Via mematung dengan tangan yang masih memegang secarik kertas, dadanya mulai bergemuruh dengan apa yang baru saja dia lihat.
Kemudian dia kembali memperhatikan kertas itu, terlihat jelas bahwa pembayaran dilakukan 2 hari yang lalu dengan nama dan tanda tangan suaminya.
"Apa ini Mas? Kenapa, kenapa kau membayar biaya sewa gedung itu?"
Tanpa sadar air mata Via menetes dari sudut matanya, tangannya bergetar sambil meremmas kertas itu dengan kuat.
Klek!
Via langsung mengusap air matanya saat mendengar pintu kamar mandi terbuka, dengan cepat dia melempar jas suaminya ke dalam keranjang pakaian kotor.
"Sayang, kenapa berdiri di situ?"
Mahen yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk sedikit terkejut melihat keberadaan Via, dia lalu mendekati wanita itu yang masih diam di sana.
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?"
Mahen memeluk Via dari belakang, dia meletakkan kepalanya dibahu wanita itu dan menghirup wangi strobery yang berasal dari tubuh sang istri.
Via tetap diam dengan apa yang suaminya katakan, dia sedang berpikir keras haruskah menanyakan tentang struk itu atau tidak.
"Tidak, aku tidak boleh menanyakannya! Dia pasti akan mencari segudang alasan untuk mengelak, lebih baik ku selidiki sendiri!"
Akhirnya Via memutuskan untuk tidak membahas masalah struk yang dia temukan, tangannya sibuk meremmas kertas itu agar Mahen tidak melihatnya.
"Sayang? Sebenarnya kau kenapa?"
Mahen memutar tubuh Via agar menatapnya, dia bingung kenapa sejak tadi istrinya itu diam saja seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ti-tidak, Mas! Aku hanya sedang memikirkan menu sarapan untuk besok, kira-kira Mas mau dimasakkan apa?"
Via sedikit mengulas senyum untuk menyempurnakan sandiwaranya, dia tidak ingin Mahen mencurigai sesuatu darinya.
"Apapun yang kau masak, semua tetap terasa enak, Sayang!"
Via hanya tersenyum saja untuk menanggapi ucapan Mahen, biasanya dia pasti akan merona senang jika mendapat kata-kata manis seperti itu dari suaminya.
Lalu Via segera naik ke atas ranjang dan bersiap untuk tidur. Hari ini jiwa dan raganya sudah sangat lelah, dan harus segera diistirahatkan.
***
Keesokan harinya, seperti biasa Via menyiapkan sarapan dan segala keperluan suami dan putrinya. Tidak ada yang berbeda darinya, dia berusaha untuk tetap seperti biasa agar Mahen tidak berpikir macam-macam.
Setelah suaminya berangkat ke kantor, dia segera membersihkan rumah dan juga mencuci pakaian. Hari ini dia ingin berkunjung ke rumah orangtuanya, sekaligus menitipkan Yara karna dia ingin menemui Riani.
Setelah sampai di rumah orangtuanya, Via langsung saja masuk ke dalam. Terlihat Ayahnya sedang menonton televisi, seperti sesuatu yang biasa laki-laki paruh baya itu lakukan.
"Assalamu'alaikum, Ayah!"
Laki-laki paruh baya bernama Candra itu memalingkan wajahnya ke arah samping. "Loh, kau ke sini, Vi?"
Via menganggukkan kepalanya sambil menyalim tangan sang Ayah. "Ayah belum menjawab salam ku, loh!"
Wajah Ayah Chandra bersemu merah. "Wa'alaikum salam!"
Via hanya menggelengkan kepalanya saja, lalu berjalan ke dapur untuk meletakkan belanjaan yang sedang dia bawa.
"Mahen dan Yara enggak ikut?" tanya Ayah Chandra yang mengikuti langkah Via ke dapur.
"Mahen sedang kerja lah Yah, kalau Yara sedang sama Ibu di depan!"
Ayah Chandra menganggukkan kepalanya, kemudian dia beranjak dari dapur untuk menemui Yara.
