Di suatu tempat yang begitu gelap tanpa cahaya matahari dan diterangi api dari lahar panas yang muncul dari retakan tanah, kastil besar nan megah berdiri kokoh dengan aura kegelapan yang menyelimuti ditengah-tengah tempat tersebut.
"Tuan, hamba akan menyelamatkannya jika tuan mengizinkan." Ujar seorang pria tua kepada seorang pria berumur 40-an yang duduk di singgasana dengan menopang dagunya.
"Itu tidak diperlukan, jika dia mati maka dia tidak layak menjadi wadahku." Balas pria di singgasana dengan tenang dan suara datar tanpa ekspresi.
Ok, lanjut.
Derrick selamat ketika seorang pria muda yang merupakan satu-satunya sahabat Faisal yang bernama Kaku Dan menyelamatkannya dan membawanya kerumah untuk diobati oleh dokter pribadi keluarga Dan.
"Dia tidak akan selamat kecuali dia meminum pil regenerasi Phoenix." ujar Dokter sekaligus master pil keluarga Dan atau dokter pribadi keluarga Kaku Dan.
"Master Fu, lakukan apapun agar temanku selamat, apapun itu." Pinta Kaku memohon kepada Dokter yang dipanggil Master Fu tersebut.
"Tuan muda, kamu akan memancing perang dua keluarga jika kamu menyelamatkan bocah yang telah membunuh putra bungsu keluarga Lao ini." Nasehat mater Fu akhirnya setelah menahannya cukup lama.
Master Fu bisa saja menyembuhkan Derrick jika dia mau, karena kebetulan master Fu memiliki tiga Pil Regenerasi Phoenix di tangannya.
"Master Fu lakukan apapun untuk menyembuhkannya, aku tidak peduli resikonya sama sekali." Bentak Kaku berdiri dengan marah.
"Baiklah," Masster Fu menghela nafas pelan sambil menjentikkan jarinya.
Sebuah pil berwarna merah darah dengan aura api dengan garis hitam muncul dan langsung ditangkap oleh master Fu, itu adalah pil Regenerasi Phoenix yang sangat langkah dan sulit di dapatkan.
"Tuan Faisal, minum pil ini sambil mengalirkan tenaga dalammu ke seluruh tubuh dan jangan berhenti hingga rasa terbakar itu menghilang." Ujar master Fu memberi instruksi kepada Derrick yang setengah sadar tersebut, Derrick hanya membalas dengan anggukan kecil.
Master Fu segera menjejalkan pil itu ke mulut Derrick dalam sekali gerakan, Derrick langsung menelannya tanpa basa-basi demi bertahan hidup. Derrick merasakan seluruh tubuhnya terbakar, terutama di bagian tubuh kanannya yang terluka parah.
"Argh,, ahhhh!!!" Derrick meraung sakit ketika merasakan tubuhnya terbakar dari dalam.
Melihat itu Kaku sangat khawatir dan segera mendesak agar master Fu melakukan sesuatu untuk Derrick yang begitu kesakitan tersebut, bahkan luka-luka Derrick melepuh seperti terbakar.
"Dia harus melewatinya sendiri, jika kita mengganggu itu akan memperparah kondisinya, alih-alih menolongnya." Jelas Master Fu kalem kepada Kaku yang sangat mengkhawatirkan Derrick.
"Tapi," Kaku ingin protes, namun teriakan Derrick membuat hilang fokus.
"Argh, panas sekali, tubuhku terasa dipanggang, ahh!!!" Derrick meraung sakit sambil menggeliat kesana-kemari seakan mencoba menekan rasa sakitnya.
"Teman kamu harus bertahan, kamu harus bertahan apapun yang terjadi." Kaku mencoba menenangkan temannya itu yang sebenarnya orang lain yang memakai tubuh Faisal.
Disisi lain di rumah keluarga Lao yang terlihat begitu suram karena kematian Lao Lawanto dan lima orang pengawalnya.
"Siapa yang telah membunuh putraku!!!" Raung marah seorang lelaki paruh baya sambil menyentuh wajah Lawanto yang sudah kaku dengan ebuah lubang kecil tercetak di keningnya, lelaki itu tak kuasa menahan tangisnya sembari membelai wajah sang putra yang sangat dia sayangi itu.
Lelaki paruh baya itu adalah Lao Tzu yang merupakan kepala keluarga Lao dan juga ayah dari Lao Lawanto. Lao Tzu adalah seorang pendekar semi penyihir yang memiliki tenaga dalam level 79, dia dijuluki sebagai pedang es.
"Tuan, benda yang membunuh tuan muda sepertinya adalah senjata yang baru diciptakan oleh seseorang, karena tidak ada catatan benda itu dalam sejarah." Lapor dokter pribadi keluarga Lao dengan takut-takut.
Dokter itu sudah memeriksa pistol yang Derrick gunakan untuk melawan Lawanto hingga membunuhnya, dia juga telah memeriksa mayat lima pengawal Lawanto lainnya yang tewas dengan sebuah peluru.
Setelah berbagai pemeriksaan dan juga menggali beberapa informasi senjata di masa lalu dia akhirnya menyimpulkan bahwa senjata itu adalah senjata baru yang dibuat oleh seseorang.
"Bagaimana benda sekecil itu bisa membunuh putraku?" Tanya Lao Tzu dingin kepada Dokter tersebut.
