit tanpa daging. Kini setelah 4 tahun disibukkan dengan pekerjaan kembali, meskipun keadaan Presdir-nya belum normal sepenuhnya tapi setidaknya atasannya itu berusaha untuk hidup dengan makan.

Vard bangkit dari baringannya, ia mulai makan lalu meminum obat. "Taylor, aku tadi merasa melihat wanita yang mirip dengan Queena. Bisakah kamu mendatangi pihak hotel dan meminta ijin untuk melihat Cctv hotel."

"Baik, saya akan pergi. Anda sebaiknya beristirahat."

Tak lama Taylor masuk melaporkan, "Presdir, rekaman Cctv saat Anda melihat Nona Queena tidak ada. Petugas keamanan mengatakan rekaman sekitar waktu itu tiba-tiba menghilang, mereka masih berusaha memulihkannya."

Mata Vard terbelalak, "Ini bukan suatu kebetulan, bukan? Disaat aku merasa melihat Queena, rekaman Cctv hilang," gumamnya.

***

Di ruang rahasia Kakek Darish, Justin sedang mengotak-ngatik tombol komputernya. Ia selalu mengikuti kemana pun Mommy-nya pergi, selalu berjaga untuk keamanan.

Saat tadi Kakek Darish memberitahukan tentang cerita Daddy Vard dan memperlihatkan wajah dari pria itu padanya, tak disangka hari ini ia akan melihat wajah pria yang telah menyakiti Ibunya di dalam rekaman Cctv hotel yang di datangi Mommy-nya.

"Wah... pantas saja kakek Darish bilang pria itu akan datang, ternyata benar. Tak disangka kebetulan ini ada... selamat datang Daddy. Aku akan membalas perbuatanmu pada Mommy." Gumam Justin.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***