Rumah keluarga Dan.
"Garbus, kamu sudah mendengar berita dari keluarga Lao?" Tanya kakek Kaku sekaligus kepala keluarga Dan kepada Garbus yang merupakan ayah dari Kaku.
"Sudah ayah, berita itu benar-benar mengejutkan." Garbus juga mendengar berita besar tersebut, jadi tak heran dia juga mengetahuinya.
"Tidak pernah terpikirkan olehku bahwa Lao Lawanto akan terbunuh oleh seseorang yang selalu dia bully dan dikenal sebagai pecundang." Tambah Garbus berkomentar mengenai tragedi yang terjadi kepada Lao Lawanto.
"Pecundang?"
"Haha, menurutku dia jenius gila yang suka meneliti dan membuat berbagai sihir aneh." Tanggap kakek kaku tertawa.
"Garbus kuberitahu suatu hal, kematian Lawanto ditangan Faisal disebabkan karena sebuah senjata yang Faisal ciptakan, senjata itu cukup mengerikan karena bahkan Lao Tzu seorang pendekar level 79 harus menghindar daripada menerima besi kecil yang dilepaskan senjata itu." Ucap sang kakek Kaku memberitahu fakta tentang kematian Lawanto yang memang ditutupi agar tidak bocor lebih jauh.
Tentunya keluarga besar seperti keluarga Dan memiliki mata-mata yang bertugas mencuri informasi dari keluarga Lao yang merupakan pesaing mereka selama ratusan tahun lamanya.
"Benarkah seperti itu?" Garbus mengerutkan kening tidak percaya.
"Benar atau tidak, itu tidak penting lagi, yang terpenting sekarang kita harus memastikan keluarga Dan tidak ikut terseret konflik antara keluarga Lao dan Faisal itu." Ucap pria tua tersebut lembut sambil duduk kembali di kursi nyamannya.
Keluarga Dan sebenarnya bisa saja melawan keluarga Lao jika mereka mau, namun mereka lebih memilih jalan lain daripada konflik langsung yang mungkin akan menyeret banyak korban dari kedua belah pihak. Tidak masalah jika banyak keluarga Lao yang terbunuh, tapi mereka tidak bisa menerima jika dari pihak keluarga mereka juga banyak terbunuh jika terlibat perang dengan keluarga Lao.
"Tentu ayah." Garbus tentu tahu mana yang terbaik bagi keluarga, saat ini yang terbaik bagi keluarga adalah tidak terseret konflik antara keluarga Lao.
"Bagus, kalau begitu kamu harus mencari anakmu yang bandel itu, karena aku merasa Faisal saat ini sedang bersama dengan anakmu itu." Ujar pria tua sambil menyesap kopinya.
Garbus yang tadinya santai dan yakin akan mampu menghindari konflik langsung terdiam mematung, dia melupakan persahabatan antara Kaku dan Faisal yang sudah terjalin cukup lama.
"Apa yang kamu tunggu, pergilah dan selesaikan tugasmu." Bentak kakek Kaku tersebut mengagetkan Garbus.
Ok, lanjut.
Kaku sudah mendapatkan kabar tentang pencarian besar-besaran keluarga Lao untuk menemukan Faisal, namun dia tidak peduli dan menyembunyikan Faisal (Derrick) yang tak sadarkan diri setelah pengobatan di kamarnya.
"Master Fu kamu kembalilah ke rumah utama, jangan sampai kakek dan ayah mengetahui tentang Faisal di rumah ini." Perintah Kaku kepada master Fu dengan sedikit mengancam.
"Baik tuan muda, saya pamit undur diri." Master Fu mengerti dan segera pamit undur diri dari hadapan Kaku.
Master Fu yang pergi dari rumah Kaku kebetulan bertemu dengan Garbus yang sedang mencari Kaku untuk memastikan kekhawatiran mereka tidak terjadi.
"Tuan," Master Fu segera memberi hormat kepada Garbus yang dibalas dengan anggukan kecil.
Melihat Garbus yang begitu terburu-buru memasuki rumah Kaku dengan langkah besarnya, Master Fu tahu bahwa ini ada kaitannya dengan menghilangnya Faisal yang sebenarnya sedang dirawat olehnya atas perintah tuan mudanya.
"Kaku! Kaku!" Teriak Garbus di ruang tamu rumah yang terlihat sangat luas itu, semua pelayan rumah Kaku hanya terdiam dan tidak mau ikut campur.
"Kenapa tuan besar mencari tuan muda? apakah tuan muda melakukan kesalahan?"
"Kesalahan apa yang tuan muda lakukan hingga tuan besar terlihat begitu marah?"
Bisik-bisik para pelayan rumah yang melihat ekspresi wajah Garbus yang terlihat sedang marah besar. Kaku dengan santai keluar dari kamar tempat Faisal disembunyikan dan segera menemui ayahnya itu dengan raut wajah tidak senang.
"Ayah ada apa, kenapa berteriak di rumahku?" tanya Kaku tidak senang ketika berhadap-hadapan dengan sang ayah.
"Dimana anak itu?" Tanya Garbus langsung pada intinya sambil melihat-lihat belakang Kaku, namun orang yang dia cari tidak ditemukan.
"Anak itu? siapa?" Tanya Kaku tidak mengerti dengan pertanyaan ayahnya.