"Hamba juga tidak tahu tuan, tapi hamba sudah menggunakannya beberapa waktu lalu, hasilnya benda ini mengeluarkan sebuah besi kecil yang merusak dinding." Jawab sang Dokter takut-takut.
"Tunjukkan caranya." Perintah Lao Tzu dengan dingin.
Sang Dokter segera mengarahkan moncong pistol itu kearah dinding untuk menunjukkan cara penggunaannya seperti yang diperintahkan, namun Lao Tzu menghentikannya.
"Arahkan kepadaku." perintah Lao Tzu dengan tatapan tajam.
"T-tapi,"
"Lakukan saja perintahku!" Bentak Lao Tzu marah.
"B-baiik," Dokter itu ketakutan dibuatnya, lalu mengarahkan pistol itu ke dahi Lao Tzu dengan tangan yang gemetar hebat.
"Lakukan!" Teriak Lao Tzu yang tidak sabaran karena sang Dokter yang sudah mengarahkan pistol kepadanya, namun begitu lama menarik pelatuk.
Dor!
Sebuah peluru melesat menuju dahi Lao Tzu dengan kecepatan yang melebihi kecepatan suara, Lao Tzu tidak sempat menghindar dan langsung segera mengeluarkan semua kemampuan tenaga dalamnya untuk menyelimuti dahinya, namun karena masih terancam Lao Tzu dengan reflek menghindar kesamping.
Peluru itu menggores kepala kiri Lao Tzu hingga meninggalkan sebuah luka lintasan peluru, darah mengucur lambat membasahi telinga kanannya hingga menetes di bahu. Lao Tzu juga merasakan perih terbakar di luka tembak tersebut, namun dia menahannya agar tidak berteriak kesakitan.
"Pantas saja putraku bisa mati oleh senjata laknat itu, bahkan aku pun akan bernasib sama jika tidak menghindar disaat-saat terakhir." Lao Tzu kagum dengan pistol tersebut, namun juga sedih dengan kematian sang putra.
"Lawanto, putraku!!!" Teriak seorang wanita paruh baya yang baru sampai di pintu masuk rumah keluarga Lao bersama seorang pria muda yang merupakan kakak dari Lawanto yang bernama Lao Aidan.
Wanita itu memeluk Lawanto dengan tangis yang sangat menyayat hati siapa saja yang mendengarnya, ruang keluarga itu seketika jatuh dalam keheningan hanya ada suara tangis dari seorang wanita yang telah kehilangan anaknya.
"Apa yang terjadi kepadamu anakku, hiks." Tanya wanita itu menangis sesenggukan memeluk tubuh Lawanto.
"Apa yang terjadi? siapa yang telah melakukan ini kepadamu, sayang?" Tanya wanita itu dengan pilu.
Lao Aidan sendiri menjatuhkan tas besarnya yang berisi berbagai pakaian yang dia bawa dan tidak dia simpan di cincin penyimpanan atau cincin spasial. Dengan langkah gontai Lao Aidan menghampiri ibu dan sang adik yang sudah tiada, lalu berlutut dengan mata yang telah berkaca-kaca menahan tangisnya.
"Apa yang terjadi kepadamu, adik?" Tanya Lao Aidan dengan tatapan sedih sambil membelai wajah Lawanto yang sudah pucat dan dingin.
Lao Tzu menceritakan semua hal tentang Lawanto termasuk siapa yang berpotensi membunuh Lawanto ketika sang istri bertanya, setelah mendengar cerita itu baik sang istri atau putra tertua mereka (Lao Aidan) telah mengantongi satu nama yang sama, yaitu Faisal yang terkenal suka menciptakan berbagai sihir baru dan juga yang sering dibully oleh Lawanto, terlebih kematian Lawanto bertepatan dengan hilangnya Faisal.
"Cari dan bawa anak itu kehadapanku apapun dan bagaimanapun caranya." Perintah Winda (ibu Lawanto) dengan dingin kepada semua bawahan keluarga Lao.
Lao Tzu mengangguk menyetujui, sementara Lao Aidan yang terkenal baik dan suka kedamaian itu hanya diam dan tidak berkomentar, karena menurutnya Faisal (Derrick) tidak seharusnya membunuh adiknya hanya karena sebuah masalah sederhana.
"Adikku mungkin bersalah karena membullymu, tapi tidak seharusnya kamu mengambil nyawa adikku karena hal itu." Gumam Lao Aidan sambil menggertakan gigi karena marah.
Hari itu juga kota Batu diguncang oleh kekuatan besar keluarga Lao yang sedang mencari Faisal (Derrick), Sekte Pedang Langit yang merupakan pendukung keluarga Lao juga ikut membantu keluarga Lao mencari Faisal yang telah membunuh anak kedua keluarga Lao tersebut.
Berita kematian Lao Lawanto putra kedua keluarga Lao segera menyebar dengan cepat akibat pencarian besar-besaran itu, hingga menimbulkan kehebohan di masyarakat awam dan khususnya orang-orang yang berasal dari keluarga besar lainnya di kota Batu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Kapten Muda
Pedang langit
2023-03-13
0
Kapten Muda
Windah mana Winda
2023-03-13
0
Kapten Muda
menangis pilu
2023-03-13
0