Via langsung saja menitipkan Yara pada kedua orangtuanya karna ada sedikit urusan bersama Riani, dia lalu kembali masuk ke dalam mobil dan berlalu pergi dari sana.
Tidak berselang lama, mobilnya sudah sampai di halaman bakery milik Riani. Temannya itu memang pengusaha roti, yang terbilang sukses dipasaran.
Dia segera turun dari mobil dan berjalan cepat untuk masuk ke tempat itu. "Permisi!"
Salah satu karyawan yang melihat kedatangan Via langsung menghampirinya. "Selamat pagi Bu Via, mau jumpa sama Buk bos ya?"
Via menganggukkan kepalanya dengan tersenyum. "Apa Riani ada di ruangan?"
"Iya Buk, Buk Riani ada di ruangan!"
Via langsung saja ke ruangan Riani setelah mengucapkan terima kasih pada karyawan itu, matanya menatap kagum setiap kali melihat usaha sahabatnya yang terus berkembang pesta.
Tok, tok! "Rin, ini aku Via!" Walaupun mereka bersahabat, tetapi Via tidak mau langsung masuk ke dalam ruangan Riani dengan lancang.
"Masuk saja, Vi!"
Via langsung mendorong pintu ruangan itu setelah mendengar suara Riani, terlihat wanita itu sedang berjalan ke arah sofa.
"Tumben ke sini? Mau ngajak aku makan siang ya?"
Riani mempersilahkan Via untuk duduk melalui tangannya, kemudian dia meminta salah satu karyawan untuk membawakan makanan dan minuman untuk mereka.
"Enggak perlu repot-repotlah, keluarkan saja semua yang ada di sini!"
Riani tergelak mendengar ucapan Via. "Jangan dong, nanti gak ada lagi yang mau aku jual!"
Mereka berdua lalu tertawa bersama, sampai karyawan yang diperintah Riani kembali dengan membawa makanan dan minuman.
"apa aku mengganggumu, Rin? Mungkin kau sedang sibuk?" tanya Via, dia merasa tidak enak jika temannya itu sedang sibuk.
"enggak kok Vi, kalau seorang bos mana mungkin sibuk!"
"Cih!"
Via mendengus sebal melihat kesombongan wanita itu, tapi itulah yang dia sukai dari Riani karna dia bisa membuat suasana jadi ceria.
"Tapi tumben loh kau ke sini, biasanya malas keluar rumah!"
Via menghela napas berat, sebenarnya dia tidak mau menceritakan rumah tangganya dengan orang lain. Namun, saat ini dia butuh bantuan dari sahabatnya itu.
"Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Mendengar pertanyaan Riani, Via langsung saja menceritakan tentang struk yang dia temukan dalam saku jas Mahen.
"Ini tidak bisa dibiarkan, Vi! Kita harus menyelidikinya, ayo!"
Riani langsung berdiri, dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan suami dari sahabatnya itu.
"tapi kita mau ke mana?"
"Ke gedung itu, kita harus menanyakannya langsung pada mereka! Kau tenang saja, aku kenal dengan Managernya!"
Via sudah tidak merasa heran lagi jika Riani mengenal banyak orang, karna pergaulan sahabatnya itu memang sangat luas.
Kemudian mereka berdua segera pergi ke tempat yang baru saja semalam mereka datangi, dan Riani segera menelpon temannya yang menjadi manager di sana.
"Aku sudah bicara dengannya, dia bilang bersedia untuk membantu kita!"
Via menghembuskan napas lega. "Aku tidak tau akan jadi seperti apa kalau tidak ada kau, Rin!" Dia merasa beruntung karna bisa berteman dengan Riani.
"astaga, kau baru sadar? Ck ck ck, ke mana aja sih, selama ini?"
"Cih!"
•
•
•
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ani Ani
semua nya Akan DIA tahu
2024-08-01
0
guntur 1609
kutas harta mahen ya via. setelah tu tinggalkan
2023-12-06
0
Uthie
nexxt nii
2023-04-02
0