"Maksudku adalah Faisal, dimana temanmu itu yang bernama Faisal tersebut?" Tanya Garbus.
"Faisal?"
"Dia sedang beristirahat, kenapa," Kaku terdiam karena baru menyadari bahwa dia tidak seharusnya memberitahu keberadaan Faisal.
"Dimana dia?" Tanya Garbus cepat.
"Ayah dia sedang istirahat, ada apa mencarinya?" karena sudah terlanjur Kaku mau tidak mau harus menanyakan alasan sang ayah mencari Faisal.
"Kamu harusnya tahu apa yang sedang terjadi saat ini?" Tanya Garbus dengan tatapan tajam menusuk tulang.
"Jika sudah tahu, usir anak itu dari rumahmu sekarang juga, kakek tidak ingin terlibat konflik keluarga Lao, kamu mengerti, Kaku?" Perintah Garbus.
"Ayah jika itu masalahnya aku tidak peduli, akan kulakukan apapun agar temanku baik-baik saja." Balas Kaku menolak mengusir Derrick dari rumahnya.
"Kamu,"
"Jangan keras kepala, Kaku!" Teriak Garbus marah mendapatkan penolakan dari Kaku tersebut.
"Jika tidak ada yang lain ayah bisa pergi." Kaku malah mengusir ayahnya tersebut dari rumahnya.
"Kaku, dengarkan perintah ayah, usir anak itu atau ayah yang mengusirnya secara pribadi." Ancam Garbus.
"Lakukan saja jika ayah berani." Kaku menoleh menatap tajam ayahnya tersebut.
Energi tenaga dalam Kaku yang berwarna merah darah menyelimuti tubuh Kaku yang menandakan dia akan melakukan apapun demi membantu Derrick, meskipun harus menghadapi ayahnya sendiri.
"Tenaga dalam level 40, kamu sudah sekuat ini?" Garbus terkejut dengan kemajuan yang Kaku miliki.
"Itu bukan berarti apa-apa." meskipun senang Garbus tetap harus menyelesaikan tujuannya berkunjung kerumah Kaku.
Dua orang beda generasi itu akhirnya bertarung di ruang tamu tersebut, para pelayan hanya bisa menghindar dan berlindung, sementara para pengawal yang berdatangan tidak bisa melakukan apapun karena yang bertarung adalah ayah dan anak yang merupakan tuan mereka sendiri.
"Pedang darah: tebasan bulan merah darah." Teriak Kaku menebas.
Tebasan berbentuk sabit berwarna merah darah itu langsung dipatahkan oleh tebasan pedang Garbus, lalu Garbus melancarkan tusukan pedang api.
"Kamu yang memintanya ayah!" Teriak Kaku sambil menghindar, berlari menuju sang ayah dan menyerang.
"Anak durhaka!" Garbus sangat geram dan mulai serius menghadapi anaknya itu, namun pedangnya tidak dapat digerakkan.
"Ini," Garbus terkejut pedangnya ternyata sudah disegel oleh Kaku.
Trang!
Disaat-saat terakhir Garbus memilih melepas pedangnya dan menggunakan belati untuk menangkis tebasan Kaku.
"Aku lupa kamu melatih teknik pedang darah, aku benar-benar ceroboh." Ujar Garbus sambil menangkis tebasan susulan Kaku.
Ting!
Ting!
Ting!
Pertarungan mereka semakin intens hingga merusak benda-benda dan tiang penyangga dalam rumah besar tersebut.
"Pedang darah: dua tebasan darah." Kaku menyerang kembali.
Garbus menggunakan batu-batu yang merupakan bagian dari penyangga rumah yang hancur karena pertarungan untuk menahan tebasan energi darah Kaku tersebut, dia sendiri bersembunyi di salah satu pilar ruang tamu rumah tersebut.
"Sihir air: gelombang pemecah karang." Garbus menggunakan sihir air yang langsung menghantam Kaku, setelah melancarkan tebasan api.
Kaku terhempas akibat gelombang air yang ayahnya lancarkan, Kaku berusaha berdiri dengan susah payah.
"Uhuk, uhuk." Kaku terbatuk beberapa kali sambil memegang dadanya.
Garbus yang bersembunyi di salah satu pilar keluar dan segera menuju kamar Derrick berada dengan kecepatan penuh.
"Aku akan menyeret keluar b4jingan itu." Ucap Garbus dengan dingin.
"Ayah yang memaksaku, uhuk." Kaku mensejajarkan pedangnya kesamping kanan seperti menghadang.
Garbus berhenti melihat tindakan yang anaknya lakukan, dia langsung menyadari apa yang akan anaknya itu lakukan.
"Apa yang kamu lakukan, Kaku?"
"Teknik itu sangatlah berbahaya, hentikan!" Teriak Garbus menghentikan kegilaan anaknya tersebut yang ingin menggunakan teknik terlarang keluarga.
Kaku tersenyum kecil memandang ayahnya itu. "Aku tidak punya pilihan."
Bug! Seseorang memukul tengkuk Kaku hingga membuatnya pingsan seketika.
"Kenapa," Kaku menoleh dan langsung bertanya-tanya ketika melihat siapa yang memukulnya, namun tidak sempat karena keburu tak sadarkan diri.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Kapten Muda
jangan
2023-03-15
1
Kapten Muda
Good job
2023-03-15
1
Kapten Muda
kerja bagus
2023-03-15
1